Seiring dengan berkembangnya debat dan diskusi mengenai penyebab meningkatnya pemanasan global yang disebabkan ulah manusia, serta sejalan pula dengan menularnya demam hijau (green fever), kecenderungan manusia untuk hidup lebih sehat dengan kembali ke alam terbuka dan mengonsumsi makanan-makanan hijau yang lebih sehat yang semakin meluas di seluruh dunia, banyak pencinta lingkungan hidup dan politisi yang memandang biofuel (bahan bakar nabati) merupakan pengganti logis dari fossil fuel (bahan bakar fosil).
Namun seperti diberitakan oleh ABC News, dua penelitian terbaru yang diluncurkan Kamis (14/2) ini, mempertanyakan gerakan dunia yang mendukung penggunaan biofuel. Menurut para peneliti, produksi biofuel secara nyata berdampak pada pemanasan global, dan lebih banyak dampak negatif dari pada hasil positifnya.
Penelitian itu dilakukan oleh The Nature Conservancy di Minnesota dan Princeton University, keduanya di Amerika Serikat (AS). Kedua lembaga itu meneliti hal yang sama, dampak lingkungan apakah yang mempengaruhi pemanasan global dapat terjadi bila tumbuhan digunakan untuk biofuel?
Seperti dituliskan oleh Ashley Philips dari ABC News, kebutuhan ethanol di AS yang memerlukan bahan-bahan dari jagung, kedelai, dan sejenis rumput ranting (switchgrass), telah menyebabkan banyak lahan-lahan di seluruh dunia, seperti hutan hujan tropis dan padang rumput tempat hewan-hewan liar berkembang, dikonversi menjadi lahan untuk menanam bahan-bahan untuk keperluan ethanol tersebut. Akibatnya, terjadi pelepasan gas karbon ke udara dalam jumlah besar, para peneliti itu menyebutkan.
“Anda meminta para petani di seluruh dunia untuk menyediakan (bahan-bahan) untuk keperluan energi (ethanol), dan itu akan membutuhkan tambahan lahan pertanian. Sayangnya, hal itu dapat berakibat hutan dan kawasan liar lainnya, dikonversi menjadi lahan. Lalu apa konsekuensinya?” tanya Joe Fargione, Direktur Regional Ilmu Pengetahuan The Nature Conservancy, yang dijawabnya sendiri, “Bayangkan sebuah hutan liar dan sebuah kebun jagung. Ketika Anda mengkonversi lahan hutan liar menjadi kebun jagung, maka gas karbon yang berada di dalam tanah terlepas keluar dan berdampak pada pemanasan global.”
Setiap penanaman bahan untuk biofuel yang dilakukan dengan mengkonversi kawasan hutan liar menjadi kebun-kebun, menyumbang pada bertambahnya pemanasan global di seluruh dunia, kata Joe Fargione lagi.
Sementara itu, penelitian yang dilakukan Princeton University dan dipimpin oleh Timothy Searchinger, juga menunjukkan hal yang sama. Data-data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa berubahnya kawasan (hutan) liar menjadi perkebunan untuk penanaman bahan-bahan biofuel, menyebabkan terlepasnya gas karbon ke udara.
Para peneliti Princeton mendapatkan data bahwa perkebunan jagung untuk ethanol menggandakan emisi rumah kaca dalam waktu 30 tahun, dan sekaligus menyebabkan berkembangnya gas-gas rumah kaca yang berbahaya bagi lingkungan hidup.
“Duapuluh persen dari gas CO2 dihasilkan dari berubahnya fungsi tanah dan hutan-hutan yang hilang menjadi perkebunan. Jadi (penggunaan biofuel) sebenarnya hanya memindahkan persoalan, dari masalah berkurangnya bahan bakar fosil ke masalah penggunaan lahan yang kurang tepat,” kata Timothy lagi.
Konversi hutan menjadi perkebunan, ternyata mempengaruhi pada semakin bertambahnya pemanasan global. Paling tidak itu ditunjukkan dari hasil penelitian terhadap perkebunan kelapa sawit di Indonesia dan perkebunan kedelai di Amazon, Brasil.
Walaupun demikian, baik Fargione maupun Searchinger mengungkapkan, bagi mereka yang ingin terus berkomitmen memakai biofuel, sebaiknya memanfaatkan lahan-lahan yang sudah lama tidak terpakai, lahan kering, dan perkebunan yang tidak memberikan nilai tambah lagi. Namun jangan mengubah hutan dan kawasan liar menjadi perkebunan.
Fargione bahkan menambahkan, biofuel bukan satu-satunya jawaban untuk mengatasi pemanasan global. “Biofuel memang mungkin menguntungkan untuk dipakai mengganti bahan bakar fosil saat ini, tapi itu bukan ‘peluru perak’ yang bisa menghancurkan masalah pemanasan global,” katanya. [ABCnews/B-8]
Halo, mudah2an sudah kenal sama MrCamp ya, kalau belum salam kenal dulu dari Kami “MrCamp” merentalkan tenda/ tenda dome dan alat-alat camping/ berkemah seperti sleeping bag, matras spon, dll. Kami ada di tapos ciawi bogor 0251 2795249, 0251 910 8201, gojin 08151 9696749. Untuk lebih jelas / lengkapnya klik aja website kami di http://www.mrcamp.net atau http://www.tendaku.net
Mudah2an informasi ini bermanfaat buat kita semua ya guna memperlancar kegiatan/ aktivitas di alam terbuka
thx
mav ea bwt kk”nya,,,,boLeh kan aqu Copas bwt tugas kuLiah..??
emergency nih ka……
sbLm’a mav ud Copas tuLisan kk……
tp qu btuh bgd,,,, 😥
sbLm’a qu ucapain mksh ea kk…??
ok silahkan, good luck ya 😆