Apakah Engkau Sanggup Menggantikanku di Neraka Nanti?

Suatu malam, Amirul Mukminin ‘Umar bin Khaththab melakukan perjalanan memeriksa setiap rumah penduduk, ditemani oleh seorang pembantunya. Di kegelapan malam mereka menempuh padang pasir hingga tiba di sebuah gubuk. Dari dalam gubuk terdengar rintihan tangis anak-anak yang menyentuh kalbu. ‘Umar dan sahabanya mampir ke sana. Ditemuinya seorang wanita yang tengah menanak sesuatu…….” Mengapa anak-anak itu menangis terus ?”, tanya ‘Umar. ” Anak-anak itu kelaparan. Aku tidak mempunyai apa-apa untuk mereka makan. Untuk menghibur mereka, aku merebus batu di atas tungku itu, dan membiarkan mereka menunggu hingga tertidur pulas. Dengan tidur, lapar mereka akan lenyap”, ujar perempuan itu memelas.

‘Umar dan sahabatnya terdiam. Kemudian ‘Umar berkata: “Apakah Ibu tidak mendapat jatah pembagian gandum ?” ” Amirul Mukminin tidak pernah memperhatikan nasib kami. Allah pasti akan menghukum ‘Umar “, kata perempuan itu.
‘Umar tertegun, raut mukanya memancarkan kesedihan. Dengan bergegas dia pergi menuju gudang penyimpanan gandum. Hatinya cemas oleh ucapan perempuan miskin itu. Dia tidak menyangka bahwa di antara rakyatnya masih ada yang tidak mendapatkan jatah gandum. Sesampainya di gudang, sahabatnya diperintahkan menaikkan karung gandum ke atas pundaknya.” Biar aku saja yang memikulnya, Amirul Mukiminin “, kata sahabatnya. ” Apakah engkau akan sanggup menggantikanku di neraka nanti (atas kesalahanku-is) ?”

‘Umar langsung memikul sendiri gandum itu sampai ke gubuk perempuan miskin tersebut. Dia langsung memasaknya, dan setelah matang, dia sendiri yang menyuapi anak-anak yang kelaparan itu. ” Rupanya masih ada orang yang lebih baik daripada Amirul Mukiminin “, ujar perempuan itu tanpa mengetahui siapa yang menjadi tamu misteriusnya, “Engkau sebenarnya lebih pantas menjadi khalifah (pemimpin) daripada ‘Umar “.

Teladan Sang Khalifah
Dari Celah-Celah Kehidupan ‘Umar bin Khaththab