sp/luther ulag

Minuman ringan sesaat memang bisa mengobati dahaga, tetapi kebiasaan mengonsumsi minuman ringan ini dapat memicu jantung koroner, bahkan merusak gigi juga.

Bagi sebagian orang rasanya tidak lengkap menghilangkan rasa haus tanpa minuman ringan (soft drink) atau saat menikmati makanan. Padahal, menikmati minuman ringan ini bukanlah tanpa risiko. Di balik kesegarannya, tersimpan berbagai zat yang berpengaruh pada kesehatan, yakni zat pewarna buatan, karbonat, asam fosfat, dan zat gula.

Hal tersebut diungkapkan spesialis klinik nutrisi, dr Fiastuti Witjaksono, pada seminar kesehatan bertopik “Penyakit Jantung Koroner Penyebab Kematian Nomor Satu, Apakah Bisa Dicegah”, di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), belum lama ini, di Jakarta.

Fiastuti memaparkan, kadar gula tinggi pada minuman ringan juga mengakibatkan kegemukan yang kemudian berisiko terkena berbagai penyakit, seperti darah tinggi, diabetes atau kencing manis, dan hiperkolesterolemia. Penyakit-penyakit tersebut merupakan faktor risiko terkena serangan jantung koroner, sebagai penyakit pembunuh nomor satu di dunia.

“Minuman ringan itu kalorinya tinggi, tapi zat gizinya kurang. Kita biasa cepat kenyang dengan meminum gula, tapi tidak memiliki kandungan gizi dan mineral yang baik untuk tubuh. Sebetulnya, tubuh kita sudah tercukupi dengan adanya karbohidrat, jadi gula itu sebetulnya tidak diperlukan lagi,” ujarnya

Dia mengatakan, di dalam satu kaleng minuman dingin bersoda ukuran paling besar mengandung 170- 205 kalori, minuman sejenis capucino mengandung 80 kalori, apple pie 260 kalori, orange jus 120 kalori, dan milk shake 532 kalori. Minuman teh dalam botol juga mengandung kadar gula. Meski kalorinya lebih rendah, bisa berisiko diabetes jika dikonsumsi secara berlebih.

“Bayangkan kalau satu kaleng minuman dingin saja sudah mengandung kalori sebanyak itu, belum lagi ditambah makanan yang digoreng. Setiap hari, tanpa kita sadari asupan kalori yang masuk ke dalam tubuh sudah melebihi batas normal. Kebutuhan kalori normal untuk tubuh adalah 2.300-2.500 kalori (kurus), 700-1200 (sedang), 1300-1500 (gemuk),” ucapnya.

Menurut Fiastuti, jantung koroner bisa mengenai siapa saja, oleh karena itu kebiasaan hidup sehat sehari-hari perlu dibentuk, termasuk menghindari minuman ringan manis dan menggantikannya dengan air putih atau minuman tanpa gula.

Perubahan yang baik, katanya, harus dilakukan sejak usia dini, dalam hal ini peran orangtua sangat penting. Jadi, jangan asal bicara dan menasihati anak, tetapi juga dipraktikkan dengan tidak mengonsumsi minuman atau makanan yang mengandung banyak gula.

Hal ini mudah dilakukan, misalnya selalu membekali anak dengan air putih saat keluar dari rumah. Atau saat makan bersama di warung atau restoran, pesan makanan yang sehat dan air mineral, jadi tidak perlu minuman ringan yang pada umumnya mengandung banyak gula.

Selain minuman ringan, ungkapnya, jus juga kurang bermanfaat, meski mengandung vitamin yang baik untuk tubuh. Lebih baik, menurut Fiastuti, buah dimakan utuh atau di-blender agar tidak menghilangkan serat yang terkandung pada ampas atau kulit buah yang dapat mengurangi kadar gula dan kolesterol.

Biasanya pada minuman jus, ampas dari kulit buah itu dibuang sehingga hanya sisa vitamin dan air. Buah yang di-blender, sebaiknya diminum segera saat itu, jangan ditunda hingga beberapa jam karena vitamin pada buah tersebut akan teroksidasi atau hilang.

Biang Keladi

Sementara itu, dr Isman Firdaus dari Bagian Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler FKUI, mengatakan, biang keladi serangan jantung dan kematian mendadak berawal dari kerusakan endotel (disfungsi endotel). Faktor risiko utama terjadinya disfungsi endotel adalah merokok, kencing manis, darah tinggi, dislipidemia (kolesterol tinggi), sindroma metabolic, dan riwa- yat hidup keluarga dengan penyakit jantung koroner.

Gejala penyakit jantung cukup bervariasi, namun gejala yang paling ditimbulkan adalah, sakit dada kiri (angina) dan nyeri terasa berasal dari dalam. Nyeri dada yang dirasakan juga bermacam-macam, seperti ditusuk-tusuk, terbakar, tertimpa benda berat, disa- yat, dan panas. Pada penyakit jantung yang stabil, katanya, keluhan nyeri dada dirasakan saat aktivitas dan berkurang dengan istirahat atau pemberian obat-obatan.

Lokasi nyeri dada yang sering dirasakan adalah di dada kiri yang disertai penjalaran ke lengan kiri, nyeri di ulu hati, dada kanan, nyeri dada yang menembus hingga ke punggung atau menjalar hingga ke rahang dan leher. Selain itu, jantung berdebar, keringat dingin, sesak napas, cemas, dan gelisah.

Dia menambahkan, penyakit jantung adalah pembunuh nomor satu sebelum kanker dan infeksi paru-paru. Sekitar 50 persen pasien yang mengalami serangan jantung akan berakhir dengan kematian. Jika nantinya pasien berhasil hidup setelah serangan jantung, maka dia akan mengalami gagal jantung seumur hidup dan akan sering masuk perawatan di rumah sakit.

Pengobatan jantung koroner dapat dilakukan dengan meningkatkan suplai atau pemberian obat-obatan, seperti nitrat dan antagonis kalsium, mengurangi pemberian beta bloker, dan pengencer darah seperti aspirin.

“Yang terpenting adalah mengendalikan faktor risiko utama, seperti kadar gula darah pada penderita kencing manis, tekanan darah, kolesterol, dan berhenti merokok secara total,” tuturnya. [DMF/S-26]

Sumber: Suara Pembaruan