Sifat Shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

BACAAN SESUDAH AL-FATIHAH

Disunnahkan sesudah membaca Al-Fatihah, membaca surat yang lain atau beberapa ayat pada dua raka’at yang pertama.
Kadang-kadang bacaan sesudah Al-Fatihah dipanjangkan kadang pula diringkas karena ada faktor-faktor tertentu seperti safar (bepergian), batuk, sakit, atau karena tangisan anak kecil. Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ” Aku melakukan shalat dan aku ingin memperpanjang bacaannya. Akan tetapi, tiba-tiba aku mendengar suara tangis bayi sehingga aku memperpendek shalatku karena aku tahu betapa gelisah ibunya karena tangis bayi itu ” (HR. Bukhari dan Muslim)
Panjang pendeknya bacaan berbeda-beda sesuai dengan shalat yang dilaksanakan. Bacaan pada shalat subuh lebih panjang daripada bacaan shalat fardhu yang lain, setelah itu bacaan pada shalat dzuhur, pada shalat ashar, lalu bacaan pada shalat isya, sedangkan bacaan pada shalat maghrib umumnya diperpendek.
Adapun bacaan pada shalat lail lebih panjang dari semua itu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ” Barangsiapa shalat Lail dengan membaca 200 ayat, dia akan tercatat sebagai golongan orang-orang yang teguh lagi ikhlas ” (HR Darimi dan Hakim). Juga ” Barangsiapa shalat Lail dengan membaca 100 ayat, dia akan dicatat sebagai hamba yang tidak lengah ” (HR Ahmad dan Ibnu Nashr dengan sanad shahih).
Sunnah membaca lebih panjang pada rakaat pertama dari rakaat yang kedua.
Tidak boleh imam memanjangkan bacaan melebihi dari apa yang disebutkan di dalam sunnah karena yang demikian bisa-bisa memberatkan ma’mum yang tidak mampu seperti orang tua, orang sakit, wanita yang mempunyai anak kecil dan orang yang mempunyai keperluan.

dikutip dari Sifat Shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani penerbit Media Hidayah (edisi terjemahan)