Dalam rangka peresmian Gading Cancer Center atau Pusat Pelayanan Kanker Terpadu dan Gading Cryo Center atau Pusat Cryo Rumah Sakit Gading Pluit (RSGP), Jakarta Utara, Rabu (12/3), diselenggarakan Seminar Terobosan Baru bertema “Diagnosa dan Pengobatan Kanker Payudara”. Pembicara seminar adalah spesialis radiologi, Dr Tjondro Setiawan, dan spesialis penyakit dalam, Prof Dr Abdul Muthalib.

Kedua dokter spesialis itu mengingatkan, kanker payudara di Indonesia menempati urutan kedua setelah kanker rahim, penanganan yang baik untuk kaum wanita adalah deteksi sedini mungkin.

Deteksi dini kanker semestinya dilakukan golongan yang berisiko tinggi dan masyarakat yang sehat, bukan yang sudah terminal atau menderita akut.

Pemeriksaan mammografi yang menggunakan sinar radiasi atau USG Payudara yang menggunakan gelombang suara tetap efektif dan mampu mendeteksi sampai 90 persen. Namun, saat ini, kaum wanita lebih dianjurkan menjalani Breast MRI (Magnetic Resonance Imaging) atau MRI Payudara demi diagnosa dini.

MRI telah berkembang pesat tiga tahun terakhir ini. Dengan menggunakan medan magnet, MRI dapat memeriksa sepasang payudara tanpa radiasi hanya dalam tempo 30 menit. Biaya MRI Payudara di RSGP sebesar Rp 2,1 juta dan Rp 750.000 untuk sub-contract tempatnya.

Menurut Tjondro, MRI berperan penting dalam evaluasi sebelum operasi (Pre-operative Evaluation) dapat mendeteksi tumor di payudara dan kanker yang tersembunyi. Kelenjar-kelenjar di ketiak atau kelenjar mamari internal yang terlepas oleh mammogram dan USG terdeteksi oleh MRI.

Terpenting lagi, jika perempuan dengan augmented breast mengidap tumor akan terdeteksi oleh MRI karena tumor mempunyai pembuluh darah. Sedangkan mammografi atau USG Payudara belum tentu dapat memperlihatkan tumor tersebut. Tjondro menegaskan, screening (pemeriksaan) penting demi mendeteksi kanker di tahap awal.

“Kanker pada saat stadium awal tidak berbentuk nodule dan tumor sehingga tidak bisa diraba,” katanya.

25 Tahun ke Atas

Menurut Tjondro, berbeda dengan mammogram yang hanya membuahkan empat foto, pemeriksaan MRI yang menghasilkan 150-200 foto dan curve (graph) yang dapat dipelajari sehingga membantu dokter dalam memberi diagnosis secara akurat.

Ia juga mengimbau wanita berusia 25 tahun ke atas untuk menjalankan screening MRI. Namun, perempuan juga seharusnya sudah mulai memeriksa diri sendiri sejak remaja.

Pemeriksaan tubuh sendiri (self-examination) sebaiknya dilakukan ketika mandi dengan sabun pada minggu kedua menstruasi, yakni tujuh hari setelah hari terakhir menstruasi.

Salah satu cara, tangan kanan diangkat, sementara tangan kiri meraba payudara kanan dan sebaliknya. Berhubung payudara wanita saat itu lembek, benjolan, jika ada, lebih dapat diraba dan terasa.

Pet Scan (Positron emission tomography scan) yang akan operasional di RSGP dalam waktu dekat adalah yang pertama di Indonesia. Pet Scan merupakan teknik diagnosa yang paling canggih, melebihi MRI.

Golongan risiko tinggi terjadinya kanker payudara adalah mereka yang mendapat haid pertama pada usia kurang dari 10 tahun dan mengalami menopause pada usia lebih dari 50 tahun.

Kaum wanita yang tidak pernah menikah dan tidak pernah melahirkan anak atau yang melahirkan anak pertama di atas 35 tahun juga termasuk kategori risiko tinggi.

Bagi para ibu yang tidak pernah menyusui anak juga sebaiknya waswas.

Faktor lain yang berperan adalah payudara yang pernah dioperasi karena tumor jinak maupun tumor ganas pada payudara dan adanya keluarga dekat yang menderita kanker.

Pengobatan

Pengobatan kanker payudara dapat berupa operasi, radiasi, kemoterapi, imunoterapi, dan hormon terapi. Terapi dapat dilakukan secara tunggal atau kombinasi dari cara-cara pengobatan dimaksud.

Sangat penting untuk pasien kanker agar tidak menghentikan pengobatannya kecuali atas anjuran dokter. Istilahnya, jangan berhenti di tengah jalan.

Kemoterapi kanker sifatnya tidak memilih sel apa yang dibunuh. Intinya, kemoterapi membunuh sel-sel yang bertumbuh cepat, termasuk sel kanker yang ganas dan sel sehat.

Berhubung sel akar rambut yang sehat sekalipun merupakan salah satu sel di kategori tumbuh pesat, tidaklah heran rambut pasien kemoterapi rontok. Pada umumnya, pasien tersebut juga sariawan.

Hormon terapi bermanfaat bagi penderita kanker payudara. Terapi dimaksudkan untuk sel kanker yang dilihat melalui pathology dan ada tempatnya untuk diberi hormon.

Imunoterapi merupakan terapi target. Radioterapi adalah terapi lokal, jadi sifatnya mengobati kanker di satu tempat saja.

“Penderita kanker diimbau untuk menanyakan kepada dokter cara yang terbaik untuk mengobati stadium kanker mereka. Bukannya memilih bentuk terapi atau pengobatan sesuai selera dan keinginan masing-masing. Ini disebabkan adanya indikasi tertentu yang menentukan cara apa yang patut diberi ke seorang pasien,” ucap Abdul. [RSP/S-26]