Dicari yang Berpengalaman
Renungan acara morning briefing kali ini berasal dari sebuah ide yang datangnya dari sebuah iklan tentang lowongan pekerjaan di beberapa surat kabar yang sepertinya sudah sering kita baca bersama dimana ada tertulis salah satu bunyi syaratnya adalah “Dicari yang Berpengalaman”.
Hati kita tergerak untuk menguraikan bagian tulisan tersebut sesuai dengan thema utama yang akan kita sharingkan dalam acara pagi ini yaitu Dicari Yang Berpengalaman.
Supaya kita menjadi orang pengalaman. Karena kalau kita renungkan kata berpengalaman itu sesuatu yang amat sangat penting.
Kenapa penting? Sebab bila karyawan di dalam perusahan semuanya memiliki pengalaman yang hebat maka perusahaan juga bisa hebat dan kuat.
Tetapi sebaliknya bila semua karyawan pengalamannya hancur-hancuran maka perusahaan juga bisa menjadi berantakan, oleh karena itu pengalaman adalah penting dan sungguh sangat penting Semua orang rindu disebut sebagai orang yang berpengalaman.
Semua perusahaan rindu memiliki karyawan yang berpengalaman sebab itu penting. Nah.. selain persyaratan berupa latar belakang dan pendidikan, ternyata pengalaman dalam disiplin ilmu kreatifitas bisa digambarkan atau diibaratkan bagai seluas bidang tanah yang subur yang siap ditanami dengan bibit yang unggul.
Sehingga muncul tunas muda dan secara cepat tunas itu, berubah menjadi batang yang bercabang-cabang kemudian tumbuh daun-daunan dan kemudian berbunga yang pada akhirnya bisa berbuah lebat dan buahnya tetap.
Sehingga sampai biji buah tsb siap ditanam kembali dan bisa berbuah lagi dengan hasil yang berlipat ganda.
Maka sekali lagi bisa dikatakan bahwa;pengalaman itu adalah sesuatu hal yang sangat penting. Hal ini perlu disampaikan dalam acara morning briefing kali ini.
Ada sebuah ILUSTRASI; zaman dulu kala hidup seorang nabi yang memiliki sebuah mantera untuk menghidupkan tulang-tulang orang mati. Murid-muridnya berkali-kali meminta agar sang nabi itu, memberikan rahasia mantera tsb kepada mereka. Tetapi nabi itu selalu menjawab
Sabarlah.. kamu kan perlu pengalaman lebih dulu.
Kamu perlu belajar bijak dari pengalaman. Tunggulah sampai kamu benar-benar menjadi matang. Toh pada akhirnya rahasia mantera itu pasti akan saya berikan kepada kalian.”
Namun demikian para murid itu, tetap saja mendesaknya dan mereka secara terus menerus mendesak nabi itu, dengan tidak sabar.
Pada akhirnya dengan berat hati dan terpaksa! Nabi itu memberikan rahasia mantera yang mereka minta itu. Maka di saat itu juga hati para murid menjadi terasa senang dan wajahnya tampak bergembira. Dan seketika itu juga, mereka meninggalkan sang nabi. Karena mereka ingin mempraktekan dan mencoba keampuhan mantera yang baru saja diterimanya itu. Di perjalanan mereka melihat ada beberapa batang tulang yang berserakan. Tanpa pikir panjang mereka berkata. “Mari kita coba sekarang!” Lalu mereka menggunakan mantera itu. Dan apa yang bakal terjadi?
Tulang-tulang itu mulai bergerak. Mantera itu benar-benar ampuh! Dengan mata terbelalak mereka melihat bahwa tulang-tulang itu mulai menjadi kerangka yang ditumbuhi daging. Ternyata kerangka itu berubah menjadi seekor serigala. Serigala yang hidup dengan mata yang liar dan perangai yang beringas serta menakutkan!
Murid murid itu lari ketakutan. Tetapi mereka dikejar serigala itu. Mereka diterkam. Dan pada akhirnya mereka tewas dengan tubuh yang terkoyak-koyak. Nah dari kisah tersebut dapat disimpulkan bahwa kepandaian dan kekuasaan seseorang belum tentu merupakan segala-galanya. Orang-orang yang pandai dan berkuasa belum tentu bisa bersikap bijak dalam menggunakan kepandaian dan kekuasaannya. Sebab mereka belum berpengalaman. Tetapi apakah arti sesungguhnya sebuah pengalaman?
Disini perlunya dikisahkan bahwa; ada dua orang manajer di suatu perusahaan yang sama. Sebut saja manajer A dan manajer B dalam kisah ini dikatakan bahwa manajer A sudah sepuluh tahun bekerja, sedangkan manajer B baru lima tahun bekerja.
Siapa yang lebih berpengalman? Apakah manajer A? Belum tentu! Kedua manajer itu setiap tahun tugasnya adalah memimpin dan mengelola perusahaan dimana mereka bekerja secara tekun dan rajin.
Manajer A dan manajer B telah berkali-kali dapat menyelesaikan semua permasalahan secara serius dan konsentrasi ketika perusahaan atau beberapa anak buahnya sedang menghadapi kesulitan besar dilapangan. Tetapi manajer A pada saat memberikan beberapa alternatif untuk mencari solusi selalu tetap menggunakan pola lama dan cara yang sama, begitu juga cakupan, urutan dan sistemnya selalu itu-itu saja. Jadi sama sekali tidak ada perubahan. Sehingga hasilnya medioker (pas-pasan) kurang efisien dan efektif serta tidak produktif.
Namun tidak demikian halnya yang telah dilakukan oleh manajer B. Dimana cara kerja dia sangatlah berbeda. Karena pada saat dia memberikan alternatif untuk mencari solusi pada masalah pekerjaan yang sedang dialami oleh anak buahnya.
Ternyata dia sudah menggunakan lima macam pendekatan dengan sistem yang berbeda. Dia selalu membandingkan dan menilai kelima macam pendekatan pada sistem yang berbeda tersebut, sebelum memecahkan setiap masalah yang terjadi di dalam lingkup pekerjaannya. Dan semua perubahan selalu disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.
Dia orangnya tidak segan-segan mau keluar dari norma, sikap maupun perilakunya selalu dinamis. Dia memiliki kemauan yang keras untuk terus menerus belajar dan selalu berusaha untuk melakukan adaptasi terhadap semua lingkungan dimana dia sedang berada. Maka hasil akhirnya benar-benar excelence sehingga nilainya jauh lebih efektif dan efisien serta produktif jika dibandingkan dengan hasil karya manajer A tsb.
Nah! siapakah kira-kira yang lebih berpengalaman? Jelas dalam hal ini yang lebih berpengalaman adalah manajer B walaupun masa kerjanya lebih singkat.
Jadi Pengalaman belum tentu identik dengan lama atau panjangnya masa kerja seseorang. Untuk itu perlu diingat bahwa pengalaman lebih dari sekedar mengalami sesuatu. Maka jangan salah sangka bahwa; apa yang kita lihat, kita dengar atau kita kerjakan, belum tentu menjadi pengalaman. Jadi apa yang kita kerjakan baru menjadi pengalaman kalau kita kelak’ bisa memanfaatkan kesalahan ataupun keberhasilan kita untuk pekerjaan kita selanjutnya.
Sebab kualitas sebuah pengalaman dapat diukur secara intensitas ketika maksud dan tujuan dapat diuraikan secara jelas dimuka dan dimengerti. Serta kemampuan kita untuk menarik pelajaran secara intens yaitu lebih dalam, lebih hebat, lebih padat dan berarah dari pengalaman itu sendiri.
Ada pakar pendidikan yang bernama Jhon Dewey ketika dia wafat usianya sudah mencapai 93 Tahun (1859-1952) Dia selama hidupnya telah berhasil menulis buku dengan judul EXPERIENCE and EDUCATION salah satu isi di dalam karya tulisannya mengatakan bahwa Cara belajar yang paling baik adalah belajar dari pengalaman. Bukan pengalaman dalam arti lebih dari sekedar mengalami sesuatu. Melainkan kita harus bertanya dalam hati nurani, apa yang dapat aku pelajari dari apa yang pernah aku alami apa kelemahanku, apa kekuatanku, apa yang perlu diperbaiki, apa yang perlu dirubah, apa yang sudah diperoleh bagi orang banyak dari semuanya ini?
Pengalaman baru bisa disebut pengalaman kalau apa yang dialami itu diuji secara kritis. Untuk itu, dibutuhkan sikap jujur terhadap diri sendiri dan mau mengakui kebodohan diri kita sendiri, serta yang terpenting kita mau mendengar saran yang diberikan oleh orang lain. Sebab orang yang cepat berpuas diri biasanya miskin pengalaman, walaupun apa yang dialami banyak. Untuk itu agar kita bisa disebut sebagai orang yang berpengalaman. Maka pertama kali yang harus kita lakukan dalam pekerjan kita sehari-hari adalah pentingnya belajar untuk bisa menjunjung tinggi standard mutu pekerjaan dan etika profesi.
Sehingga dengan demikian secara otomatis kehidupan kita pasti berubah menjadi bermutu atau berkualitas. Sebab kehidupan yang bermutu dan berkualitas bisa menghasilkan pengalaman.
Pengalaman bisa menghasilkan sikap yang bijak. Pengalaman bisa menjadikan orang lebih bersikap hati-hati dan bisa mempertimbangkan segala sesuatu secara tenang dan matang. Dia melihat persoalan bukan hanya dari satu perspektif saja atau dari kepentingan diri sendiri, melainkan dari berbagai perspektif atau dari kepentingan orang banyak. Dan untuk bisa jalan terus dia tidak begitu saja berjalan ngawur melangkah maju kedepan lalu akhirnya malah kena celaka. Jika perlu dia juga bersedia berhenti sejenak dan menepi atau malah bersembunyi ketika melihat malapetaka akan datang.
Intinya selain memiliki self starter yang pasti diapun juga memiliki daya nalar yang tinggi. Sekali lagi dikatakan bahwa; pandai dan berkuasa belum tentu punya arti bijak dan berpengalaman. Murid-murid Nabi tadi sudah pandai dan berkuasa karena mereka mempunyai mantera yang mampu menghidupkan kembali tulang. Akan tetapi karena sikap mereka terburu nafsu ketika menggunakan kepandaian dan kekuasaannya.
Maka tulang-tulang yang mereka hidupkan ternyata adalah tulang serigala. Mereka coba menghidupkan sesuatu yang kemudian malah mematikan mereka sendiri.
Mereka sudah mempunyai kepandaian dan kekuasaan. Tetapi mereka belum mempunyai sifat bijak dan pengalaman. Untuk itu esensi yang perlu disampaikan dalam renungan pagi hari ini adalah Justru sebab dari akibat atas kepandaian kita selama ini. Maka hingga sampai dengan sekarang ini kita telah diberikan suatu kepercayaan oleh perusahaan dimana kita berkarya. untuk memegang posisi dan kekuasan tertentu. Maka yang perlu diingat adalah janganlah sampai kita terburu nafsu atau menjadi sombong dan takebur seperti yang baru saja dilakukan oleh para murid nabi tadi. Yang pada akhirnya bisa merugikan diri kita sendiri. Untuk itu hendaknya kita bisa menjadi orang yang bijak. Karena orang pandai kalah dengan orang yang cerdik sedangkan orang cerdik kalah dengan orang yang bijak.
Oleh karena itu agar kita nantinya bisa menjadi orang yang bijak. Maka perlunya belajar dari pengalaman. Sehingga pada saat kita sedang menjalani kehidupan beragama, berkarya dan bermasyarakat. Benar-benar telah memiliki sifat yang bijak dan pengalaman. Namun demikian perlu kita sadari bahwa dalam diri setiap orang itu yang pasti mempunyai keterbatasan, tetapi demi kemajuan kita tidak boleh dibatasi oleh keterbatasan itu sendiri. Maka mulai sekarang bangunlah kemampuan kita diatas kemampuan.
Seperti sikap manajer B yang telah dicontohkan tadi. Untuk itu jangan cepat berpuas diri jadilah orang pandai dengan cara bergaul dan belajar dengan orang-orang berilmu atau ahli. Untuk itu jangan malu-malu belajar sambil bertanya kepada orang-orang yang pandai. Seperti kata pepatah lama bahwa Orang kaya tempat meminta dan orang pandai tempat bertanya.
Maka sudah dapat dipastikan bahwa kehidupan kita kelak di kemudian hari dapat diharapkan akan tampak jauh lebih sukses karena telah memiliki sifat bijak dan pengalaman. Namun dari semua kemampuan yang kita pelajari. Yang terpenting adalah semangat dan kemauan untuk belajar agar bisa berubah dan berbuah serta berlipat ganda.
KOMENTAR