“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka Bumi, lalu mempunyai hati yang dengannya mereka dapat memahami, atau mempunyai telinga denganya mereka dapat mendengar? Karena sesugguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang ada didalam dada.” (QS. Al-Hajj; 46)

Hati indentik dengan lintasan perasaan. ia tak berwujud benda atau tubuh. keberadaanya abstrak seperti ruh. Hanya saja bisikanya kuat sehingga bisa mampu bisa mengenalikan manusia. ia merupakan gelanggang pertarungan antara kebaikan dan kejahatan. Menang kalah silih berganti. Itulah sebabnya ia dinamakan qalbu (cenderung bolak balik dan selalu berubah, sumiya al-qalbu litaqallubihi Hati manusia menempati posisi yang sangat vital. Ia adalah ruh dan energi kehidupan. Karena itu setiap mukmim harus merawat dengan baik.

Seperti organ tubuh lainya, hati bisa sakit, bahkan mati. Allah SWT berfirman : “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bgi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (QS. 2:10)

Supaya hati kita tidak terjangkit penyakit, kita harus kita harus bekerja kers untuk merawatnya. Jangan lupakan pula ‘makanan’ utamanya yaitu dzikrulah Dengan mersakan kehadiran Allah itulah hati kita akan menemukan ketenangan. Ustman bin Affan pernah berkata , “Andai saja hati ini bersih suci, niscaya dia tidak akan pernah kenyang dengan dzikrullah”.

Sebaliknya, saat ditanya bagaimana cara mengobati hati yang resah, Ibnu Mas’ud menjawab, “Dengarkanlah bacaan al-qur’an. Datanglah ke majelis-majelis dzikir. Pergilah ketempat yang sunyi untuk berkhalwat dengan Allah SWT. jika belum terobati juga, maka mintalah kepada Allah SWT hati yang lain karena hati yang kamu pakai bukanlah hatimu lagi”.

Hati juga ibarat sebuah pohon. Ia membutuhkan siraman air yang cukup agar menjelma menjadi pohon yang kuat.Akarnya menghujam ke bumi, rantingnya rindang dan buahnya lebat. sebaliknya jika dilantarkan buahnya akan layu, batangnya keropos dan hingga akhirnya tumbang.

Merawathati merupakan keharusan bagi setiap muslim. sebab hati adalah nahkoda seluruh prilaku manusia. bila hati bersemayam di atas kebenaran maka peliharalah seluruh ucapan dan perbuatan manusia.

Bagaimana dengan hati kita? Masihkah berjalan diatas petunjuk-Nyayang bercerang atau bersaruk-saruk di kegelepan malam? Jangan biarkan ia menjadi hantu gentayangan yang senantiasa menjauhi cahaya untuk menebar ketakutan dan kebusukan hati sangat tergantung pada pedoman yang dipakai untuk membibingnya.

Sebagai muslim kita menyakini, bahwa sebaik-baik pembibing adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. “Bila hati berjalan tidak pada garis yang tidak ditentukan oleh Allah SWT, maka ia bagaikan mayat yang berjalan. Ia hidup tetapi tidak membawa kebaikan Bahkan menjadi penebar kebusukan.” Demikian kata Sayyid Qutub.

Jika hati tidak dirawat dan tidak tidak digunakan sesuai dengan tuntunan Allah SWT, maka derajat pemiliknya lebih rendah dari hewan. Al-Qur’an telah memperingatkan hal itu :

“Dan sesuguhnya kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari Jin dan Manusia, mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah) dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka itulah orang yang lalai”. (QS.7:179)

Islam adalah cahaya yang menerangi. cahaya menghidupkan hati yang mati agar mampu memahami hakikat kehidupan ini. bersyukurlah kita sebagai muslim, Karena kita memiliki potensi untuk menata hidup dan kehidupan selaras dengan kehendak Ilahi.

Wallahu A’lam.