foto-foto : SP/Stevy WidiaKue ulang tahun dihiasi coklat.

Anak-anak umumnya suka dengan cokelat. Tapi sering kali para orangtua melarang mereka memakannya terlalu banyak. Bahkan, ada beberapa orangtua sengaja menakut-nakuti anaknya dengan kisah Hansel and Gretel, dongeng karya H.C Anderson tentang rumah cokelat yang dihuni nenek sihir pemakan anak-anak. Namun, anak-anak sepertinya tidak begitu peduli dengan ancaman itu. Begitu ada cokelat di tangan mereka, langsung saja mereka lahap.

Daripada Anda sibuk “melawan” daya tarik cokelat, ada baiknya mengajak anak untuk ikut melihat proses pembuatan kue cokelat, sekaligus membuat permen cokelat sendiri. Seperti yang dilakukan anak-anak dari kelompok bermain Sanggar Bona Depok di Kedai Cokelat Qta Qta, Depok, Jawa Barat.

Awalnya, anak-anak berusia dua hingga empat tahun itu sempat bingung dengan kegiatan kali ini. “Katanya di rumah cokelat, kok nggak boleh minta cokelat?” tanya Nadia (4) pada gurunya, Dian. Pasalnya mereka melihat ada begitu banyak kue dan permen cokelat yang dipajang di etalase. Begitu menggiurkan, tapi kok tidak boleh dipegang. Sampai ada yang protes, minta pulang.

Satu, dua, tiga, siap grak! Anak-anak berbaris rapi siap melakukan kitchen tour. Awalnya banyak yang gelisah. Tapi itu segera berubah jadi ceria ketika mereka mendapat suguhan susu cokelat dingin. Mbak Ririn dari kedai cokelat tersebut menjelaskan, apa itu cokelat, bahan pembuatnya, jenis-jenis cokelat dan aneka makanan yang dapat dibuat dari cokelat. Penjelasan ini ditimpali kicauan dan jeritan khas anak-anak membuat suasana pagi makin meriah.

Setelah selesai melihat tempat penyimpanan bahan cokelat dan bagian dapur, para balita itu lalu diajak melihat demo pembuatan banana cake cream mocha. Bagian yang paling mendapat perhatian adalah saat melapisi kue dengan krim mocha. Anak-anak ikut terlibat dalam hal ini. Beberapa anak tidak dapat menahan diri untuk mencuil dan mencicipi krim mocha. Alhasil mulut dan muka mereka jadi belepotan cokelat.”Enak ya bu, manis. Bisa minta lagi nggak?” tanya Ken (3,5) sambil sibuk menjilati jarinya. Padahal menurut ibunya, sebelum ini Ken kurang begitu suka dengan rasa cokelat.

Rupanya banyak dari anak-anak itu penasaran karena selama ini mereka melihat kue cokelat dalam wujud yang sudah jadi. Kegiatan ini menurut Asih Wijayanti, Kepala Sanggar Bona Depok, diharapkan akan memperkaya pengalaman hidup bagi anak-anak. “Saya ingin anak-anak sejak dini bisa mengenal alam dan lingkungan sekitar mereka. Termasuk dari mana datangnya makanan yang sehari-hari mereka makan seperti cokelat,” ucapnya.

Anak-anak semakin antusias setelah diperbolehkan berkreasi dengan kue cokelat mereka sendiri. Ada sibuk yang menaburi kuenya dengan butiran cokelat chip, ada yang memakai cokelat tabur (meises), ada juga yang memberi hiasan berupa mainan dari gula yang berbentuk robot, tokoh animasi hingga tokoh dongeng.

Selanjutnya, mereka diajak untuk melihat proses pembakaran kue cokelat di dapur kedai tersebut. Melihat peralatan di dapur itu, beberapa dari anak-anak itu sempat takut. Mereka mengira itu adalah oven milik nenek sihir yang dipergunakan untuk memasak anak-anak, seperti dalam kisah Hansel and Gretel. Tetapi setelah melihat bahwa isinya adalah kue, mereka lega. “Bukan anak-anak yang dimasak, tapi kue,” ujar Jodie (3,5) dengan polos.

Tak terasa waktu berlalu, saatnya untuk pulang. Banyak dari anak-anak ingin kembali membuat cokelat lagi. “Jodi ingin kembali lagi ke sini. Rupanya dia merasa mendapat pengalaman baru di kegitan ini,” kata Intartih Andrini (33) ibunya. Menurut ibu dua anak itu, dengan kegiatan semacam ini anaknya belajar untuk mandiri dan kreatif.

“Saya yang awalnya kurang suka membuat kue, sekarang di rumah mencoba untuk buat sendiri dengan melibatkan anak-anak saya biar mereka lebih kreatif lagi,” tambahnya lagi.

Riset terbaru menunjukkan cokelat dapat membangkitkan semangat anak, melindungi perkembangan sel-sel bahkan mencegah cedera. Jadi biarkan anak dengan cokelat di tangan. Kalau takut giginya rusak, kan tinggal sikat gigi lagi! [W-10]