Oleh Pouw Tjoen Tik

Kebesaran dan kehadiran Ilahi akan terasa, bila saja barang sejenak kita mau menghayati detak jantung kita. Pada orang dewasa, jantung yang hanya sebesar tinju, setiap hari memompa darah ke seluruh tubuh sekitar seratus ribu kali. Tampaknya tak akan pernah ada pompa buatan manusia secanggih apa pun yang mampu menandinginya.

Setiap menit jantung berhenti berdenyut, risiko menghadap sang Pencipta bertambah sepuluh persen. Gangguan peredaran darah otak selama tiga hingga empat menit sudah cukup merusak sel-sel otak yang pada gilirannya pula menimbulkan berbagai cacat fisik dan mental. Sebab, jantung bukan saja ‘tidak boleh beristirahat’, tetapi dituntut pula berkinerja seefisien dan seefektif mungkin.

Kinerja Jantung

Otot akan berkontraksi hanya bila ada listrik yang mengalirinya. Pada jantung, pembangkit listrik utamanya terletak pada dinding serambi kanan (sinoatrial node / SA node), dekat masuknya pem- buluh darah balik tubuh bagian atas (vena cava superior).

Dari SA node listrik mengalir ke dinding-dinding serambi kanan dan kiri jantung. Kontraksi kedua serambi memompa darah ke dalam kedua bilik jantung.

Pada dinding antara serambi dan bilik terdapat pembangkit listrik lain, yaitu atrioventricular (AV) node yang berfungsi mengurangi frekuensi SA node. Frekuensi SA node perlu diturunkan, agar kedua bilik terisi penuh.

Aliran listrik kemudian menjalar ke kedua bilik sebelum berakhir di ujung jantung. Kontraksi bilik kiri memompa darah ke seluruh tubuh, sedangkan bilik kanan memompa darah ke paru-paru. Segera setelah kedua bilik mengosongkan isinya, SA-node membentuk kejutan listrik baru.

Pada orang dewasa, daur ulang /siklus SA node ini terjadi sebanyak enam puluh hingga seratus kali per menit. Denyut jantung meningkat bila ada: kegiatan fisik, rangsangan emosi yang kuat, obat-obatan tertentu, demam, infeksi, dan menurun pada waktu tidur.

Frekuensi denyut jantung para olahragawan kurang dari enam puluh per menit, karena latihan fisik meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja jantung.

Irama jantung menjadi tak teratur dan frekuensi denyutan meningkat tajam atau menurun terjal (arrhtymia) bila siklus SA node terganggu. Penyebab arrythmia kerapkali tidak diketahui, dan gejala yang terbanyak ditemui adalah debaran serambi jantung yang tidak beraturan disertai frekuensi yang tinggi (atrial fibrillation / AF).

Pada umumnya pasien dengan AF dapat menikmati hidup yang normal. Namun, bila AF sangat hebat sehingga serambi hanya bergetar ketimbang berkontraksi, maka diperlukan pemasangan alat pacu jantung.

Alat pacu jantung adalah komputer mini dengan baterai lithium (generator) yang dihubungkan ke dinding jantung melalui kabel berujungkan satu atau lebih elektroda. Versi terbaru dari sarana medis ini hanya berbobot empat belas gram dengan garis tengah dua setengah sentimeter.

Elektroda ganda hanya dipasang, bila salah satu atau kedua bilik jantung juga memerlukan kejutan listrik buatan (The Columbia Encyclopedia, Sixth Edition, 2008). Indikasi pemasangan adalah: irama jantung yang kacau disertai frekuensi denyutan sangat rendah (bradycardia) atau sangat tinggi (tachycardia).

Keadaan tersebut dapat ditemui pada gagal jantung, pemblokiran arus listrik SA node, kelainan otot jantung, dan pingsan mendadak akibat kurangnya darah ke otak. Alat pacu jantung dapat dipasang melalui dinding luar (epicardial pacing) atau dinding dalam jantung (endocardial pacing).

Epicardial pacing terutama dilakukan pada anak-anak. Di bawah pembiusan umum, dokter ahli bedah jantung membuat irisan di bawah lengkung iga atau ujung tulang dada.

Dengan plastik spiral atau sekrup pendek, elektroda kemudian dikaitkan pada dinding jantung. Akhirnya, dibuat rongga buatan di bawah kulit irisan untuk menempatkan generator.

Endocardial pacing lebih lazim dilakukan pada orang dewasa. Teknik ini hanya memerlukan anestesi lokal dan dilakukan oleh dokter ahli jantung bidang katerisasi (physiocardiologist).

Irisan dilakukan beberapa sentimeter di bawah tulang yang menghubungkan tulang dada dengan tulang belikat (clavicula). Melalui pembuluh darah balik, elektroda kemudian dikaitkan pada dinding jantung.

Seperti pada epicardial pacing, generator ditanam dalam rongga buatan di bawah irisan kulit. Risiko pemasangan alat pacu jantung antara lain pendarahan, penyumbatan pembuluh darah (emboli) dan infeksi. Namun, risiko kematian cukup rendah (sekitar setengah persen). Kadang-kadang (sekitar tujuh persen), pasien merasakan kejutan-kejutan otot tubuh di seputar generator (pacemaker syndrome).

Perawatan Pascapemasangan

Pascapemasangan, kedua lengan dapat digerak-gerakkan asalkan jangan diangkat tinggi-tinggi (di atas bahu). Pasien dapat menggunakan peralatan listrik rumah tangga seperti: televisi, remote control, alat cukur listrik, bor listrik, radio CB, dan microwave.

Perangkat keamanan di bandara udara tidak akan mengganggu alat pacu jantung, namun pasien perlu memberitahu petugas, karena alat deteksi tersebut akan berkaok-kaok. Selama enam minggu pascapemasangan, jangan ber- main golf, tennis, dan berenang.

Hindari kontak tubuh bagian atas, mengangkat beban lebih dari lima kilo, dan mendorong atau menarik benda-benda berat. Upayakan berjalan setiap hari, namun jangan sampai keletihan.

Telepon seluler harus digunakan pada sisi yang berlawanan dengan tempat penanaman generator dan jangan diletakkan dalam saku baju. Hindari tempat-tempat penghasil lapangan elektro-magnetik atau listrik bertegangan tinggi, seperti menara pemancar radio, pusat pembangkit listrik, dan alat las listrik. Pasien dengan alat pacu jantung tidak dapat menjalani pemeriksaan diagnostik: magnetic resonance imaging (MRI).

Pemantauan alat oleh dokter dilakukan enam minggu pascapemasangan, kemudian setiap tiga bulan sekali. Pada alat pacu jantung terbaru, pengontrolan dapat dilakukan dengan menempelkan telepon pada generator.

Di seberang sona, pancaran getaran alat pacu jantung diterima oleh komputer yang bukan saja memantau kinerja alat, tetapi dapat pula mengukur suhu darah, irama, dan frekuensi denyutan jantung. Baterai lithium pada umumnya dapat bertahan empat hingga delapan tahun (American Heart Association, 2008).

Penulis adalah alumnus Fakultas Kedokteran Unair, berdomisili di Austin, Texas, USA.