Hidangan roti sedang “naik daun” alias banyak diminati. Makanan empuk ini memang nikmat, mudah didapat, dan bergizi padat.

Tak perlu diragukan, roti memang praktis untuk hidangan sarapan atau bekal “sekolah” si kecil. Apalagi, roti makin mudah didapat, dan variasinya pun semakin beragam. Mulai dari roti yang dijual tukang roti keliling sampai bakery ala Prancis dan ala Amerika yang dipajang di bakery ternama di berbagai mall .

Roti bukan sekadar makanan yang mudah didapat, tapi juga punya segudang gizi bermanfaat. Peranan roti kelak, bisa tidak lagi sebatas menu untuk sarapan, tetapi juga untuk makan siang dan makan malam. Oleh karena itu, kandungan gizi roti perlu diperhatikan agar dapat memberikan sumbangan gizi yang berarti.

Nilai gizi roti

Secara umum roti dibedakan atas roti tawar dan roti manis. Roti tawar dapat dibedakan lagi atas roti putih (white bread) dan roti gandum ( whole wheat bread ). Sedangkan roti manis sendiri dibedakan atas dasar bahan pengisinya, seperti roti isi pisang, nenas, kelapa, daging sapi, daging ayam, sosis, coklat, keju, dan lain-lain.

Dibandingkan dengan 100 gram nasi putih atau mi basah, maka 100 gram roti memberikan energi, karbohidrat, protein, kalsium, fosfor dan besi yang lebih banyak. Sebagai menu sarapan atau bekal “sekolah” si kecil, biasanya roti disajikan bersama susu dan telur goreng atau dadar. Menu ini akan meningkatkan perolehan zat gizi, khususnya protein yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak balita.

Di dalam kelompok bakery , roti merupakan produk yang paling pertama dikenal dan paling populer hingga saat ini. Komposisi roti tawar umumnya terdiri dari: 57% tepung terigu; 36% air; 1,6% gula; 1,6% shortening (mentega atau margarin); 1% tepung susu; 1% garam dapur; 0,8% ragi roti ( yeast ); 0,8% malt dan 0,2% garam mineral.

Gula, walaupun dalam jumlah sedikit perlu ditambahkan ke dalam adonan roti. Hal ini karena gula berperan sebagai pertumbuhan ragi roti ( Saccharomyces cereviseae ) untuk dapat menghasilkan gas karbondioksida (CO 2 ) dalam jumlah yang cukup untuk mengembangkan adonan secara optimal.

Tabel. Komposisi Gizi Roti Dibanding Nasi dan Mi Basah per 100 gram Bahan Zat Gizi Roti putih Roti cokelat Nasi Mi basah

Roti putih

Roti cokelat

Nasi

Mi basah

Protein (g)

8,0

7,9

2,1

0,6

Lemak (g)

1,2

1,5

0,1

3,3

Karbohidrat(g)

50,0

49,7

40,6

14,0

Kalsium (mg)

10

20

5

14

Fosfor (mg)

95

140

22

13

Besi (mg)

1,5

2,5

0,5

0,8

Vitamin A (SI)

0

0

0

0

Vitamin B1 (mg)

0,10

0,15

0,02

0

Vitamin C (mg)

0

0

0

0

Air (g)

40

40

57

80

Sumber: Direktorat Gizi, Depkes RI (1992)

Roti putih atau roti gandum?

Selain roti putih, kita juga mengenal roti gandum yang berwarna kecoklatan. Roti putih dibuat dari tepung terigu kuat, yaitu tepung yang mampu menyerap air dalam jumlah besar, dapat mencapai konsistensi adonan yang tepat, serta memiliki elastisitas yang baik untuk menghasilkan roti dengan remah yang halus, tekstur yang lembut, volume yang besar, dan mengandung 12-13% protein.

Kebanyakan konsumen lebih menyukai roti putih karena beberapa alasan, seperti:

* Secara psikologis, roti putih dianggap lebih bersih, murni, bebas cemaran dan lebih aman.

* Roti putih memiliki tekstur yang lebih lembut.

* Harganya lebih murah.

Dari sudut pandang gizi, roti gandum utuh ( whole wheat bread ) sebenarnya memiliki nilai gizi yang lebih baik dibandingkan roti putih ( white bread ). Beberapa keunggulan roti yang terbuat dari tepung gandum utuh itu adalah mengandung serat pangan, antioksidan, fitoestrogen (baik untuk mencegah penyakit jantung dan aneka kanker), vitamin dan mineral yang jauh lebih banyak dibandingkan roti putih. Selain itu, roti gandum juga memiliki cita rasa yang sangat khas.

Meski begitu, bukan berarti roti putih tidak mengandung gizi. Roti putih merupakan sumber protein, vitamin dan mineral. Hanya saja, karena pengolahan gandum menjadi terigu membuang bagian dedak yang kaya akan mineral dan serat pangan ( dietary fiber ), maka nilai gizinya tidak sekaya roti gandum.

Roti plus

Jika dulu orang menganggap harga roti mahal, kini anggapan itu sudah berbalik. Sekarang makin banyak orang yang memanfaatkan roti sebagai sumber karbohidrat bukan nasi.

Salah satu akibat konsumsi roti yang kian “merakyat” itu adalah penambahan ( fortifikasi ) berbagai zat gizi ke dalam roti. Serat, misalnya. Dedak dalam gandum yang dulu disingkirkan dalam roti putih karena dianggap sebagai pakan ternak, kini dijadikan sebagai bagian penting dari terigu yang perlu dipertahankan. Dengan begitu, sifat dan nilai gizi roti putih mendekati roti yang terbuat dari tepung gandum utuh ( whole wheat bread ), khusunya dalam meningkatkan kadar serat pangan dan mineralnya.
Selain serat, roti juga dapat difortifikasi dengan berbagai macam zat gizi. Beberapa zat gizi yang banyak ditambahkan ke dalam roti adalah vitamin, seperti thiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2) dan niasin, serta sejumlah mineral berupa zat besi, iodium, kalsium, dan lain-lain.

Belakangan ini, untuk meningkatkan mutu protein bagi tubuh, roti juga diperkaya dengan asam lemak tidak jenuh ganda (PUFA), terutama kelompok omega-3 seperti EPA ( asam eikosapentaenoat ) dan DHA ( asam dokosaheksaenoat ). Roti isi tuna adalah salah satu contoh roti yang diperkaya omega-3.

Penelitian telah membuktikan betapa pentingnya penambahan PUFA ke dalam makanan formula untuk mendukung perkembangan bayi dan balita. PUFA dapat meningkatkan kemampuan anak untuk memusatkan perhatian, memecahkan masalah, dan penglihatan (visual).

Dari nilai plus roti, apalagi yang difortifikasi berbagai zat gizi, jelas roti merupakan hidangan alternatif yang baik bagi menu keluarga. Jadi, kelebihan menghidangkan roti karena mudah didapat akan bertambah berkat nilai gizinya.

*Prof. Dr. Made Astawan

*) Penulis adalah Guru Besar pada Departemen Teknologi Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.