Hendrix menemui dokter spesialis kelamin untuk berkonsultasi soal
keluhannya.
“Dok, saya punya masalah, tapi Dokter harus janji dulu untuk tidak
tertawa yah?”

“Tenang. Saya janji tidak akan tertawa. Itu melanggar sumpah
kedokteranku,” jawab dokter bersahaja.
Hendrix langsung menurunkan celananya, burungnya ternyata kecil
sekali,
mungkin diameternya hanya sebesar pensil 2B.
Melihat ‘barang’ yang hanya seadanya itu, dokter tak kuat menahan
tawanya…
Dia tertawa terpingkal-pingkal, sampai berguling-guling dilantai.
Kira-kira lima menit, baru dia dapat mengendalikan emosinya.
“Maaf Mas. Hhh.. hh.. Saya kelepasan. Saya janji tidak akan tertawa
lagi.
Nah, sekarang masalah Saudara apa?” kata dokter, berjuang keras
menyembunyikan sisa tawanya.

“Janji Dok ya, dokter tidak akan tertawa lagi,” pinta Hendrix.
Karena merasa sudah mengingkari janji pada pasiennya, sang Dokter
kembali berjanji di depan Hendrix.

“Baiklah saya tidak akan tertawa, kalau tertawa kamu boleh pukul
saya!”
Hendrix mulai ngomong dengan nada sedih…

“Begini Dok, burung saya sudah tiga hari ini bengkak kayak begini…”
Dokter : “HUAAAAAAAAAA…HA..HA..HA..HA..HA..HA..HA..”