Menikmati Nanas Raksasa

Nanas Raksasa.

foto-foto: yuliantino situmorangArena bermain untuk anak-anak.

Perbincangan hangat terdengar kuat dari belasan pengeras suara di alun-alun festival Taman Wisata Mekarsari, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, Minggu (6/7) siang. Ribuan pengunjung yang baru tiba di lokasi wisata itu, bisa mendengar dengan jelas perbincangan itu. Sebagian pengunjung memilih berhenti dan menyimak dengan saksama.

Sebagian lagi mendengar sambil menyaksikan nanas raksasa di tengah alun-alun. Nanas raksasa itu terdiri dari 2008 buah nanas yang disusun rapi setinggi delapan meter dan lebar tiga meter.

Perbincangan hangat itu terus berlangsung mengiringi aktivitas para pengunjung yang baru tiba. Topiknya kebanyakan bicara soal nanas. “Lha, bukannya nanas itu enggak bagus buat wanita?” terdengar suara perempuan dewasa.

“Itu hanya mitos. Tidak benar wanita dilarang makan nanas. Nanas itu baik untuk siapa saja. Nanas memiliki zat bromelin yang sangat berguna bagi tubuh. Zat itu bisa mempercepat kesembuhan memar, jahitan-jahitan bekas operasi, dan mencegah terjadinya penggumpalan-penggumpalan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan stroke,” jawab seorang pria yang suaranya terdengar tegas dari pengeras suara.

Pertanyaan berlanjut. Beberapa pengunjung berupaya mencari asal suara perbincangan hangat itu. Ternyata itu berasal dari sebuah tenda besar. Di situ, puluhan anak-anak berseragam Youth Farmer Club didampingi orangtua mereka yang sebagian besar ibu-ibu, duduk rapi mendengarkan paparan tiga orang pembicara. Sejumlah pengunjung lainnya sudah berdiri di sisi tenda ikut mendengarkan perbincangan.

Hari itu para pengunjung disuguhkan pengetahuan soal buah nanas dan buah-buahan lokal lainnya dari sejumlah ahli. Isinya, manfaat buah bagi tubuh. Saat itu hadir sebagai pembicara, Rudi Purwanto, ahli buah dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Reza Tirtawinata ahli buah dari Mekarsari, dan Siti Mutia Rahmani, ahli gizi dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi).

“Orang Indonesia harus makan buah minimal 200 gram per hari, itu setara tiga buah jeruk atau pisang,” kata Rudi Purwanto menjawab pertanyaan seorang anak. “Kalau ibu-ibu harus dua kali lipat agar bisa terbebas dari kanker rahim,” kata Rudi. Sebagian ibu-ibu makin tertarik. Begitu juga anak-anak yang sebagian besar masih duduk di bangku sekolah dasar. Pertanyaan-pertanyaan lanjutan diajukan.

“Bagus juga, setidaknya ada sesuatu yang bisa dibawa pulang,” ujar Ratna, salah seorang pengunjung.

Kabag Kebun Produksi dan Penelitian Mekarsari, AF Margianasari kepada SP mengatakan, pihaknya memang tidak hanya menyuguhkan aneka hiburan di taman buah itu, tetapi juga pengetahuan kepada masyarakat soal buah-buahan, terutama buah-buah lokal. “Ini sebagai upaya mengampanyekan gerakan cinta buah Indonesia,” ujarnya.

Margianasari menjelaskan, selama ini Mekarsari dikenal masyarakat sebagai tempat wisata yang menghadirkan kebun berisi ribuan tanaman buah. Namun, hal itu tidak lengkap jika tanpa memberi pengetahuan soal manfaat buah-buahan itu.

Menurut dia, tahun ini pihaknya fokus pada buah nanas, sebagai salah satu buah lokal. Makanya hampir di setiap sudut alun-alun ada nanas. Bahkan, pengunjung juga dibagikan bibit nanas hasil persilangan yang dilakukan tim dari Mekarsari untuk ditanam dalam pot di rumah. “Tahun ini festivalnya kami sebut Nanas Vaganza, tahun lalu kami mengangkat soal pepaya, tahun sebelumnya pisang,” ujarnya. Festival nanas itu berlangsung 6-13 Juli.

Humas Mekarsari Catherina Day mengatakan, sebagai penarik minat masyarakat datang menghadiri festival selama liburan sekolah itu, pihaknya membuat nanas raksasa sebagai simbol festival. Di depan nanas raksasa itu, berdiri rumah nanas, mirip rumah Spongebob, tokoh kartun yang cukup dikenal anak-anak. Tidak hanya itu, untuk memeriahkan festival, Mekarsari bekerja sama dengan Nickelodeon Singapura juga mendatangkan tokoh kartun Spongebob. Pengunjung juga mengikuti sejumlah lomba seperti tebak buah, makan es krim buah, mengupas nanas, dan atraksi makan nanas bersama.

Berfoto bersama badut buah.

Bermain air.

Padat Pengunjung

Selama liburan sekolah, Mekarsari menjadi salah satu tempat wisata yang diserbu warga. Apalagi tiket masuk lokasi wisata ini relatif terjangkau sebesar Rp 10.000 per orang. Tidak hanya warga Jabotabek, tetapi juga warga dari beberapa wilayah lainnya. Pihak pengelola menyebutkan terjadi peningkatan jumlah pengunjung selama liburan tahun ini ketimbang tahun lalu. Total pengunjung mencapai lebih dari 20.000 orang per hari setiap week end (Sabtu dan Minggu). Tahun lalu jumlahnya hanya sekitar 17.000.

Bahkan, pada 6 Juli, jumlah pengunjung makin membeludak, terutama akibat tampilnya grup Ada Band di panggung alun-alun festival.

Selama liburan ini, pengunjung Mekarsari selain bisa menyaksikan kebun-kebun buah dengan berrkeliling naik mobil gratis, juga dapat menikmati aneka permainan. Sebagian besar permainan memang diperuntukkan anak-anak. Mulai dari atraksi outbound, aeromodelling, permainan bola raksasa, permainan mini, kereta api, pesawat mini, perahu dayung, perahu kanal, perahu naga, banana boat di Danau Mekarsari. Terlihat antrean panjang di setiap pintu masuk lokasi permainan. Ratusan anak rela berjemur agar bisa bermain.

Ratusan pengunjung lainnya memilih menggelar tikar di tengah-tengah kebun sambil menikmati hidangan yang sudah mereka bawa dari rumah. Sebagian pengunjung lainnya memilih mengikuti dalam paket Tur Kopi, yaitu belajar tentang tanam-an kopi, bagaiman acara memanen, hingga pengolahan sampai menjadi minuman kopi segar. Setiap pengunjung cukup membayar Rp 25.000 untuk mengikuti tur tersebut. “Acara tur kopi ini diadakan tiap hari Minggu pada liburan sekolah,” kata Margianasari.

Di samping paket Tur Kopi, sebagian pengunjung lainnya juga mengikuti Tropical Tour. Ternyata paket tur yang satu ini masih menjadi pilihan favorit pengunjung Mekarsari. Dalam tur ini, pengunjung dapat belajar budi daya melon, padi, bersepeda mengeksplorasi area tanaman langka, dan mendapat jus buah-buahan segar.

Sejumlah pengunjung yang ditemui SP mengaku puas. Namun, terlalu padatnya pengunjung membuat mereka sulit menjangkau lokasi-lokasi menarik lainnya. “Saya harus antre hampir satu jam untuk naik mobil gratis keliling kebun. Soalnya peminatnya membeludak, sementara armadanya tidak terlalu banyak,” ujar Nursa- tyo, warga Ciledug.

Tidak hanya itu, ketika menjelang sore, ribuan pengunjung keluar berbarengan. Akibatnya, terjadi antrean kendaraan sangat panjang di pintu keluar. “Di dalam sudah antre, pas pulang juga antre. Tapi tidak apa-apa asal anak-anak saya senang,” kata Suprapto, warga Pondok Gede, Bekasi. [SP/Yuliantino Situmorang]