Kelenjar prostat hanya dimiliki kaum pria dan permasalahannya mulai muncul setelah usia di atas 40 tahun. Permasalahan yang sering timbul adalah infeksi prostat atau pembesaran prostat jinak ataupun ganas. Kalau terjadi, penderita akan akan mengalami gangguan saat berkemih.

Menurut dr Charles M Hutasoit, SpU Urologist dari Siloam Hospitals Kebon Jeruk Jakarta Barat, pembesaran prostat adalah sesuatu yang alami dan akan terjadi pada semua pria. Penyakit yang biasanya muncul saat usia mencapai 40 tahun dan di atas usia 40 tahun.

Jika pria di bawah 40 tahun terkena gangguan prostat, maka biasanya yang terjadi adalah infeksi pada prostat. Namun, bagi pria di atas 40 tahun, bila mengalami gangguan prostat, ini adalah akibat dari pembesaran prostat.

Pembesaran prostat terbagi menjadi dua: jinak dan ganas. Yang jinak adalah pembesaran prostat yang terjadi secara alamiah. Setiap pria akan mengalami pembesaran alami ini, karena perumbuhan prostat dipicu oleh hormon dehidrotestoteron, yaitu suatu bentuk aktif hormon testosteron yang dihasilkan testis dan sudah mengalami perubahan di dalam kelenjar prostat.

Prostat adalah salah satu kelenjar kelamin pria yang secara anatomis letaknya tepat di bawah kandung kemih dan berfungsi sebagai penghasil air mani. Jika terjadi pembesaran prostat, hal tersebut akan mengganggu pria buang air kecil, hal ini diakibatkan posisinya yang berada di bawah kandung kemih, yang akan mengganggu aliran air seni.

Gangguan yang muncul seperti: buang air kecil yang terputus-putus dan sulit untuk mengeluarkan air kecil sehingga harus ngedan. Sekalipun bisa buang air kecil, tetapi pancaran air seni lemah atau cenderung keluar sedikit.

Karena keluarnya air seni tidak maksimal, maka mengakibatkan air seni akan tersisa di kandung kemih, akibatnya frekuensi buang air kecil akan bertambah. Bila malam hari, akibat frekuensi buang air kecil yang bertambah, maka penderita akan sering terbangun dari tidur untuk buang air kecil.

Air seni yang tersisa dalam kandung kemih inilah yang bisa menjadi awal dari infeksi saluran kencing. Gejalanya yang timbul biasanya buang air kecil sakit dengan frekuensi meningkat.

Jika sudah sampai tingkat yang parah, maka bisa terjadi pendarahan saat buang air kecil. Air seni tersebut banyak mengandung garam dan bahan lain, dan bila terjadi pengendapan, maka akan berubah menjadi batu yang akhirnya dapat menimbulkan sumbatan pada saluran kemih.

Sementara ginjal terus memproduksi air seni untuk dibuang. Jika saluran pembuangannya terhambat, maka air seni akan kembali ke atas, meracuni tubuh dan mengganggu fungsi ginjal. Selanjutnya ginjal akan membesar dan penderita merasakan nyeri pinggang.

Beberapa diagnosa yang perlu dilakukan diagnosa pada penderita antara lain melihat keluhan-keluhan yang dialami, usia penderita, sering mual, muntah, kencing berdarah, dan juga dilakukan pemeriksaan sampai ke ginjal untuk melihat apakah sudah terjadi komplikasi. Selain itu juga ada pemeriksan colok dubur, dimana dokter akan mampu menilai volume dari prostat tersebut dan dapat membedakan apakah prostat tersebut ganas atau jinak.

Jika prostat yang ditemukan tidak simetris, permukaan tidak licin, dan ada benjolan, maka prostat tersebut ganas. Fungsi ginjal dan urin juga diperiksa serta pemeriksaan penanda tumor dari prostat.

Pemeriksaan darah juga dilakukan, setelah itu dengan ultrasonografi. Yang dilakukan adalah ultrasonografi lewat anus. Keuntungannya, karena anus dekat dengan prostat, maka kondisi prostat dapat dilihat langsung. Jika termasuk ganas, tindakan biopsi dapat dilakukan saat itu juga.

Pengobatan

Pengobatan konservatif bisa dilakukan dengan obat-obatan, seperti golongan alpha blocker yang tujuannya membuat otot prostat rileks, tahanan menjadi lemah, lalu pasien bisa buang air kecil, ataupun golongan 5 alpha reduktase blocker yang bertujuan untuk menghambat perubahan testosteron menjadi dehidrotestosteron, sehingga prostat diharapkan dapat mengecil ukurannya.

Kalau semua ini sudah tidak bisa, maka dilakukan operasi pembedahan. Operasi bisa dilakukan dengan cara yang biasa yaitu operasi terbuka dan yang paling canggih dengan menggunakan laser.

Lalu, apakah benar dengan anggapan bahwa kalau pria sangat jarang melakukan hubungan seks, maka akan terserang gangguan prostat. “Telah ada beberapa penelitian mengenai hal itu, namun belum ada ada kesepakatan bahwa pembesaran prostat berhubungan dengan frekuensi hubungan seksual”. “Namun, di sini yang perlu ditekankan bahwa pembesaran prostat adalah proses alamiah yang terjadi pada semua pria normal,” ungkap dr Charles. [PR/M-15]