Diabetes merupakan salah satu penyakit tertua pada manusia dan dikenal dengan penyakit kencing manis. Nama lengkapnya adalah diabetes mellitus, berasal dari bahasa Yunani. Diabetes berarti pancuran, mellitus berarti madu atau gula.
Jadi istilah diabetes mellitus menggambarkan gejala diabetes yang tidak terkontrol, yakni banyak keluar air seni yang manis karena mengandung gula. Itulah sebabnya penyakit ini disebut “kencing manis”.
Dr Indra SM Manullang, SpPD, salah satu dokter spesialis penyakit dalam Siloam Hospitals Lippo Cikarang menjelaskan, seseorang adalah penderita diabetes mellitus, apabila hasil pemeriksaan laboratorium kimia darah menunjukan bahwa kadar glukosa darah dalam keadaan puasa (GDP) pagi hari di atas 110 mg/dl dan atau kadar glukosa darah sewaktu (GDS) 200 mg/dl.
Angka kejadian penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut perkiraan diabetes International (WHO Perspective) pada tahun 2000 didapatkan 8,4 juta (1,9 persen) menderita DM, angka ini akan meningkat terus dimana tahun 2030 diperkirakan mencapai 21,3 juta (2,8 %) menderita diabetes mellitus.
Untuk itu, Indra menganjurkan agar mengenali sedini mungkin diabetes yakni dengan mengenal faktor-faktor resiko terjadinya penyakit tersebut. Faktor risiko diabetes mellitus pada seseorang adalah: usia di atas 45 tahun, kegemukan (obesitas), hipertensi (TD>140/90 mmHg), adanya riwayat keluarga dengan diabetes mellitus, riwayat keguguran yang berulang saat kehamilan, melahirkan bayi cacat atau melahirkan bayi di atas 4 kg, riwayat DM pada kehamilan, riwayat kadar gula darah abnormal, yakni toleransi glukosa terganggu atau gula darah puasa terganggu, penderita dengan riwayat penyakit jantung koroner, tuberkulosis (TB) dan hipertiroidisme (kelenjar tiroid/gondok), dan kadar Kolesterol abnormal (HDL 35 mg/dl dan atau trigliserida 250 mg/dl).
Gejala-gejala diabetes mellitus meliputi adanya keluhan yang khas seperti sering buang air kecil terutama di malam hari, sering merasa haus, banyak makan atau mudah lapar, berat badan menurun cepat tanpa sebab yang jelas.
Sedangkan keluhan yang tidak khas yaitu: sering kesemutan, gatal-gatal di sekitar genitalia, sering keputihan pada wanita, adanya bisul yang hilang timbul, penglihatan kabur, cepat lelah, dan mudah mengantuk, luka sukar sembuh, dan impoten.
Penyakit DM dapat dikendalikan dengan pola/ gaya hidup yang sehat seperti diet dengan gizi seimbang, tinggi serat, dan rendah lemak, disertai aktivitas fisik/ latihan jasmani yang teratur serta konsultasi dokter dengan teratur.
Hal-hal tersebut ditujukan untuk mencapai hidup sehat dengan berat badan yang ideal dan mencegah semaksimal mungkin terjadinya komplikasi akibat diabetes ini.
Selain itu apabila makanan yang sehat dan latihan jasmani (nonfarmakologi) tidak dapat menurunkan kadar glukosa darah atau kontrol diabetes, maka penderita dianjurkan mengkonsumsi obat-obatan atau insulin, atau keduanya di bawah pengawasan atau konsultasi dokter.
Harus Terpadu
Indra menjelaskan bahwa prinsip pengelolaan DM secara keseluruhan harus terpadu. Langkah pertama, melakukan pemeriksaan kadar gula darah secara berkala, baik dengan penggunaan glukometer atau pemeriksaan laboratorium. Menaati pola makan seimbang yakni makan sehat pada umumnya.
Tidak banyak makanan yang dilarang, tetapi hanya dibatasi sesuai kebutuhan. Menunya pun dapat sama dengan keluarga dan gula dalam bumbu tidak dilarang asal tidak berlebihan.
Selain itu, penderita wajib untuk makan teratur sesuai jadwal, jumlah, dan jenis makanannya. Juga, menghindari pola makan yang salah yaitu tidak makan sama sekali atau makan terlalu banyak.
Langkah berikutnya adalah latihan jasmani secara rutin setiap hari. Olahraga/ latihan jasmani bermanfaat dalam menurunkan kadar glukosa darah karena dapat memperbaiki kerja dari insulin, menurunkan berat badan yang berlebihan, mencegah kegemukan dan mengurangi terjadinya komplikasi akibat diabetes itu sendiri. Sebaiknya olahraga dilakukan sedikitnya dengan frekuensi (3 – 4 x seminggu), secara intensif, berdurasi (30 – 60 menit) dengan jarak yang semakin lama bertambah jauh dan selalu menggunakan alas atau sepatu yang pas serta enak dipakai.
Ada pun jenis olahraga yang tepat bagi penderita DM adalah olahraga yang berirama, di mana otot-otot berkontraksi dan berelaksasi secara teratur dengan gerakan selang selang antara gerak cepat dan lambat. Latihannya secara bertahap sesuai kemampuan, mulai dari intensitas ringan sampai sedang hingga mencapai 30 – 60 menit.
Olah raga ini juga mencakup latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi, seperti jalan, jogging, berenang, bersepeda atau senam aerobik yang ringan.
Menurut Indra, yang harus diingat, jangan melakukan olahraga yang terlalu keras karena dapat menyebabkan keadaan hipoglikemia (suatu keadaan di mana kadar gula darah secara abnormal rendah/kurang dari 60 mg/dl) dan terjadinya cedera/trauma, terutama bagi mereka yang mendapatkan insulin. Untuk itu sebaiknya melakukan olahraga dalam batas yang wajar dan menghindari kekurangan cairan.
“Kenalilah tanda-tanda awal munculnya Hipoglikemia seperti keringat dingin, jantung berdebar, mual, lemas, pusing dan pandangan kabur”, saran Indra.
DM sering disertai komplikasi saat penderita berobat atau datang ke rumah sakit seperti: kaki busuk (gangren) dan bila tidak segera ditangani keadaan ini dapat berakibat fatal dan kaki pun harus diamputasi, gangguan aliran darah, impotensi, penyakit jantung koroner, kerusakan ginjal, stroke, dan pandangan kabur/ gangguan penglihatan yang jika tidak segera ditangani dapat menyebabkan kebutaan per-manen.
Untuk itu kenalilah gejala tersebut sedini mungkin terutama bila ada faktor risiko untuk terjadinya DM dan jangan putus asa bila menderita diabetes mellitus, serta konsultasikan dengan dokter bila anda menderita penyakit tersebut. [JHN/M-15]
KOMENTAR