Alkisah , di sebuah desa di pedalaman Iraq terdapat sebuah toko roti yang sangat terkenal. Aroma roti yang semerbak mengundang seorang lekaki tua miskin untuk berhenti di depan toko tersebut dan menikmati aroma roti yang sangat harum. Sebenarnya ia ingin sekali memenuhi perutnya dengan sepotong roti, namun apa daya ia tak memiliki sepeserpun uang. Si penjual roti memperhatikan lelaki tua ini kemudian keluar dan menghardiknya.”Hai bapak tua! Apa yang sedang kau lakukan?” lelaki tua itu menjawab. “ Saya sedang menikmati aroma roti dari toko tuan” karena geram dan merasa terganggu dengan pemandangan lekaki tua itu kemudian sang penjual roti berkata “ Kalau begitu, anda harus membayar seratus dinar.” Si Lelaki tua itu terperanjat. “ Tapi saya hanya mencium aroma roti saja, tuan…” ujarnya protes. “Bagaimanapun, kau tetap harus membayarnya, bapak tua”ujarnya tak mau kalah. Lelaki tua itu kembali menghiba hingga kemudian datanglah seorang lelaki bijak dan menanyakan apa yang tengah terjadi. Sang penjual roti membuka suara “ Bapak tua ini tidak mau membayar rotinya” ujarnya. “ tapi saya tidak makan rotinya tuan, saya hanya merasakan aroma roti yang begitu harum, sedangkan perut saya kelaparan” lelaki bijak itu tersenyum kemudian bertanya kepada si penjual roti. “ Saya yang akan membayarnya, berapa harga aroma roti itu?”. Tak menyangka mendapat balasan seperti itu, sang penjual roti terkejut, sama terkejutnya dengan lelaki tua disampingnya. “seratus dinar” jawab si penjual roti. Tak lama kemudian lelaki bijak itu mengeluarkan beberapa koin sejumlah seratus dinar, menyimpannya di dalam saku dan menggoncangnya hingga terdengarlah suara gemerincing koin. “Apa kau bisa mendengar suara koin senilai seratus dinar ini?” katanya. “ iya” jawabnya heran. Lelaki bijak itu berkata “ itulah bayaran untuk aroma roti dari toko anda”.
Begitulah, si penjual roti seperti pejabat yang sombong, ia memiliki kekayaan tapi bukannya membuat ia menjadi murah hati justru semena-mena dengan apa yang ia miliki. Lelaki miskin itu adalah rakyat jelata, yang mudah ditipu dan di fitnah atau dijadikan alat untuk memuaskan keinginan para pejabat sombong. Dan semoga lelaki bijak itu adalah kita, yang membela kebenaran dan bisa memberikan pelajaran pada para pejabat sombong yang sering berbuat semena-mena.
Oleh: Ukhti Keisya
KOMENTAR