Oleh H Briliantono M Soenarwo

Dewasa ini istilah osteoporosis telah akrab di telinga masyarakat Indonesia. Pada Puncak Peringatan Hari Osteoporosis Nasional tahun 2007, Ibu Negara Ani Yudhoyono menyerahkan beberapa perangkat alat pemeriksaan bone densitometri yang menandakan perhatian pemerintah terhadap masalahosteoporosis.

Data prevalensi osteoporosis yang dikeluarkan tahun 2006 oleh Puslitbang Gizi Departemen Kesehatan menunjukkan angka yang memprihatinkan, yaitu 2 dari 5 penduduk memiliki kecenderungan terkena osteoporosis.

Angka ini lebih tinggi dari data dunia, yaitu 1 dari 3 wanita di atas 50 tahun dan 1 dari 5 pria akan mengalami patah tulang akibat osteoporosis. Osteoporosis merupakan keadaan yang ditandai oleh berkurangnya massa tulang dan perubahan mikoarsitektur jaringan tulang, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah.

Banyak orang berpikir bahwa tulang tidak berubah dan permanen. Namun, kenyataannya tulang merupakan jaringan hidup. Tulang terdiri dari jaringan hidup yang keras dan tersusun membentuk struktur untuk menopang tubuh.

Tulang merupakan matriks padat, terdiri dari endapan garam kalsium di sekitar serat-serat protein. Sepertiga matriks tulang merupakan zat organik, terdiri dari kolagen dan air, sedangkan dua pertiganya merupakan zat anorganik, yaitu 85 persen terdiri dari Hydroxypatite Ca10 (PO4) 6 (OH)2 dan 10 persen terdiri dari Kalsium CaCO3.

Mineral membuat tulang kaku dan protein (kolagen) membuat kekuatan dan elastisitas.

Fungsi tulang, antara lain penyokong tubuh dan tempat jaringan otot melekat, melindungi bagian tubuh yang vital, seperti jantung, paru, hati, sumsum tulang, cadangan dan tempat metabolisme berbagai mineral terutama kalsium, dan tempat pembentukan sel-sel darah

Pada manusia dewasa, tulang mempunyai siklus pembentukan tulang baru dan perusakan tulang tua yang disebut proses remodeling. Ada 2 jenis sel yang berperan pada proses remodeling tulang, yaitu sel osteoblast dan sel osteoklast.

Osteoklast adalah sel yang mengabsorpsi tulang, berfungsi menghancurkan dan membuang sel mati. Setelah beberapa minggu, sel osteoklast akan menghilang dan sel osteoblast akan timbul untuk membentuk sel-sel tulang baru.

Pertumbuhan dan remodeling tulang memerlukan mineral deposit dan mineral resorpsi yang merupakan kerja sel osteoblast dan osteoklast. Remodeling ini juga dipengaruhi oleh tekanan pada hydroxypatite (piezoelectric) yang menimbulkan efek gelombang elektrik dan menjadikan garam endapan kalsium pada sel-sel tulang.

Secara anatomis, ada dua lapisan tulang, yaitu lapisan tulang luar yang keras disebut dengan tulang kortikal dan lapisan dalam yang lebih lemah bernama tulang trabekula. Sebanyak 80 persen massa tulang kerangka terdiri dari tulang kortikal. Tulang kortikal lebih kompak dan padat memberi kekuatan bagian luar.

Bagian luar tulang kortikal adalah bagian yang solid dan mempunyai kanal halus (harvest canal), tempat pembuluh darah dan saraf halus berjalan. Tulang trabekula yang juga disebut kanselous adalah bagian lapisan spons dalam tulang, tersusun, seperti rangkaian bangunan menyerupai sarang tawon merupakan arsitektur tulang, jaringan rumit dan elastis yang mempunyai kemampuan tension dan kompresi untuk menahan dan menyalurkan beban tulang.

Rongga antara tulang diisi oleh sel sumsum tulang, yang berfungsi membentuk darah dan sebagian sel lemak. Tulang trabekula memiliki metabolisme lebih tinggi dibanding tulang kortikal yang membuatnya lebih mudah patah.

Kedua lapisan tulang dirancang untuk mampu menahan tekanan aktivitas sehari-hari, seperti saat berdiri, berjalan, lari, dan melompat. Tetapi, pengeroposan tulang dapat terjadi tanpa disadari bila terjadi jauh di dalam tulang. Tulang bagian dalam sama pentingnya dengan tulang bagian luar.

Setelah 30 Tahun

Setelah usia melampaui 30 tahunan, secara bertahap matriks deposit tulang terkikis karena efek negatif kerja sel tulang. Tulang menjadi lebih tipis dan rapuh.

Awalnya, pengeroposan itu terjadi pada tulang trabekula dengan tidak mengubah bentuk dan ukuran tulang kortikal. Keadaan ini disebut osteopo-rosis.

Sebenarnya baik pria maupun wanita akan mengalami penurunan kepadatan tulang. Namun, pada wanita, proses tersebut terjadi lebih awal karena ada siklus haid yang dipengaruhi hormon estrogen dan progesteron. Hormon ini mempengaruhi ke- luar-masuknya kalsium di darah dan tulang.

Pada saat menopause, hormon-hormon itu kadarnya menurun, sehingga membuat pompa kalsium ke/dari tulang pun berkurang. Nutrisi adalah salah satu faktor kunci untuk menjaga kualitas massa tulang.

Sedangkan, kalsium adalah bahan dasar tulang, tetapi mineral ini bekerja secara sinergis dengan bahan yang lain, seperti vitamin D untuk membantu proses penyerapan kalsium, zinc, magnesium, dan protein. Nutri-si ini didapat dari susu atau produk- produk susu, seperti keju, dan yoghurt.

Selain itu, bisa diperoleh asupan kalsium dari ikan laut, sayuran hijau, dan buah. Vitamin A juga diperlukan untuk membentuk glycosaminoglycans (merupakan bahan dasar tulang), vitamin C untuk membentuk kolagen.

Kita harus berusaha memperoleh kalsium sesuai kebutuhan. Bila tidak, tubuh akan mengambil kasium dari tabungan deposit kalsium di tulang. Bila keseimbangan ini berjalan negatif terus, berarti kita akan cepat jatuh pada keadaan osteoporosis.

Pencegahan osteoporosis harus tetap digalakkan sejak dini untuk memaksimalkan kepadatan tulang, mempertahankan respons proteksi diri dengan latihan fisik atau olahraga, mengatur pola makan yang sehat, dan melakukan gaya hidup sehat.

Inovasi terbaru dalam nutrisi, seperti kalsium berukuran nano, merupakan salah satu cara agar kalsium dapat terserap lebih baik ke dalam tulang agar tulang bagian luar dan bagian dalam dapat tetap terjaga kepadatannya.

Penulis adalah anggota Ikatan Dokter Indonesia