Gila Sebenarnya
Oleh : Jalaludin Rakhmat

Pada suatu hari, Rasulullah SAW melewati sekelompok orang
yang sedang berkumpul. Beliau bertanya, “Karena apa kalian
berkumpul disini”.
Para sahabat menjawab, ” Ya Rasulullah, ini ada orang gila,
sedang mengamuk. Karena itulah kami berkumpul disini?”.

Beliau bersabda : “Orang ini bukan gila. Ia sedang mendapat
musibah. Tahukah kalian, Siapakah orang gila yang
benar-benar gila ( al-majnun haqq al-majnun)?”.

Para sahabat menjawab, “Tidak,ya Rasulullah…?” Beliau
menjelaskan, “Orang gila adalah orang yang berjalan dengan
sombong, yang memandang orang dengan pandangan yang
merendahkan, yang membusungkan dada, berharap akan ada Surga
Tuhan sambil berbuat maksiat kepadaNya, yang kejelekannya
membuat orang tidak anam dan kebaikannya tidak pernah
diharpkan. Itulah orang gila yang sebenarnya. Adapun orang
ini, dia hanya sedang mendapat musibah saja.”

Majnun, orang gila, berasal dari akar kata jannat, yang
artinya menutupi. Dia masih mempunyai akal, tetapi akalnya
itu tidak dapat menerangi perilakunya. Akalnya sudah
dikuasai hawa napsunya. Dengan pengertian inilah Nabi
Muhammad SAW, menyebut orang takabur sebagai majnun.
Para sahabat menyebut majnun kepada orang yang perilakunya
tidak normal (abnormal).

Sementara Nabi menyebut orang seperti itu dengan mubtala,
orang yang mendapat musibah, orang sakit. Dia sakit karena
tidak sanggup menanggung derita. Perilakunya yang aneh
hanyalah teknik untuk melarikan diri dari kenyataan yang
sangat menyakitkan : berpisah dengan orang yang dicintai,
dikhianati sahabat, kehilangan pekerjaan, menghadapi buah
simalakama, dsb.

Nabi SAW menyuruh kita melihat orang seperti itu sebagai
orang yang kita bantu. Ia buka majnun, tetapi mubtala. Kita
harus meringankan deritanya dan memberikan jalan keluar dari
bala yang mengenainya. Ia bukan orang yang tertutup akalnya.
Ia hanya orang yang hancur hatinya. Bukankah Tuhan berkata :
“Carilah Aku ditengah-tengah orang yang hancur hatinya ?”.

Orang yang kena bala harus didekati, tetapi orang gila harus
dijauhi. Menurut Nabi SAW, ciri utama orang gila adalah
takabur. Ia merasa dirinya besar dan merendahkan orang lain.
Takabur menutupi kenyataan bahwa ia tidak berbeda dengan
yang lainnya. Ia hanya makhluk yang berasal dari nuthfah dan
berakhir pada jifah (bangkai). Karena takabur, dia menjadi
majnun. Akalnya tertutup. Takabur mengubah kedudukan,
keturunan, dan kekayaan menjadi tirai baja yang menutup jati
dirinya.

Rasulullah SAW berkata kepada Abu Dzarr, “Wahai Abu Dzarr,
barang siapa mati dan dalam hatinya ada sebesar debu dari
takabur, ia tidak akan mencium bau Surga, kecuali jika Ia
bertaubat sebelum maut menjemputnya”. Abu Dzarr berkata:
“Ya Rasulullah, Aku mudah terpesona dengan keindahan, Aku
ingin gantungkan cambukku indah dan pasangan sandalku juga
indah. Yang demikian itu membuatku takut”. Rasulullah
bertanya : “Bagaimana perasaan hatimu ?”.
Abu Dzarr menjawab : “Aku dapatkan hatiku mengenal kebenaran
dan tentram didalamnya”.
Rasulullah berkata : “Yang demikian itu tidak termasuk
takabur. Takabur itu ialah meninggalkan kebenaran dan kamu
mengambil selain kebenaran. Kamu melihat kepada orang lain
dengan pandangan bahwa kehormatannya tidak sama dengan
kehormatanmu, darahnya tidak sama dengan darahmu”.

Walhasil, Anda takabur kalau Anda tidak mau menerima
kebenaran karena yang menyampaikan kebenaran itu rakyat
kecil, Orang miskin, bawahan atau pegawai. Anda tidak mau
mendengar nasehat dari Anak atau Istri Anda, karena Anda
menganggap mereka lebih rendah dari Anda. Anda tidak mau
mendengar pembicaraan dari orang Isalam yang pahamnya
berbeda dengan Anda karena Anda menganggap mereka sesat dan
Anda berada di jalan yang benar. Karena Anda mempunyai
hubungan dekat dengan orang besar, Anda ingin diperlakukan
sebagai orang istimewa dan hokum apapun tidak boleh berlaku
untuk Anda.

Karena Anda merasa lebih berilmu, Anda meremehkan orang yang
Anda anggap bodoh. Anda kecam mereka. Anda tertawakan
kejahilan mereka. Kalau ilmu Anda itu ilmu Agama. Anda
berikan gelar-gelar yang buruk kepada orang yang Anda
pandang tidak sepaham dengan Anda. Anda khusukan Surga itu
untuk kelompok Anda dan neraka untuk kelompok lain. Anda
sahkan semua ibadah Anda dan anda batalkan ibadah yang lain.

Karena Anda ahli ibadah, Anda merasa diri Anda yang paling
salih diantara seluruh makhluk di Bumi ini. Anda sombong
dengan salat malam anda. Anda bangga dengan bacaan Alquran
Anda. Anda tinggi hati dengan haji dan umrah Anda. Kemudian,
Anda merasa puas dengan ibadat Anda dan lupa dengan akhlak
Anda di tengah-tengah masyarakat. Anda begitu puas dengan
puasa Anda, sehingga Anda lupa pada fakir miskin disekitar
Anda. Anda begitu senang dengan salat Anda sehingga Anda
lupa memperbaiki akhlak Anda.

Karena Anda mempunyai kekayaan lebih dari kebanyakan orang.
Anda busungkan dada anda. Anda rendahkan orang-orang yang
kurang kaya disbanding Anda. Anda ciptakan kelompok
eksklusif. Anda singkirkan ke pinggir, orang-orang yang
lebih miskin dari anda. Anda menganggap mereka tidak
sederajat dan tidak sedarah dengan anda.

Karena anda merasa berkuasa, anda tidak segan-segan
menggebuk orang yang tidak anda sukai. Anda tidak
menghiraukan penderitaan rakyat kecil yang anda tindas
dengan semena-mena. Anda menegakkan kekuasaan diatas
keringat, air mata dan darah orang-orang yang tak berdaya.

Kalimat-kalimat diatas dapat anda gunakan untuk mendiagnosis
apakah anda memiliki penyakit takabur. Satu saja diantara
“gejala” itu anda rsakan, anda sudah menjadi orang yang
betul-betul gila (almajnun haq-almjnun)

*** disarikan dari buku Reformasi Sufistik
karya Jaludin Rakhmat
Penerbit : Pustaka Hidayah.
Salinan dari harian pagi “meteor”, kamis 22
Nopember 2001