Perintah berbakti kepada orang tua dalam Al-Quran dipersan-dingkan dengan perintah hanya menyembah Allah SWT dan larangan berlaku syirik kepada-Nya :
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya …” (QS. 17 Al-Israa’ : 23). Janganlah kamu menyembah selain kepada Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak dengan sebaik-baiknya …” (QS. 2 Al-Baqarah : 83)
Rasulullah SAW mengingatkan agar kita selalu bersikap, bertindak dan berbicara dengan tindakan dan pembicaraan yang membuat orang tua rela, karena jika tidak, dapat mendatangkan malapetaka, sebagaimana sabda Beliau yang artinya : “Ridla Tuhan terletak pada ridla orang tua dan murka-Nya terletak pada marah mereka.” (HR. At-Thabrani dari Ibnu Umar : Shoheh) Berbakti kepada orang tua harus tetap dilakukan meskipun kedua orang tua telah meninggal dunia atas dasar sejumlah hadits sebagai berikut :
“Seseorang datang menghadap Rasulullah SAW. dan bertanya : “Ya Rasulallah, apakah masih ada peluang bagiku untuk beramal sebagai baktiku kepada kedua orang tua yang telah meninggal dunia?” Maka Nabi menjawab : “Ya ada, yaitu dengan cara berdoa (untuk kesejahteraan) atas mereka, memintakan ampunan bagi mereka, melaksanakan janji/pesan mereka sesudah mereka meninggal, melakukan silaturrahim (dengan orang) yang tidak akan menyambung kecuali dihubungkan dengan mereka dan memuliakan sahabat mereka.” (HR. Abu Dawud)
“Sesungguhnya Sa’ad bin ‘Ubadah mempunyai ibu yang telah meninggal dunia, sedang ia tidak ada di sisinya. Kemudian ia datang kepada Rasulullah SAW dan bertanya: “Ya Rasulallah sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia, sedang saya tidak ada di sisinya. Apakah bermanfaat baginya jika aku bersedekah atas namanya?” Maka beliau menjawab: “Ya.” (HR. Al-Buchori dari Ibnu Abbas)
“Sungguh seseorang berkata kepada Nabi SAW: “Sesungguhnya bapakku telah meninggal dunia dan meninggalkan harta tetapi tidak meninggalkan wasiat, maka apakah dapat menghilangkan dosanya jika aku bersedekah atas namanya?” Jawab Nabi : “Ya”. (HR. Muslim, Ahmad dan lain-lain)
“Sesungguhnya seorang perempuan dari suku Juhainah datang kepada Nabi SAW lalu berkata: “Sesungguhnya ibuku bernadzar akan menunaikan haji tetapi dia sampai meninggal dunia belum mengerjakannya, maka apakah aku boleh menghajikan atas namanya?”, beliau menjawab: “Berhajilah atas namanya; mengertikah kamu apabila ibumu mempunyai hutang maka kamu sebagai pembayarnya? Maka bayarlah, sesungguhnya hutang hutang kepada Allah lebih berhak untuk dibayar”. (HR. Al-Buchori dari Ibnu Abbas r.a.)
“Apabila anak keturunan Adam meninggal dunia maka pahala amalnya terputus kecuali pahala dari tiga hal, yaitu shodaqoh Jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang selalu mendoakannya.” (HR. Al-Buchori dan Muslim)
“Tiada keadaan mayit dalam kuburnya kecuali laksana orang tenggelam yang meminta pertolongan; ia menunggu dengan penuh harap akan doa dan hadiah yang akan dapat ia peroleh dari anaknya, saudaranya dan sahabatnya. Apabila telah ia peroleh doa dan hadiah maka ia sangat gembira, lebih senang daripada memperoleh dunia seisinya. Sesungguhnya doa dan hadiah orang hidup kepada orang yang telah meninggal itu berupa doa, istighfar (memohonkan ampunan) dan (pahala) berbagai dzikir.” (HR. Ad-Daylami)
“Dari Abu Bakar r.a. ia berkata: “Bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa menziarahi kubur kedua orang tuanya atau salah satunya pada tiap hari Jumat sekali, seraya membaca Yasin di sisinya, maka dia mendapatkan ampunan sebanyak huruf-huruf surat itu.” (HR. Ahmad, Ibnu ‘Adie, Abu Syaikh, Ibnu Ad-Daylami dan Ibnu An-Najar)
Berbakti kepada orang tua yang telah meninggal dunia dapat dilakukan dengan cara antara lain :
- Mendoakan untuk kesejahteraan / mendapat rahmat di kuburnya dan di akhirat.
- Memohonkan ampunan,
- Melaksanakan janji / wasiatnya,
- Melanjutkan silaturrahim orang tuanya kepada kenalan orang tuanya,
- Menghormati sahabatnya,
- Bersedekah atas namanya,
- Membayar hutangnya, menunaikan hak-hak Allah yang menjadi kewajibannya seperti haji, shalat, puasa, dan nadzar,
- Beramal dengan niat pahalanya juga untuk orang tua, misalnya ketika shalat dan berpuasa, membaca Al-Quran, dzikir dan lain-lain,
- Menziarahi kuburnya.
Mengenai hadiah pahala, Rasulullah SAW memberikan contoh antara lain dengan cara menyembelih qurban dengan niat pahalanya juga Beliau hadiahkan untuk keluarga sendiri dan untuk umatnya. Pengertian anak termasuk anak menantu dan pengertian orang tua termasuk mertua. Wallahu A’lam
KOMENTAR