Seorang saudagar kaya terdampar di sebuah padang pasir yang luas dan gersang. Untanya sudah mati beberapa hari lalu. Dia pun harus memanggul barang bawaannya sendirian. Persediaan air dan makanannya makin menipis hingga akhrinya habis. Akhirnya dia berjalan kaki mencari tanda-tanda kehidupan yang tidak juga ditemukannya.
Suatu hari, dia berpapasan dengan seorang pedagang. Dengan sangat girang si saudagar mendekati dan berkata, “Tolonglah saya, Pak. Saya perlu makan dan minum. Anda punya makanan atau minuman? Saya akan beli, berapapun harganya,” katanya sambil menunjukkan berpuluh-puluh lembar uang dari balik bajunya.
“Wah, maaf Tuan, saya tidak punya makanan atau minuman. Saya adalah pedagang dasi. Kalau Anda mau, silahkan saja beli beberapa lembar dasi ini,” ujarnya kalem.
Si saudagar dengan kecewa menolak tawaran untuk beli dasi. Ia kembali berjalan berpuluh-puluh kilometer di menyusuri padang pasir. Mencari tanda-tanda kehidupan dibawah teriknya matahari.
Suatu saat dia melihat sebuah restoran lezat di tengah-tengah padang pasir. Semangatnya tumbuh kembali dan mempersiapkan uang untuk masuk ke restoran.
Sayangnya bodyguard penjaga pintu itu menahan dan melarangnya masuk, “Maaf Tuan,” kata si penjaga pintu, “Anda tidak boleh masuk tanpa menggunakan dasi,” tegasnya.