puasaBagi umat muslim, puasa tidak saja berpahala, namun juga dipercaya memiliki efek baik bagi kesehatan tubuh. Berpuasa berarti mengistirahatkan sejenak organ pencernaan beserta enzim dan hormon yang biasanya bekerja untuk mencerna makanan terus menerus selama kurang lebih 18 jam.

Berpuasa juga dapat mengistirahatkan organ vital selama 14 jam.
Disamping itu, puasa akan mengaktifkan sistem pengendalian kadar gula darah. Apabila kadar gula darah turun, maka cadangan gula dalam bentuk glikogen yang ada di hati mulai digunakan.
Puasa juga bermanfaat untuk membersihkan racun-racun dari dalam tubuh, menurunkan berat badan, memurnikan pikiran dan membuat hidup lebih gembira. Sebab oleh puasa, pola makan akan menjadi lebih teratur, kebiasaan merokok terkurangi, pikiran menjadi lebih tenang dan jauh dari stres. Karena tingginya nilai ibadah puasa, tentunya setiap muslim tidak ingin melewatkan begitu saja bulan Ramadhan yang hanya datang setahun sekali itu.
Namun, banyak kalangan menganggap bahwa puasa berbahaya bagi penderita diabetes (diabetisi). Alasannya gula darah bisa menjadi sangat rendah hingga menimbulkan komplikasi hipoglikemia yang mengancam jiwa.

Apakah hal ini benar?
Dari sudut pandang kedokteran, jika berpuasa dilakukan secara baik dan benar seseorang yang memiliki penyakit diabetes pun aman melakukan puasa di bulan Ramadhan. “Diabetisi dapat menjalankan ibadah puasa asalkan terlebih dulu mengontrol gula darahnya,” jelas dr.Luthfan Budi Purnomo, SpPD, KEMD dari RS Sardjito, Yogyakarta.
Ia menambahkan, cukup periksa menggunakan alat monitor gula darah di rumah, misalnya dengan Accu-Chek dari Roche. Ukuran paling ideal jika gula darah puasa adalah dibawah 110 mg/dL atau gula darah 2 jam sesudah makan tidak lebih dari 160 mg/dL.
Namun tidak semua diabetisi aman untuk menjalankan puasa. Menurut Prof.DR.Dr.Askandar, SpPD, KEMD dari RS Dr.Sutomo, Surabaya, diabetisi dengan kadar gula darah diatas 250 mg/dL dilarang berpuasa, dan/atau sedang menggunakan terapi insulin diatas 20 unit/hari atau lebih dari 1 kali injeksi perhari.
Disamping itu, diabetisi dengan komplikasi berat, misalnya, gagal ginjal atau gagal jantung, tengah hamil, serta pernah mengalami komplikasi berat seperti ketoasidosis , menurutnya, jika dilanggar bisa berbahaya buat dirinya sendiri.
Lalu bagaimana untuk diabetisi yang sedang minum obat tablet diabetes? Mereka diperbolehkan berpuasa asalkan gula darahnya terkendali baik. Sementara, diabetesi yang mengkonsumsi obat sekali sehari, dapat meminum obatnya pada saat berbuka puasa, sedangkan bagi mereka yang meminum obat dua kali sehari dapat meminum obat dengan dosis lebih tinggi pada saat berbuka puasa dan dosis kecil pada saat sahur.

Kiat Khusus Bagi Diabetesi Berpuasa
1. Perhatikan jumlah asupan kalori perhari.
2. Lakukan aktivitas siang hari seperti biasa.
3. Dianjurkan istirahat siang jika memungkinkan.
4. Minum 6-8 gelas perhari untuk kesehatan ginjal dan menghindari dehidrasi.
5. Berolahraga bisa dilakukan setelah Shalat Tarawih, karena Shalat Tarawih itu sendiri sudah tergolong olahraga ringan.
6. Mengubah jadwal makan dan minum obat khusus selama berpuasa.

Sahur (pk. 3 – 4 WIB) Berbuka (pk.18 – 18.30 WIB) Setelah tarawih (pk.20 – 20.30 WIB) Sebelum Tidur
Porsi 35%

Makanan utama 1, makanan selingan, vitamin.

Porsi 30%

Makanan selingan, makanan utama 2,  obat tablet diabetes/insulin (jika diresepkan ).

Porsi 25%

Makanan utama 3.

Porsi 10%

Makanan selingan.

Perencanaan Puasa dan Monitor Gula Darah
“Sebelum berpuasa, sebaiknya diabetisi mengkonsultasikan terlebih dahulu kepada dokter, agar bisa membuat perencanaan secara individual,” saran Dr.Dante Saksono, SpPD, PhD, Dokter Spesialis Penyakit Dalam, RS. Cipto Mangunkusumo. Hal ini, dikarenakan kondisi setiap diabetesi berbeda.
Jika dokter menilai kondisi Anda memungkinkan untuk berpuasa, berupayalah untuk tetap menjaga kestabilan kondisi kesehatan Anda, terutama di pekan pertama puasa. Sebab, di masa itu, tubuh masih dalam tahap penyesuaian dengan pola makan dan konsumsi obat yang baru. “Ukur kadar gula darah Anda dua jam setelah sahur, pukul satu siang, dan pukul empat sore,” sambungnya.
Pengukuran gula darah secara berkala di minggu pertama puasa amat penting bagi diabetesi. Hanya dengan cara itulah diabetesi dapat menghindari resiko terjadinya penurunan kadar gula darah secara drastis alias hipoglikemi. “Segera hentikan puasa jika sesudah sahur dan minum obat, kadar gula darah kurang dari 80 mg/dl. Jika diteruskan berpuasa, pada siang hari nanti angkanya bisa lebih merosot lagi,” tutur Dante lagi.
Diabetesi juga dianjurkan untuk membatalkan puasa ketika mengalami peningkatan kadar gula darah, yakni lewat dari 250 mg/dl. Demikian pula jika Anda tiba-tiba mengalami sakit berat. Seandainya Anda mengalami hal tersebut, jangan dipaksakan untuk berpuasa.
Paparan diatas menambah panjang pentingnya diabetisi memiliki sendiri alat monitor gula darah dirumah, selain membantu mengurangi resiko komplikasi yang lebih berat, dan juga dapat meningkatkan kualitas hidup bagi para penderita diabetes. Jadi bagi diabetesi, tidak perlu khawatir untuk tetap berpuasa di bulan Ramadhan dan jangan lupa untuk tetap teratur memonitor gula dara Anda. Selamat menjalankan ibadah Puasa.