Minuman Penggairah Seks wanita
oleh : Arief Budi Setyawan
Pernahkah Anda mendengar obat kuat untuk wanita yang bisa diperoleh semudah membeli Coca-Cola, Sprite, Fanta atau Tebs?
Mungkin di Indonesia kita jarang mendengarnya. Sebab, selama ini sasaran pasar obat kuat selalu ditujukan untuk kaum pria yang mengalami masalah (maaf) gangguan ereksi. Sedangkan, wanita tidak pernah secara spesifik menjadi sasaran utama obat-obatan afrosidiak itu. Tak mengherankan bila di pasaran obat ethical Viagra, Levitra maupun Cialis memiliki konsumen kaum adam saja.
Agaknya peluang untuk melayani pasar kaum hawa itu dilihat perusahaan Swedia. Pada tahun 1999 Michael Wallen dari perusahaan Nordic Drinks menemukan formula minuman berkarbonasi untuk meningkatkan gairah seksual kaum hawa dalam waktu 20 menit tanpa efek samping. Ramuan terdiri dari campuran 5 jenis herbal dan kafein. Ekstrak herbal tadi berfungsi sebagai stimulan energi serta membebaskan tubuh dari stress.
Kelima jenis herbal yang terdiri dari Damiana (dari Amerika Selatan), Guarana (dari Asia Timur), Mate (dari Amerika Selatan), Schinzandra (dari Cina) dan Gingseng (Asia Timur) dipercaya mampu meningkatkan gairah seksual dan libido kaum hawa.
Produk itu pun dipasarkan ke lebih dari 10 negara, termasuk AS, Jepang dan Jerman. Badan Pengawasan Obat dan Makanan AS (FDA) memasukkannya dalam kategori ”suplemen diet”, yang membuat produk itu bisa diperoleh tanpa resep dari dokter. Meski begitu, produk itu mesti mencantumkan label peringatan kesehatan.
Awalnya, minuman yang dipasarkan dalam kemasan botol biru dengan merek Niagara yang mengacu pada nama jeram Niagara yang terkenal itu. Ketika masuk ke pasar AS tahun 2001 produk itu segera melejit menjadi minuman populer bagi wanita AS akibat kemampuannya meningkatkan libido wanita. Dalam waktu singkat sebanyak 7 juta botol habis terjual. Saluran televisi AS pun ramai-ramai menayangkan kehebatan ”minuman ajaib” itu sehingga orang-orang pun harus antri berdesak-desakan untuk membelinya di pasar swalayan.
Namun, masalah besar kemudian menghadang. Perusahaan farmasi raksasa Pfizer, produsen ”pil biru” Viagra, menuntut perusahaan Swedia itu karena nama produk yang mirip dan warna biru yang digunakannya dapat ” menyesatkan dan membingungkan konsumen.”
Akhirnya, nama minuman itu pun diubah dari Niagara menjadi Nexcite pada Juli 2001. Nama perusahaannya ikut berganti menjadi Nexcite Drinks AB.
Bertepatan dengan Perayaan Valentine Days pada 14 Februari 2006, Nexcite diluncurkan dan diposisikan kembali sebagai ”Swedish Love Drink” dengan kategori ”sparkling blue effervescent beverage”. Nexcite merupakan minuman non alkohol pertama yang menawarkan kepada konsumennya cita rasa yang jernih sekaligus minuman romantis berenergi yang menyegarkan. Sebagai tambahan, Nexcite merupakan tonikum herbal untuk meningkatkan gairah yang sempurna bila dicampur dengan minuman vodka Absolut dan beberapa butir es batu. Tak mengherankan bila Nexcite kemudian dikenal sebaga minuman” From Sweden with Love.”
Label Nexcite yang diciptakan perusahaan desain terkenal Swedia, Amore dan desain botolnya yang dirancang perusahaan botol dan kemasan Rexam PLC berhasil mengantarnya untuk meraih FAB Awards untuk kategori ”Kemasan dan Desain Terbaik ” di London tahun 2005. ”Hati kami turut bergetar setelah menyadari bahwa bahwa konsumen sekarang memiliki kesempatan untuk menikmati produk kami untuk meningkatkan kehidupan cinta mereka, ” ujar Wallen, CEO Nexcite Drinks.
Pelajaran apa yang dapat kita petik dari kisah di atas. Pertama, bahwa pasar obat afrodisiak tidak harus melulu ditujukan kepada kaum pria tetapi kaum wanita pun juga bisa. Kedua, ciptakan merek yang kuat dan berbeda agar tidak mudah digoyang produsen lainnya. Ketiga, siapkan strategi segmentasi, targeting dan positioning (STP) yang tepat. Keempat, ciptakan nilai bagi produk Anda tersebut agar tetap bernilai di mata konsumen.
KOMENTAR