“Misteri Natal”
By Herbert W. Armstrong
Daftar Isi
1. Tentang Penulis Herbert W. Armstrong (1892-1986)- 2. Kenangan Natal Dimasa Kecilku- 3. Sejarah Natal- 4. Yesus tidak lahir pada 25 Desmber- 5. Proses Natal Masuk Gereja- 6. Asal usul Natal- 7. Asal Usul Pohon Natal- 8. Siapa Santa Claus / Sinterklas itu ?- 9. Kata Bible tentang Pohon Natal- 10. Hadiah Natal- 11. Hadiah untuk Yesus- 12. Natal Memuliakan Tuhan ?- 13. Tanpa Disadari kita kembali ke masa Babilonia-
Terjemahan dalam bahasa Indonesia oleh Masyhud SM dalam buku “Misteri Natal” Tentang Seluk beluk perayaan Natal dikupas secara lengkap oleh Herbert W. Armstrong kepala editor majalah Kristen “Plain Truth” yang bertiras sekitar 8 juta eksemplar tiap bulan.
Tentang Penulis Herbert W. Armstrong (1892-1986) Herbert W. Amstrong yang sangat dihormati di kalangan pejabat, pebisnis, industriawan dan ilmuwan di seluruh dunia ini adalah seorang Pastur Worldwide Church of God yang berkedudukan di Amerika Serikat. Dia juga sebagai kepala editor majalah Kristen “Plain Truth” yang bertiras sekitar 8 juta eksemplar tiap bulan.
Majalah ini didirikan pada tahun 1934, dan beredar ke seluruh dunia. Pada tahun 1947, Amstrong mendirikan Ambassador College yang sekarang memiliki dua kampus besar di Pasadena California dan di Big Sandy Texas. Juga mendirikan dan sebagai kepala Ambassador International Cultural Foundation, yang bergerak di bidang kebudayaan, bantuan pada masyarakat miskin, dan gerakan kemanusiaan.
Dia sudah mengunjungi sekitar 70 negara untuk memberitakan Injil sebagai Kerajaan Tuhan. Bahkan Amstrong mendapatkan kehormatan dari kepala negara yang memiliki perbedaan keyakinan dengannya seperti di Jepang, India, Afrika Selatan, China, Israel dan Mesir. Pada usianya yang sudah mencapai 90 tahun, Amstrong masih aktif menulis, ceramah di televisi dan di depan publik. Di antara buku hasil tulisannya adalah: The Wonderful World Tomorrow, What it Will be Like dan The United State and Britain in Prophecy.
Kenangan Natal Dimasa Kecilku
Ketika saya masih kecil, di saat malam Natal, saya biasa diajari dan disuruh menggantungkan kaos kaki di dinding dekat ruangan perapian. Esok harinya, kaos kaki tersebut penuh dengan hadiah-hadiah berupa mainan atau kotak makanan kesenangan saya. Selain hadiah tersebut, juga terdapat sebatang pohon Natal yang dihiasi bunga-bunga kertas berwarna perak dan emas. Di pohon ini pula, aneka rupa hadiah untuk anak-anak bergelantungan di dahannya dan berserakan di bawahnya.
Menurut para orang tua, semua hadiah Natal itu dibawa oleh Sinterklas atau Santa Clause yang telah datang di malam hari, melalui cerobong asap perapian. Seperti anak-anak lainnya, semua cerita itu saya telah begitu saja dengan penuh keyakinan. Tentu anda pun demikian. Sebab kita dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan kehidupan yang penuh dengan adat kebiasaan yang harus kita ? terima, tanpa bertanya-tanya, yang dapat menimbulkan suasana yang tidak menyenangkan.
Mengapa kita bersikap demikian?
Instink hewanikah, sehingga kita ikut-ikutan dengan apa saja yang dilakukan oleh kebanyakan orang? Kambing memang akan tetap mengikuti kelompoknya, walaupun digiring untuk ? dipotong sekalipun. Tetapi sebagai manusia, seharusnya bersikap kritis dengan menggunakan akal sehat.
Sebagai orang Kristen yang baik, kita tidak pernah menyelidiki, mengapa kita melakukan semua itu dan mengapa semua orang percaya bahwa yang mereka kerjakan itu benar. Seharusnya, sebagai umat Kristen yang ingin melaksanakan ajaran-ajaran Tuhan, kita harus bertanya, apakah upacara natal itu benar-benar ajaran Kristen? Apakah cara-cara merayakan Natal itu tidak mengajarkan kebohongan kepada masyarakat, yang merupakan ? larangan Tuhan?
Adakah firman Tuhan yang Hidup maupun firman tertulisNya yang memerintahkan kita untuk melakukannya? Apakah Yesus dan para Rasul juga melakukan seperti apa yang kita meriahkan selama ini? Apakah kebiasaan tukar-menukar hadiah Natal dengan teman dan kerabat dekat, juga betul-betul mengikuti ajaran Tuhan di dalam Bibel? Dan seterusnya ? dan seterusnya ?
Hampir semua orang berpendapat dan mengira bahwa semua upacara dan kebiasaan itu berasal dari ajaran Gereja. Tetapi betulkan semua pendapat dan perkiraan itu?
Mudah-mudahan fakta yang saya tulis dalam buku ini dapat meluruskan semua pendapat yang dapat menyesatkan dan merusak ajaran Tuhan yang sebenar-benarnya. Mungkin tulisan saya yang berdasarkan pada kenyataan ini akan mengejutkan orang Kristen, termasuk anda sendiri.
SEJARAH NATAL
Kata Christmas (Natal) yang artinya Mass of Christ atau disingkat Christ-Mass, diartikan sebagai hari untuk merayakan kelahiran “Yesus”.
Perayaan yang diselenggarakan oleh non-Kristen dan semua orang Kristen ini berasal dari ajaran Gereja Kristen Katolik Roma. Tetapi, dari manakah mereka mendapatkan ajaran itu? Sebab Natal itu bukan ajaran Bible (Alkitab), dan Yesus pun tidak pernah memerintah para muridnya untuk menyelenggarakannya. Perayaan yang masuk dalam ajaran Kristen Katolik Roma pada abad ke empat ini adalah berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala.
Karena perayaan Natal yang diselenggarakan di seluruh dunia ini berasal dari Katolik Roma, dan tidak memiliki dasar dari kitab suci, maka marilah kita dengarkan penjelasan dari Katolik Roma dalam Catholic Encyclopedia, edisi 1911, dengan judul “Christmas”, anda akan menemukan kalimat yang berbunyi sebagai berikut:
“Christmas was not among the earliest festivals of Church ? the first evidence of the feast is from Egypt. Pagan customs centering around the January calends gravitated to christmas.”
“Natal bukanlah diantara upacara-upacara awal Gereja ? bukti awal menunjukkan bahwa pesta tersebut berasal dari Mesir. Perayaan ini diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada bulan Januari ini, kemudian dijadikan hari kelahiran Yesus.”
Dalam Ensiklopedi itu pula, dengan judul “Natal Day,” Bapak Katolik pertama, mengakui bahwa:
“In the Scriptures, no one is recorded to have kept a feast or held a great banquet on his birthday. It is only sinners (like Paraoh and Herod) who make great rejoicings over the day in which they were born into this world.”
“Di dalam kitab suci, tidak seorang pun yang mengadakan upacara atau menyelenggarakan perayaan untuk merayakan hari kelahiran Yesus. Hanyalah orang-orang kafir saja (seperti Firaun dan Herodes) yang berpesta pora merayakan hari kelahirannya ke dunia ini.”
Encyclopedia Britannica, yang terbit tahun 1946, menjelaskan sebagai
berikut:
“Christmas was not among the earliest festivals of the church? It was not instituted by Christ or the apostles, or by Bible authority. It was picked up of afterward from paganism.”
“Natal bukanlah upacar – upacara awal gereja. Yesus Kristus atau para muridnya tidak pernah menyelenggarakannya, dan Bible (Alkitab) juga tidak pernah menganjurkannya. Upacara ini diambil oleh gereja dari kepercayaan kafir penyembah berhala.”
Encyclopedia Americana terbitan tahun 1944 juga menyatakan sebagai berikut:
“Christmas?It was, according to many authorities, not celebrated in the first centuries of the Christian church, as the Christian usage in general was to celebrate the death of remarkable persons rather than their birth?”
(The “Communion,” which is instituted by New Testament Bible authority, is a memorial of the death of Christ.) “?A feast was established in memory of this event (Christ’s birth) in the fourth century. In the fifth century the Western Church ordered it to be celebrated forever on the day of the old Roman feast of the birth of Sol, as no certain knowledge of the day of Christ’s birth existed.”
“Menurut para ahli, pada abad-abad permulaan, Natal tidak pernah dirayakan oleh umat Kristen. Pada umumnya, umat Kristen hanya merayakan hari kematian orang-orang terkemuka saja, dan tidak pernah merayakan hari kelahiran orang tersebut..” (“Perjamuan Suci” yang termaktub dalam Kitab Perjanjian Baru, hanyalah untuk mengenang kematian Yesus Kristus.) “?Perayaan Natal yang dianggap sebagai hari kelahiran Yesus, mulai diresmikan pada abad keempat Masehi. Pada abad kelima, Gereja Barat memerintahkan kepada umat Kristen untuk merayakan hari kelahiran Yesus, yang diambil dari hari pesta bangsa Roma yang merayakan hari “Kelahiran Dewa Matahari.” Sebab tidak seorang pun yang mengetahui hari kelahiran Yesus.”
Sekarang perhatikan! Fakta sejarah telah membeberkan kepada kita bahwa mulai lahirnya gereja Kristen pertama sampai dua ratus atau tiga ratus tahun kemudian – jarak waktu yang lebih lama dari umur negara Amerika Serikat – upacara Natal tidak pernah dilakukan oleh umat Kristen. Baru setelah abad keempat, perayaan ini mulai diselenggarakan oleh orang-orang Barat, Roma dan Gereja. Menjelang abad kelima, Gereja Roma memerintahkan untuk merayakannya sebagai hari raya umat Kristen yang resmi.
YESUS TIDAK LAHIR PADA 25 DESEMBER
Sungguh amat mustahil jika Yesus dilahirkan pada musim dingin! (Di wilayah Yudea, setiap bulan Desember adalah musim salju dan hawanya sangat dingin) Sebab Injil Lukas 2:11 menceritakan suasana di saat kelahiran Yesus sebagai
berikut:
“Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan.. Lalu kata malaikat itu kepada mereka: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh
bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, di kota Daud.”
Tidak mungkin para penggembala ternak itu berada di padang Yudea pada bulan Desember. Biasanya mereka melepas ternak ke padang dan lereng-lereng gunung. Paling lambat tanggal 15 Oktober, ternak tersebut sudah dimasukkan ke kandangnya untuk menghindari hujan dan hawa dingin yang menggigil. Bibel sendiri dalam Perjanjian Lama, kita Kidung Agung 2: dan Ezra 10:9, 13 menjelaskan bahwa bila musim dingin tiba, tidak mungkin pada gembala dan ternaknya berada di padang terbuka di malam hari.
Adam Clarke mengatakan:
“It was an ancient custom among Jews of those days to send out their sheep to the field and desert about the Passover (early spring), and bring them home at commencement of the first rain.” (Adam Clarke Commentary, Vol.5, page 370, New York).
“Adalah kebiasaan lama bagi orang-orang Yahudi untuk menggiring domba-domba mereka ke padang menjelang Paskah (yang jatuh awal musim semi), dan membawanya pulang pada permulaan hujan pertama).”
Adam Clarke melanjutkan:
“During the time they were out, the sepherds watch them night and day.
As?the first rain began early in the month of Marchesvan, which answers to part of our October and November (begins sometime in october), we find that the sheep were kept out in the open country during the whole summer. And, as these sepherds had not yet brought home their flocks, it is a presumptive argument that october had not yet commenced, and that, consequently, our Lord was not born on the 25th of December, when no flock were out in the fields; nor could He have been born later than September, as the flocks were still in the fields by night. On this very ground, the Nativity in December should be given up. The feeding of the flocks by night in the fields is a chronological fact?See the quotation from the Talmudists in Lightfoot.”
“Selama domba-domba berada di luar, para penggembala mengawasinya siang dan malam. Bila?hujan pertama mulai turun pada bulan Marchesvan, atau antara bulan Oktober dan November, ternak-ternak itu mulai dimasukkan ke kandangnya. Kita pun mengetahui bahwa domba-domba itu dilepas di padang terbuka selama musim panas. Karena para penggembala belum membawa pulang domba-dombanya, berarti bulan Oktober belum tiba. Dengan demikian dapatlah diambil kesimpulan bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember, ketika tidak ada domba-domba berkeliaran di padang terbuka di malam hari. Juga tidak mungkin dia lahir setelah bulan September, karena di bulan inilah domba-domba masih berada di padang waktu malam. Dari berbagai bukti inilah, kemungkinan lahir di bulan Desember itu harus disingkirkan. Memberi makan ternak di malam hari, adalah fakta sejarah?sebagaimana yang diungkapkan oleh Talmud (kitab suci Yahudi) dalam bab “Ringan Kaki”.
Di ensiklopedi mana pun atau juga di kitab suci Kristen sendiri akan mengatakan kepada kita bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember.
Catholic Encyclopedia sendiri secara tegas dan terang-terangan mengakui fakta ini.
Tidak seorang pun yang mengetahui, kapan hari kelahiran Yesus yang sebenarnya. Jika kita meneliti dari bukti-bukti sejarah dan kitab suci Kristen sendiri, saya bisa mengambil kesimpulan bahwa Yesus lahir pada awal musim gugur – yang diperkirakan jatuh pada bulan September – atau sekitar 6 bulan setelah hari Paskah.
Jika Tuhan menghendaki kita untuk mengingat-ingat dan merayakan hari kelahiran Yesus, niscaya dia tidak akan menyembunyikan hari kelahirannya.
PROSES NATAL MASUK KE GEREJA
New Schaff-Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge dalam artikelnya yang berjudul “Christmas” menguraikan dengan jelas sebagai berikut:
“How much the date of the festival depended upon the pagan Brumalia
(Dec.25) following the Saturnalia (Dec.17-24), and celebrating the shortest day of the year and the ‘new sun’? can not be accurately determined. The pagan Saturnalia and Brumalia were too deeply entrenched in popular custom to be set aside by Christian influence?The pagan festival with its riot and merrymaking was so popular that Christians were glad of an excuse to continue its celebration with little change in spirit and in manner.
Christian preachers of the West and the Near East protested against the unseemly frivolity with which Christ’s birthday was celebrated, while Christians of Mesopotamia accused their Western brethren of idolatry and sun worship for adopting as Christian this pagan festival.”
“Sungguh banyak tanggal perayaan yang terkait pada kepercayaan kafir Brumalia (25 Desember) sebagai kelanjutan dari perayaan Saturnalia (17-24 Desember), dan perayaan menjelang akhir tahun, serta festival menyambut kelahiran matahari baru. Adat kepercayaan Pagan Brumalia dan Saturnalia yang sudah sangat populer di masyarakat itu diambil Kristen?Perayaan ini dilestarikan oleh Kristen dengan sedikit mengubah jiwa dan tata caranya.
Para pendeta Kristen di Barat dan di Timur Dekat menentang perayaan kelahiran Yesus Kristus yang meniru agama berhala ini. Di samping itu Kristen Mesopatamia menuding Kristen Barat telah mengadopsi model penyembahan kepada dewa Matahari.”
Perlu diingat! Menjelang abad pertama sampai pada abad keempat Masehi, dunia dikuasai oleh imperium Romawi yang paganis politeisme. Sejak agama Kristen masih kecil sampai berkembang pesat, para pemeluknya dikejar-kejar dan disiksa oleh penguasa Romawi. Setelah Konstantin naik tahta menjadi kaisar, kemudian memeluk agama Kristen pada abad ke-4 M. dan menempatkan agama sejajar dengan agama kafir Roma, banyak rakyat yang berbondong-bondong memeluk agama Kristen.
Tetapi karena mereka sudah terbiasa merayakan hari kelahiran dewa-dewanya pada tanggal 25 Desember, mengakibatkan adat tersebut sulit dihilangkan.
Perayaan ini adalah pesta-pora dengan penuh kemeriahan, dan sangat disenangi oleh rakyat. Mereka tidak ingin kehilangan hari kegembiraan seperti itu. Oleh karena itu, meskipun sudah memeluk agama Kristen, mereka tetap melestarikan upacara adat itu. Di dalam artikel yang sama, New Schaff-Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge menjelaskan bagaimana kaisar Konstantin tetap merayakan hari “Sunday” sebagai hari kelahiran Dewa Matahari. (Sun = Matahari, Day = Hari – dalam bahasa Indonesia disebut hari Minggu — pen.) Dan bagaimana pengaruh kepercayaan kafir Manichaeisme yang menyamakan Anak Tuhan (Yesus) identik dengan Matahari, yang kemudian pada abad ke-4 Masehi kepercayaan itu masuk dalam agama Kristen. Sehingga perayaan hari kelahiran Sun-god (Dewa Matahari) yang jatuh pada tanggal 25 Desember, diresmikan menjadi hari kelahiran Son of God (Anak Tuhan – Yesus).
Demikianlah asal usul “Christmas – Natal” yang dilestarikan oleh dunia Barat sampai sekarang. Walaupun namanya diubah menjadi selain Sun-day, Son of God, Christmas dan Natal, pada hakikatnya sama dengan merayakan hari kelahiran dewa Matahari. Sebagai contoh, kita bisa saja menamakan kelinci itu dengan nama singa, tetapi bagaimanapun juga fisiknya tetap kelinci.
Marilah kita kembali membaca Encyclopaedia Britannica yang mengatakan sebagai berikut:
“Certain Latins, as early as 354, may have transferred the birthday from January 6th to December, which was then a Mithraic feas ? or birthday of the unconquered SUN ? The Syrians and Armenians, who clung to January 6th, accused the Romans of sun worship and idolatry, contending? that the feast of December 25th, had been invented by disciples of Cerinthus?”
“Kemungkinan besar bangsa Latin/Roma sejak tahun 354 M. telah mengganti hari kelahiran dewa Matahari dari tanggal 6 Januari ke 25 Desember, yang merupakan hari kelahiran Anak dewa Mitra atau kelahiran dewa Matahari yang tak terkalahkan. Tindakan ini mengakibatkan orang-orang Kristen Syiria dan Armenia marah-marah. Karena sudah terbiasa merayakan hari kelahiran Yesus pada tanggal 6 Januari, mereka mengecam bahwa perayaan tanggal 25 Desember itu adalah hari kelahiran Dewa Matahari yang dipercayai oleh bangsa Romawi.
Penyusupan ajaran ini ke dalam agama Kristen, dilakukan oleh Cerinthus?”
ASAL USUL NATAL
Kita mewarisi Natal berasal dari Gereja Katolik Roma, dan gereja itu mendapatkannya dari kepercayaan pagan (kafir) Politeisme, lalu dari manakah agama kafir itu mendapatkan ajaran itu? Dimana, kapan, dan bagaimana bentuk asli ajaran itu?
Bila kita telusuri mulai dari ayat-ayat Bible (Alkitab) sampai pada sejarah kepercayaan bangsa Babilonia kuno, niscaya akan ditemukan bahwa ajaran itu berasal dari kepercayaan berhala yang dianut oleh masyarakat Babilonia di bawah raja Nimrod (Namrud – di masa inilah nabi Ibrahim lahir). Jelasnya, akar kepercayaan ini tumbuh setelah terjadi banjir besar di masa nabi Nuh.
Nimrod, cucu Ham, anak nabi Nuh, adalah pendiri sistem kehidupan masyarakat Babilonia. Sejak itulah terdapat dasar-dasar pemerintahan dan negara, dan sistem ekonomi dengan cara bersaing untuk meraih keuntungan. Nimrod inilah mendirikan menara Babel, membangun kota Babilonia, Nineweh dan kota-kota lainnya. Dia pula yang pertama membangun kerajan di dunia. Nama “Nimrod”
dalam bahasa Hebrew (Ibrani) berasal dari kata “Marad” yang artinya “dia membangkang atau murtad” (Karena bahasa Ibrani serumpun dengan bahasa Arab, silahkan anda membandingkan kata “Marad” dengan kata Arab “Ridda” atau “murtad”. Pen)
Dari catatan-catatan kuno, kita mengetahui perjalanan Nimrod ini, yang mengawali pemurtadan terhadap Tuhan dan menjadi biang manusia pembangkang di dunia sampai saat ini. Jumlah kejahatannya amat banyak, diantaranya, dia mengawini ibu kandungnya sendiri yang bernama Semiramis. Setelah Nimrod meninggal dunia, ibu yang merangkap sebagai istri tersebut menyebarkan ajaran bahwa Roh Nimrod tetap hidup selamanya, walaupun jasadnya telah mati. Dia membuktikan ajarannya dengan adanya pohon Evergreen yang tumbuh dari sebatang kayu yang mati, yang ditafsirkan oleh Semiramis sebagai bukti kehidupan baru bagi Nimrod yang sudah mati. Untuk mengenang hari kelahirannya, Nimrod selalu hadir di pohon evergreen ini dan meninggalkan bingkisan yang digantungkan di ranting-ranting pohon itu. 25 Desember itulah hari kelahiran Nimrod. Dan inilah asal usul pohon Natal.
Melalui pengaruh dan pemujaannya kepada Nimrod, Semiramis dianggap sebagai “Ratu Langit” oleh rakyat Babilonia. Dengan berbagai julukan, akhirnya Nimrod dipuja sebagai “Anak Suci dari Sorga”. Melalui perjalanan sejarah dan pergantian generasi dari masa ke masa, dari satu bangsa ke bangsa lainnya, penyembahan berhala versi Babilonia ini berubah menjadi Mesiah Palsu yang berupa dewa Baal, anak dewa Matahari. Dalam sistem kepercayaan Babilonia ini, “Ibu dan anak” (Semiramis dan Nimrod yang lahir kembali) menjadi obyek penyembahan. Ajaran penyembahan kepada ibu dan anak ini menyebar luas sampai di luar Babilonia dengan bentuk dan nama yang berbeda-beda, sesuai dengan bahasa negara-negara yang ditempatinya. Di Mesir dewa-dewi itu bernama Isis dan Osiris. Di Asia bernama Cybele dan Deoius. Dalam agama Pagan Roma disebut Fortuna dan Yupiter. Bahkan di Yunani, China, Jepang, Tibet bisa ditemukan adat pemujaan terhadap dewi Madonna, jauh sebelum Yesus lahir!
Sampai pada abad ke-4 dan ke-5 Masehi, ketika dunia pagan (penyembah banyak
dewa) Romawi menerima agama baru yang disebut “Kristen,” dengan membawa adat dan kepercayaan pagan mereka yang lama. Akibatnya kepercayaan kepada Dewi Madonna, Ibu dan Anak juga menjadi populer, terutama di waktu hari Natal. Di setiap musim Natal kita selalu mendengar lagu-lagu atau hymne:
“Silent Night” atau “Holy Night” yang sangat akrab dengan tema pemujaan terhadap Ibu dan Anak.
Kita yang sejak lahir diwarnai oleh alam budaya Babilonia, telah diajarkan untuk mengagungkan dan memuliakan semua tradisi yang berasal dari jaman jahiliyah kuno itu. Kita tidak pernah bertanya untuk mengetahui dari manakah asal usul adat seperti itu – Apakah ia berasal dari ajaran Bible (Alkitab), ataukah ia berasal dari kepercayaan penyembah berhala yang sesat?
Kita terperangah seakan-akan tidak mau menerima kebenaran ini, karena seluruh dunia terlanjur telah melakukannya. Lebih aneh lagi, sebagian besar meremehkan dan mencemooh kebenaran ini. Namun Tuhan telah berfirman kepada para utusannya yang setia:
“Katakan dengan lantang,
dan jangan menghiraukan penghinaan mereka!
Kumandangkan suaramu seperti terompet!
Dan tunjukkan di depan umatKu tentang kesesatan mereka!”
Memang kenyataan ini sungguh sangat mengejutkan bagi mereka, meskipun ini adalah fakta sejarah dan berdasarkan kebenaran dari Bibel (Alkitab).
Natal adalah acara ritual yang berasal dari masa Babilonia kuno yang belum mengenal agama yang benar. Tradisi ini diwariskan puluhan abad yang lampau sampai kepada kita.
Di Mesir, ia dipercayai bahwa Dewi Isis (Dewi Langit) melahirkan anaknya yang tunggal pada tanggal 25 Desember. Hampir semua orang-orang penyembah berhala (paganis) di dunia waktu itu, merayakan ulang tahun (Natal) anak dewi Isis ini jauh sebelum kelahiran Yesus.
Dengan demikian, sudah jelas bagi kita bahwa 25 Desember itu bukanlah hari kelahiran Yesus Kristus. Para murid Yesus dan orang-orang Kristen abad pertama tidak pernah menyelenggarakan Natal, meskipun hanya sekali. Tidak ada ajaran atau pun perintah perayaan Natal di dalam Bibel. Sekali lagi, perayaan Natal atau Christmas itu adalah ulang tahun anak dewa yang dianut oleh para paganis, dan bukan dari ajaran Kristen. Percaya atau tidak, terserah anda!
Upacara ini berasal dari cara-cara pemujaan yang dikenal dengan “Chaldean Mysteries” (Misteri Kaldea) berasal dari ajaran Semiramis, isteri Nimrod.
Kemudian adat ini dilestarikan oleh para penyembah berhala secara turun-temurun hingga sekarang dengan wajah baru yang disebut Kristen.
ASAL MULA POHON NATAL
Sekarang dari manakah kita mendapatkan kebiasaan memasang pohon Natal itu?
Di antara para penganut agama Pagan kuno, pohon itu disebut “Mistletoe”
yang dipakai pada saat perayaan musim panas, karena mereka harus memberikan persembahan suci kepada matahari, yang telah memberikan mukjizat penyembuhan. Kebiasaan berciuman di bawah pohon itu merupakan awal acara di malam hari, yang dilanjutkan dengan pesta makan dan minum sepuas-puasnya, sebagai perayaan yang diselenggarakan untuk memperingati kematian “Matahari Tua” dan kelahiran “Matahari Baru” di musim panas.
Rangkaian bunga suci yang disebut “Holly Berries” juga dipersembahkan kepada dewa Matahari. Sedangkan batang pohon Yule dianggap sebagai wujud dari dewa matahari. Begitu pula menyalakan lilin yang terdapat dalam upayara Kristen hanyalah kelanjutan dari kebiasaan kafir, sebagai tanda penghormatan terhadap dewa matahari yang bergeser menempati angkasa sebelah selatan.
Encyclopedia Americana menjelaskan sebagai berikut:
“The Holly, the Mistletoe, the Yule log ?are relics of pre-Christian times.”
“Rangkaian bunga Holly, pohon Mistletoe dan batang pohon Yule?yang dipakai sebagai penghias malam Natal adalah warisan dari zaman sebelum Kristen.”
Sedangkan buku Answer to Question yang ditulis oleh Frederick J. Haskins menyebutkan bahwa:
“The use of Christmas wreath is believed by authorities to be traceable to the pagan customs of decorating buildings and places of worship at the feast which took place at the same time as Christmas. The Christmas tree is from Egypt, and its origin date from a period long anterior to the Christian Era.”
“Hiasan yang dipakai pada upacara Natal adalah warisan dari adat agama penyembah berhala (paganisme), yang menghiasi rumah dan tempat peribadatan mereka yang waktunya bertepatan dengan malam Natal sekarang. Sedangkan pohon Natal berasal dari kebiasaan Mesir Kuno, yang masanya lama sekali sebelum lahirnya agama Kristen.”
SIAPA SANTA CLAUS/SINTERKLAS ITU?
Santa Claus bukan ajaran yang berasal dari paganisme, tetapi juga bukan ajaran Kristen. Sinterklas ini adalah ciptaan seorang pastur yang bernama “Santo Nicolas” yang hidup pada abad ke empat Masehi. Hal ini dijelaskan oleh Encyclopedia Britannica, volume 19 halaman 648-649, edisi kesebelas, yang berbunyi sebagai berikut:
“St. Nicholas, bishop of Myra, a saint honored by the Greek and Latins on the 6th of December? A Legent of his surreptitious bestowal of dowries on the three daughters of an improverrished citizen? is said to have originated the old custom of giving presents in secret on the Eve of St.
Nicholas (Dec.6), subsequently transferred to Christmas day. Hence the association of Christmas with Santa Claus?”
“St. Nicholas, adalah seorang pastur di Myra yang amat diagung-agungkan oleh orang-orang Yunani dan Latin setiap tanggal 6 Desember?Legenda ini berawal dari kebiasaannya yang suka memberikan hadiah secara sembunyi-sembunyi kepada tiga anak wanita miskin? untuk melestarikan kebiasaan lama dengan memberikan hadiah secara tersembunyi itu digabungkan ke dalam malam Natal. Akhirnya tarkaitlah antara hari Natal dan Santa Claus?”
Sungguh merupakan kejanggalan! Orang tua menghukum anaknya yang berkata bohong. Tetapi di saat menjelang Natal, mereka membohongi anak-anak dengan cerita Sinterklas yang memberikan hadiah di saat mereka tidur. Bukankah ini suatu keanehan, ketika anak-anak menginjak dewasa dan mengenal kebenaran, pasti akan beranggapan bahwa Tuhan hanyalah mitos atau dongeng belaka?
Dengan cara ini tidak sedikit orang yang merasa tertipu, dan mereka pun
mengatakan:
“Ya, saya akan membongkar pula tentang mitos Yesus Kristus!”
Inikah ajaran Kristen yang mengajarkan mitos dan kebohongan kepada anak-anak? Padahal Tuhan sudah mengatakan:
“Janganlah menjadi saksi palsu. Dan ada cara yang menurut manusia betul, tetapi sebenarnya itu adalah ke jalan kematian dan kesesatan.”
Oleh karena itu, upacara “Si Santa Tua” itu juga merupakan Setan.
Di dalam kitab suci telah dijelaskan sebagai berikut:
“Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblis pun menyamar sebagai malaikat terang. Jadi itu bukanlah hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran. Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka.” (II Korintus 11:14)
Dari bukti-bukti nyata yang telah kita ungkap tadi dapatlah diambil kesimpulan, bahwa perayaan Natal atau Christmas itu bukanlah ajaran Kristen yang sebenarnya, melainkan kebiasaan para penyembah berhala (Paganis). Ia warisan dari kepercayaan kuno Babilonia ribuan tahun yang lampau.
KATA BIBEL TENTANG POHON NATAL
Bagaimana Bibel berbicara tentang Natal, atau mencatat pandangan para murid Yesus atau bapak-bapak geraja awal. Jawabannya sungguh sangat mengejutkan bagi kalangan Kristen sendiri. Sebagaimana yang dikatakan Bibel (Alkitab) pada kitab Yeremia 10:2-4 yang berbunyi sebagai berikut:
“Janganlah biasakan dirimu dengan tingkah langkah bangsa-bangsa, janganlah gentar terhadap tanda-tanda di langit, sekalipun bangsa-bangsa gentar terhadapnya. Sebab yang disegani bangsa-bangsa adalah kesia-siaan.”
“Bukankah berhala itu pohon yang ditebang orang dari hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tangan tukang kayu?
Orang memperindahnya dengan emas dan perak; orang memperkuatnya dengan paku dan palu, supaya jangan goyang.”
Itulah keterangan yang jelas dari Bibel tentang pohon Natal. Kita dilarang mengikuti kebiasaan bangsa-bangsa penyembah berhala. Sebab hal itu merupakan perbuatan yang sesat menyekutukan Tuhan. Pada ayat kelima dijelaskan bahwa:
“Pohon itu tidak bisa berbicara, dan orang harus mengangkatnya, karena ia tidak bisa berjalan sendiri.”
“Janganlah takut kepadanya, sebab ia tidak dapat berbuat jahat, juga tidak dapat berbuat baik.”
Sebab mereka bukanlah dewa yang harus ditakuti. Bagi mereka yang tidak pernah membaca atau yang melupakan ayat ini, beranggapan bahwa tidak ada larangan untuk membuat pohon Natal. Tetapi jika telah membacanya, apa yang harus dikatakan?
HADIAH NATAL
Acara yang paling penting dari seluruh kegiatan Natal adalah “The Christmas Shopping Season – Musim Belanja Natal” yang dilakukan dengan cara membeli dan tukar menukar hadiah. Mungkin banyak orang yang mengecam kami sambil
berkata:
“Bukankah Bibel (Alkitab) telah menceritakan kepada kita untuk ditiru?
Lupakah kita kisah 3 orang dari timur yang datang ke Betelhem untuk memberikan hadiah ketika Yesus lahir?”
Memang, kami mengetahui cerita itu di dalam Alkitab. Tetapi, silahkan anda melihat keterangan kami yang mengejutkan ini. Marilah menengok sejarah asal usul tukar menukar hadiah itu, kemudian kita bandingkan dengan ayat Alkitab.
Pada Bibliothica Sacra, volume 12, halaman 153-155, kita dapat membaca sebagai berikut:
“The interchange of presents between friends is alike characteristic of Christmas and the Saturnalia, and must have been adopted by Christians from the Pagan, as the admonition of Tertullian plainly shows.”
“Tukar menukar hadiah antar teman di hari Natal serupa dengan adat agama Saturnalia. Kemungkinan besar, kebiasaan ini diadopsi oleh orang-orang Kristen dari agama Pagan, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Tertulianus.”
Dari bukti yang jelas ini, ternyata kebiasaan pertukaran hadian sesama teman dan famili pada hari Natal itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan kisah dalam Alkitab tersebut. Acara Natal bukanlah merayakan ulang tahun Yesus Kristus, juga bukan untuk menghormatinya.
Sebagai contoh, seorang teman yang sangat anda cintai sedang merayakan ulang tahunnya. Bila ingin membahagiakannya di hari kelahirannya itu, apakah anda membeli hadiah untuk teman yang lain? Membeli lagi dan tukar menukar hadiah dengan teman-teman dan kekasih anda, tetapi tidak memberi hadiah apa pun kepada teman yang anda cintai, yang sedang anda rayakan hari ulang tahunnya? Tidakkah disadari keganjilan seperti itu?
Sebuah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri yang selalu dilakukan oleh hampir semua orang di seluruh dunia. Mereka menghormati “sebuah hari” – yang sebenarnya bukan hari kelahiran Yesus Kristus – dengan berbelanja dan membeli hadiah sebanyak-banyaknya untuk ditukarkan kepada teman-teman dan kerabatnya. Dari pengalaman saya selama bertahun-tahun, begitu pula pengalaman para pastur dan pendeta; Apabila bulan Desember tiba, hampir semua orang yang mengaku Kristen lupa memberi hadiah kepada Yesus Kristus yang mereka cintai.
Desember adalah bulan yang paling sulit untuk menghidupkan ajaran Yesus.
Sebab semua orang terlalu disibukkan untuk membeli dan menukar hadiah daripada mengingat Yesus dan menghidupkan ajarannya. Peristiwa melupakan Yesus ini terus berlangsung sampai bulan Januari bahkan Pebruari. Sebab mereka harus melunasi biaya pengeluaran yang dibelanjakan pada waktu Natal.
Sehingga mereka sulit mengabdi kepada Yesus kembali sebelum bulan Maret.
Sekarang, perhatikan apa kata Bibel tentang tiga orang dari timur yang memberikan hadiah kepada Yesus, yang berbunyi sebagai berikut:
“Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang Majus dari Timur ke Yerusalem dan
bertanya-tanya: “Di manakah dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-bintang di timur dan kami datang untuk menyembah dia.” Ketika raja Herodes mendengar tentang hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. Mereka berkata kepadanya: “Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau Betlehem, tanah Yudea, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yudea, karena daripadamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umatKu Israel. Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang Majus itu dan dengan teliti bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak. Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: “Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai anak itu dan segera sesudah kamu menemukan dia, kabarkanlah kepadaku supaya aku pun datang menyembah dia.” Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana anak itu berada. Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka.
Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat anak itu bersama Maria, ibunya, lalu sujud menyembah dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepadanya, yaitu emas, kemenyan dan mur.
Dan karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes, maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.”
HADIAH UNTUK YESUS
Perhatikanlah dengan teliti. Ayat bibel tersebut menceritakan bahwa pada mulanya orang-orang Majus tersebut menanyakan tentang Bayi Yesus yang lahir sebagai Raja Yahudi. Lalu, mengapa mereka memberi hadiah kepadanya? Apakah karena hari kelahirannya?
Jawabannya adalah “Tidak.” Sebab mereka memberi hadiah beberapa hari bahkan beberapa minggu setelah hari kelahirannya.
Bisakah peristiwa ini dipakai pedoman bagi kita untuk melakukan kebiasaan memberi atau saling menukar hadiah di antara kita? Jelas tidak bisa. Sebab orang-orang Majus tersebut tidak saling menukar hadiahnya, tetapi mereka memberi hadiah kepada Yesus. Bukan tukar menukar hadiah sesama teman atau kerabatnya.
Mengapa? Silahkan anda membaca buku Adam Clarke Commentary, volume 5, halaman 46 yang berbunyi sebagai berikut:
“Verse 11. (They presented unto him gifts.) The people of the east never approach the presence of kings and great personages, without a present in their hands. The custom is often noticed in the Old Testament, and still prevails in the east, and in some of the newly discored South Sea Islands.”
“Ayat 11. (Mereka memberi hadiah kepadanya.) Adalah kebiasaan orang-orang timur, apabila menghadap raja atau orang-orang terkemuka, mereka selalu membawa hadiah. Kebiasaan seperti ini juga tercantum dalam kitab Perjanjian Lama, dan masih berlaku di timur, juga dapat ditemuka di South Sea Islands (Kepulauan Laut Selatan).”
Dari keterangan Adam Clarke ini, jelaslah bagi kita, bahwa peristiwa tersebut tidak bisa dipakai pedoman atau dikaitkan dengan kebiasaan Kristen baru dengan menukar hadiah kepada temannya untuk menghormati ulang tahun Yesus. Sebaliknya, mereka mengikuti adat orang-orang timur kuno yang memberi hadiah ketika mengharap raja. Mereka mendatangi Yesus, yang lahir sebagai Raja Yahudi. Sebagaimana ratu Sheba (Balqis) membawa hadiah kepada raja Salomo (Sulaiman). Bahkan seperti sekarang ini, para tamu negara pasti membawa hadiah atau cindera mata apabila datang ke White House (Gedung
Putih) untuk menemui presiden.
Jadi kebiasaan menukar hadiah ini bukanlah dari ajaran Kristen, melainkan hanya merupakan pelestarian tradisi lama yang dilakukan oleh orang-orang pagan (penyembah berhala). Di saat menjelang Natal atau Christmas yang katanya untuk menghormati Kristus dan menghidupkan ajarannya, justru orang-orang Kristen bertambah set back (jauh) dari ajaran Yesus.
NATAL MEMULIAKAN TUHAN?
Ada dua alasan yang dipakai dasar oleh orang-orang yang menyelenggarakan Natal, sebagai cara untuk menghormati Yesus Kristus, meskipun mereka mengetahui bahwa perayaan itu warisan kepercayaan Paganisme:
1. Banyak yang mengajukan alasan: “Walaupun kita tidak mengetahui secara tepat hari kelahiran Yesus, apa salahnya kita memilih hari untuk merayakan ulang tahunnya.”
Kami akan menjawab dengan pasti “Tidak bisa”. Sebab dalam Catholic Encyclopedia (Eksiklopedi Katolik) telah dijelaskan:
“Sinners alone, not saints, celebrate their birthday = Hanya orang kafir, bukan orang-orang suci, yang merayakan hari ulang tahun mereka.”
Perayaan ulang tahun bukan berasal dari agama Kristen, melainkan dari ajaran agama kafir.
2. Ada pula yang beralasan: “Walaupun Natal itu kebiasaan orang-orang kafir
(pagan) yang menyembah dewa matahari, tetapi kita tidak menyembah dewa tersebut, melainkan untuk menghormati Yesus Kristus.”
Tetapi sudahkah kita mendengarkan jawaban Tuhan melalui firmannya yang berbunyi sebagai berikut:
“Maka hati-hatilah, supaya jangan engkau kena jerat dan mengikuti mereka, setelah mereka dipunahkan dari hadapanmu, dan supaya jangan engkau menanya-nanya tentang tuhan mereka dengan berkata: “Bagaimana bangsa-bangsa ini beribadah kepada tuhan mereka? Aku pun mau berlaku begitu.” Jangan engkau berbuat seperti itu terhadap Tuhanmu. Sebab segala yang menjadi kekejian bagi Tuhan, apa yang dibenciNya, itulah yang dilakukan mereka bagi tuhan mereka; bahkan anak-anaknya lelaki dan anak-anaknya perempuan dibakar mereka dengan api bagi tuhan mereka.” (Ulangan 12:30-31)
Tuhan berfirman dengan jelas dalam kitab suciNya, bahwa Dia tidak mau menerima dalam bentuk penyembahan yang menyerupai atau meniru cara penyembahan orang-orang kafir kepada tuhannya. Cara penyembahan seperti itu sangat menjijikkan bagi Tuhan. BagiNya, pemujaan yang demikian itu tidak layak untukNya, melainkan hanya pantas untuk memuja berhala. Sebagaimana yang sering kita dengar, Tuhan melarang kita menyembahNya hanya dengan “menurut kata hati kita sendiri.” Yesus telah bersabda:
“Allah itu Roh, dan barang siapa yang menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.” (Yohanes 4:24)
Dan apa yang dimaksud dengan kebenaran itu? Firman Tuhan atau Kitab suci Bibel itulah kebenaran. Sebagainya sabda Yesus yang berbunyi sebagai
berikut:
“Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; FirmanMu adalah kebenaran.” (Yohanes
17:17)
Di Dalam Bibel sendiri, secara jelas Tuhan berfirman bahwa Dia tidak mau menerima penyembahan kepadaNya, dengan meniru cara penyembahan para penyembah berhala. Begitu pula cara yang dipakai untuk mengagungkan dan memuliakan Yesus Kristus.
Ingatlah sekali lagi, peringatan Yesus yang berbunyi:
“Percuma mereka beribadah kepadaku, sedangkan ajaran yang mereja ajarkan ialah perintah manusia.”
Natal atau Christmas adalah tradisi dan ajaran manusia, sedangkan ajaran Tuhan telah melarangnya. Selanjutnya Yesus bersabda lagi:
“Sungguh kamu telah menolak ajaran Tuhan, tetapi kamu mengikuti ajaran tradisimu sendiri.”
Alangkah tepat firman-firman Tuhan yang dilontarkan kepada berjuta-juta orang yang melakukan Natal itu. Mereka mengabaikan ajaran Tuhan. Tuhan melarang pemujaan yang meniru adat kaum kafir penyembah berhala, tetapi dengan senang hati kita melanggarnya. Tuhan berfirman:
“Janganlah kamu berbuat demikian terhadap Tuhanmu.”
Ternyata hampir semua orang menganggap ringan larangan itu. Atau karena tidak memiliki dasar agama yang kuat, akhirnya mereka mengikuti tradisi kebanyakan orang-orang untuk merayakan Natal.
Jangan salah! Tuhan membiarkan anda untuk berbuat semaunya dan tidak mengikuti petunjukNya. Tuhan membiarkan kita tenggelam dalam keramaian dan mengikuti tradisi orang-orang. Bahkan Dia akan membiarkan kita berlumuran dosa. Tetapi, Tuhan juga telah memerintahkan kita tentang datangnya hari perhitungan atau pembalasan. Jika kamu menanam, niscaya kamu akan memetik hasilnya. Yesus adalah firman Tuhan yang hidup, sedangkan Bibel adalah firman Tuhan yang tertulis. Dan kita akan diadili sesuai dengan ketetapan yang telah digariskan dalam firman tersebut. Kita pun tidak bisa mengelak dan mengabaikannya.
TANPA DISADARI KITA KEMBALI KE MASA BABILONIA Christmas atau Natal telah menjadi musim panen para pedagang. Ia menjadi sponsor yang terus dilestarikan oleh perusahaan advertising setiap tahun.
Anda selalu melihat Santa Claus yang dipajang di setiap toko. Iklan-iklan menyambut dan mengajak kita untuk merayakan “Beautiful Christmas Spirit”.
Koran yang selalu menjual iklan, ikut menyemarakkan musim kaum kafir tersebut di tajuk rencananya. Orang yang mudah terbius oleh tradisi ini, akan marah bila ditunjukkan kebenaran dari Tuhan. Padahal “Christmas Spirit = Semangat Natal” yang diselenggarakan setiap tahun itu, bukanlah untuk mengangungkan Kristus, melainkan hanya untuk promosi barang-barang dagangan. Sebagaimana rayuan setan lainnya, ia dikemas sedemikian rupa sehingga tampak seperti “Malaikat Pembawa Terang” yang amat indah. Setiap tahun jutaan dolar dihabiskan begitu saja, sementara ajaran Yesus diterlantarkan. Itulah bagian dari sistem perekonomian Babilonia.
Sebagaimana yang telah diramalkan oleh Bibel (Alkitab), kita merasa berada di negara Kristen, padahal kita di Babilonia, tetapi kita tidak menyadarinya. Ingatlah pesan Alkitab yang berbunyi sebagai berikut:
“Pergilah kamu hai umatKu, pergilah dari padanya, supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya, dan supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya.” (Wahyu 18:4)
Oleh karena itu, di tahun ini, daripada jutaan uang tersebut dihambur-hamburkan begitu saja, lebih baik dibelanjakan untuk menunjang pekerjaan Tuhan.
Sumber : http://mcb.swaramuslim.net/data/index.php
Oh TUHAN
Sering kali kita ini menyebut kata TUHAN, apakah dalam kaitan dengan gerak reflek atau kalau kita hadapi sesuatu yang tak terduga ataupun kalau kita menerima sesuatu yang tidak disangka-sangka sebelumnya sebut kata Tuhan adakalanya juga sebut nama TUHAN.
Kata TUHAN itu asalnya tidak begitu jelas dari mana, karena bukan berasal dari bahasa Malayu, Daerah, Sangsekerta, atau Arab seperti istilah atau nama-nama yang ada dalam bahasa Indonesia (serapan), mungkin diduga dari bahasa Mandarin yang asal kata “Tu Hang” yang bearti sesuatu yang berada di atas letaknya, sehingga sering Orang menyebut Tuhan dengan kata ganti dengan “yang di atas”.
Melihat itu semua, tentunya hal ini menarik untuk kita pikir ulang apa hubungan kita dengan Tuhan dan bagaimana kita bisa menemukan Tuhan yang sesungguhnya bukan hasil pemikiran manusia atau doktrin-2 dari suatu ajaran atau keyakinan, untuk itu ada suatu urutan atau proses yang bisa membantu kita dalam menemukan Tuhan yang sesungguhnya, yaitu;
1. Kita harus menyadari, mengapa kita perlu mencari Tuhan ?,
• Hal ini supaya kita bisa memahami dan menyadari untuk apa kita ada (dihidupkannya) di Dunia ini, yang ujung-2-nya kita akan sakit, tua, atau akhirnya mati juga, harta milik kita ditinggalkan begitu saja dan untuk yang masih hidup, kok enak yah !, begitu juga ilmu kita (S1, S2, bahkan sampai S3) yang kita peroleh juga ikut sirna, tidak bisa copy file di harddisk ataupun kepada seseorang, kecuali kalau kita buku kan !. pokoknya sia-sia kita HIDUP ini, kecuali Orang-2 yang ……… ?.
2. Bagaimana cara yang dibenarkan olehnya untuk mencari TUHAN ?, apa memang kita harus Mencarinya ? bukannya TUHAN sendiri yang active mendatangi kita ? atau menampakan diri atau menjemal menjadi Orang yang seakan-akan anak Tuhan (katanya orang-2 itu).
• Semua itu, Kita bisa mencarinya melalui buku-2, discusi dg para Pakar atau Ahlinya, logical, bukti-3 sejarah, proses terjadi ajaran atau kitab atau kronologis kejadiannya) dan jangan membatasi diri untuk tidak mempelajari seluruh Agama atau aliran kepercayaan atau keyakinan yang ada dan berkembang saat ini, hal ini supaya kita berkacamata kuda terdoktrin oleh 1 ajaran saja..
• Serta berdo`alah agar kita diberikan kemudahan dan petunjuk dari NYA mencari Tuhan
3. Ada “filosofi” atau “HUKUM ALAM” yang kita harus terima, dan itu bisa digunakan untuk mencarinya, antara lain;
• Sesuatu mesti ada yang menciptakannya ? (yakini dulu !), seperti mobil, rumah, baju, dll, tidak mungkin ada barang tiba-2 ada dengan sendirinya, seperti Bumi beserta isinya, dan Planet-2 lainnya, termasuk juga manusia kita ini.
• Pencipta mestinya harus ada dulu dari pada yang diciptakan ? (Tuhan lebih dulu ada sebelum adanya Manusia, bumi, jagad raya), tidak setelah ada manusia (+ nabi-2) tiba-2 Tuhan turun ke bumi dan menampakan atau menjelma menjadi Manusia ? seperti yang dikatakan sebagai anak Tuhan ?.
• Pencipta mestinya tidak sama dengan yang diciptakannya (Manusia membuat mobil, tentunya mobil tidak sama dengan Manusia, baik bentuk dan kelakuannya), sehingga wujud dan bentuk tentunya tidak akan sama dengan manusia, terima dulu logical ini !.
• Jadi Tuhan tidak akan menyerupai yang diciptakannya (sama dengan manusia) ?
• Manusia dan semua ciptaannya akan tunduk atau mengikuti HUKUM ALAM, yaitu menempati (ber dimensi) ruang, akan rusak karena waktu (umur) atau mati, dapat dilihat, diraba, atau dirasakan, dan difoto kemudian di up load di WWW), wah kalo Tuhan punya WEB berapa yah hits/day nya ?, jadi Tuhan tidak akan mengikuti atau tunduk dengan hukum alam tadi.
• Jadi Tuhan tidak akan mungkin berwujud sama dengan ciptaannya (Manusia). Atau mempunyai sifat-2 yang akan sama atau sama dengan Manusia, seperti akan mati kalo dihukum salibatau bisa dinuh manusia.
• Tuhan tidak bisa dikategorikan jenis kelaminnya (Gender laki-2 atau perempuan ?), Tuhan Bapak, atau Bapa di Surga ?, Walaupun sebatas sebutan saja, atau untuk memudahkan membayangkan, bahwa Tuhan seperti Bapak perannya seperti dalam keluarga..
• Wujud atau Tubuh Tuhan juga tidak akan menyerupai Manusia, yaitu mempunyai tangan atau kaki, jadi tidak akan melakukan “CAMPUR TANGAN TUHAN” sebagaima Manusia ? dalam membantu manusia yang lain.
• Tuhan itu maha itu kuasa sekali (absolute atau muntlak tidak ada yang membatasinya), sehingga tidak perlu atau membutuhkan bantuan seperti kita minta tolong atau mengaharapkan bantuan dari yang lain, sehingga tidak akan mungkin kita ini bisa menjadi atau mengaku menjadi “PELAYAN TUHAN”..
• Sifat-2 Tuhan itu tdk akan sama dengan suatu bentuk atau manusia, maka Tuhan itu tidak berdimensi waktu atau ruang, seperti halnya manusia membutuhkan tempat tinggal, maka Tuhan tidak tinggal di syurga ? (Bapa yang tinggal di kerajaan syurga), jadi dimana tempat Tuhan tinggal ?, (mungkin mirip dengan Ruh kita ada di bagian tubuh mana, Jantung ? Paru-2 ? atau Organ tubah yang lainnya ?. Seorang ahli anatomi atau Dokter Spesialis Internist tidak akan pernah tahu dimana letak Ruh itu dalam Tubuh manusia.
• Secara logika kalau Tuhan (Bapa) tinggal di kerajaan syurga, terus siapa yang akan menunggu (tinggal) di Neraka mengawasi orang-2 yang disiksa ? dan di Bumi ?, bisa-2 kabur semua Orang-2 yang ada di Neraka karena tidak ditunggu Tuhannya ?. (masa iyah / Ha ha).
• Tuhan itu tidak akan seperti perasaan dan pikiran kita, sehingga Roh Kudus (Tuhan) tidak akan memimpin kemana arah pikiran, hati, perasaan atau tindakan kita, yang ada adalah bagaimana pikiran, hati, dan tindakan kita semata-mata hanya untuk Tuhan (sesuai petunjuknya), jadi Tuhan berada diluar tubuh dan pikiran kita ? (dekat atau jauh tergantung bagaimana kita mendekatkan diri dan pikiran kepadanya, jadi tidak mungkin Tuhan itu memimpin diri atau Ruh kita seperti yang sering di sebut-2 Orang itu „ biarlah TUHAN bekerja dan Ruh kudus memimpin kita“.
• Secara nalar (logical in healty thinking) atau akal sehat setiap orang (barang siapa ?) yang berbuat seharusnya Dia yang bertanggungjawab, mau Dosa atau Pahala, dan tidak mungkin dialihkan kepada Tuhan yg se-akan-2 si PENEBUS DOSA atau Juru Selamat, atau dihapus dengan dengan jalan melakukan pengakuan Dosa melalui Pasteur, atau diwariskan kepada anak cucu, jadi Pernyataan “PENEBUS DOSA” apa itu bukan sbg proganda (iklan terselubung) agar menarik Orang mengikuti ajaran. Agama tertentu, bisa dilaporkan ke KPPU ? kalau di Indonesia.
• Jangan mengandalkan kemampuan logical (otak), panca indra (mata dll), maupun perasaan kita dalam mencari Tuhan, karena Organ kita mempunyai keterbatasan, sepertinya halnya MATA, mata memandang langit itu berwarna biru padahal langit itu tidak berwarna dan merupakan ruangan yang bolong tidak berbatas dengan benda atau layer.
• Seperti hal perasaan bahwa kita, bahwa kita ini tinggal pada permukaan bumi yang datar dan tidak mungkin kita berada di atas kulit bumi yang bundar, padahal kalau kita terbang antar benua baru melihat bahwa kulit bumi itu melengkung, sepertinya sepandai-pandai manusia, manusia tidak pernah mampu melihat bentuk (wujud) ROHnya sendiri seperti apa dan dimana keberadaannya di tubuh kita ?, jadi jangan mengandalkan logika dalam mencari Tuhan, seperti Halnya mengapa kita dijadikan /dilahirkan sbg Orang Jawa, Cina, Bule, dll atau mengapa dilahirkan sbg Laki-2 atau Wanita ? (logika tidak mungkin bias menemukan jawabannya), manusia itu secara pisik dan akal mempunya keterbatasan, oleh karena itu dalam mencari Tuhan yang sesungguhnya, pakailah cara yang sudah diberikan oleh Tuhan sendiri, dimana hal itu ada …….. ? (buka dan pelajari semua kita suci tiap-2 agama, dan di Al Qur`an lah jelas ada siapa itu Tuhan dan bagaimana Manusia itu bisa mengenal dan mendekati diri dengan Tuhannya).
• Jadi jangan sampai kita memaksakan TUHAN, bahwa Tuhan itu harus nampak wujudnya seperti halnya Manusia atau menyamakan bahwa Tuhan itu juga seperti Manusia, walaupun sebagai Anak Tuhan atau Tuhan anak, ada ibunya, Tuhan itu seolah-olah seperti BAPA di kerajaan syurga, walaupun itu mungkin sekedar imajinasi saja untuk memudahkan kita membayangkan atau mempercayainya, jangan mencari Tuhan denga cara Manusia, carilah dengan cara yang sudah ditentukan olehnya.
4. Terus bagaimana Tuhan yang sesungguhnya itu ?
5. Tentunya Tuhan itu tidak akan menampakan dirinya dan memperlihat pisiknya kepada Manusia (bikin penasaran saja Tuhan ini), logical kita Dunia bisa heboh ? kalo Tuhan sampai menampakan DIRInya, apalagi ber kata-2 (firman) langsung ?. bisa-2 dibunuh dan kemudian disalib ?
6. Seperti Hanyal Roh, setiap Orang pasti (100 prosen) percaya bahwa setiap Orang yang hidup pasti ada Roh di dalam tubuhnya, dan kita tidak pernah tahu bagaimana wujud dan letaknya, walaupun seorang dokter ahli-pun pasti tidak akan tahu dimana Ruh (atau ROH) itu berada dalam tubuh kita., karena Manusia tidak diberikan kemampuan melihat RUH itu !.
7. Tetapi Tuhan telah memberikan Tanda-2 keberadaannya kalo kita mau peduli terhadap Tanda-2 kebesarannya (ke Maha’an nya) dan asal kita mau mencari melalui cara yang dibenarkan atau diridhoinya., seperti Halnya pada Bumi dan isinya, Planet, dan mengatur semua di orbitnya, ada yang menciptakan dan mengaturnya tidak ? (renungkan dalam dengan hati yang bersih, kesampingkan dulu keyakian Agama kita anut selama ini).
8. Bagaimana cara mencari Tuhan yang benar ? (sesuai dengan diberikan petunjuk olehnya ?).
9. Setelah mempelajari secara mendalam dan penuh kehati-hatian, melalui Kitab-2 suci tiap-tiap Agama (Alkitab, Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, Weda, Al Qur`an, dll , Bagaimana Ajarannya, Diskusi dengan para pakarnya dan tidak hanya hanya 1 Orang, akhirnya saya menemukan bahwa di dalam Al Qur`an, terdapat cara-2 mencari Tuhan yang benar (sesuai dengan petunjuknya) dan satu-2-nya Kitab yang isinya betul-2 asli firman Allah bukan kesaksian-2 seperti yang lain (menurut si Anu, si Itu ….?).
10. Dalam memahami Makna tiap-tiap kalimat (ayat-ayat), disitu jelas-2 sekali bahwa Tuhan ALLAH itu adalah Tuhan Kita semuanya (Bule, Cina, Negro, Arab, Melanesia, Monggol) dan Al Qur`an diturunkan untuk semua Manusia di Dunia (bukan hanya untuk orang Moeslem atau Islam saja atau hanya untuk orang Arab saja), di Al Qur`an cukup jelas seperti apa Tuhan itu ?. dan tidak menurut pendapat atau kesaksian Orang seperti para 12 Murid Rasul itu.
11. Begitu juga dalam membandingkan dengan kitab-2 Agama lainnya, betul-2 isinya ber beda sekali dan begitu juga proses turunnya ayat-ayat juga juga jauh berbeda, mohon jangan antipati (or negative thinking before) dulu, sebelum membaca dan mendalami maknanya (anggap sbg ilmu pengetahuan aja dulu), betul-2 isinya bukan merupakan pendapat seorang atau kata seseorang (Murid atau kisah para Rosul), sehingga dari proses inilah saya melilih Tuhan dan Ajaran, yang betul-2 bukan karena Orang Tua, Lingkungan, Gensi (komunitas) atau yang lain
12. Inilah pengalaman spiritual saya, mudah-2-an Saudara-2-ku bisa memperoleh manfaat dan hikmahnya dari learning journey ini, amien yah ROBBAL ALLAHMIEN.
Semoga Allah merachmati kita semua, amien.
Wassalam
Ridhawati
Flexi; 022 7204941
)
APA YANG KITA KETAHUI TENTANG
INJIL (sejarahnya) YANG SEKARANG INI
Ajaran Paulus yang banyak mengandung mithos-mithos Yunani ini ternyata banyak sekali mendapat dukungan, dari orang-orang sekitar Mediteraan, Laut Tengah.
Ia antaranya didukung oleh;
1. Ireneus (150 – 202 M), Tertulianus (155 – 220 M).
2. Origens (185 – 254 M) dan Anthanasius, yaitu Bapak yang melahirkan Trinitas yang hidup sekitar tahun 298 – 377 M, yang ikut memelopori Trinitas dalam sidang dikota Nicea tahun 325 M.
3. Anthanasius berdiri pula Santo Agustinus (354 – 430
4. Gregoryus Nyssa (335 – 394 M).
Mereka, pendukung-pendukungnya ini memikirkan, berpikir dan berunding, bagaimana memecahkan persoalan Tuhan itu tiga tetapi satu. Maka tidaklah heran kita bila kemudian mendengarkan adanya konsili-konsili seperti konsili Nicea, konsili Epesus, konsili Alexandria dll, dimana pada tiap-tiap konsili akan lahir pula suatu “perkembangan baru dari Tuhan,” seperti pelenyapan Injil-injil yang asli, pelarangan padri-padrinya kawin dan seterusnya. Dalam zaman seperti yang saya sebutkan tadi, tidak pula seluruh orang menerima ajaran gila Paulus ini, sebab pada waktu itu lahir pula golongan-golongan Nestorius (388-440 M) dan Arius (270-350 M). Kedua golongan ini terkenal gigihnya menentang ajaran Paulus, sambil tetap berkeyakinan bahwa tiada lain yang disembah melainkan Allah yang Maha Esa, dan pertentangan mereka inilah yang akhirnya menimbulkan perburuan manusia yang tiada taranya, dimana lawan-lawan ideologinya dibunuh dengan dibakar hidup-hidup, diadu dengan singa, diseret oleh kuda ataupun dihukum pijak oleh gajah.
PEMERINTAH ROMAWI TURUN TANGAN
Pemerintah Romawi melihat adanya suatu kericuhan-kericuhan didalam negerinya, tidaklah tinggal diam. Kericuhan-kericuhan agama ini bila dibiarkan, kemungkinan besar akan menimbulkan suatu hal-hal yang lebih besar dan berbahaya pula. Itulah sebabnya maka pada tahun 326 M, kaizar Konstantin yang Agung segera mengadakan musyawarah atau konsili dikota Nicea, dimana golongan-golongan Tertulianus, Origenes, Anthanasius dipertemukan dengan golongan Nestorius, Arius serta kawan-kawan yang seangkatan dengannya. Gagasan Kaisar mungkin kurang ditanggapi oleh ummat, maka dari undangan yang datang ternyata belum setengahnya. Didalam perdebatan itu, mereka terpecah dua, yaitu;
1. Golongan-golongan yang mempertahankan Yesus sebagai manusia, dan,
2. Golongan golongan yang mempertahankan Yesus sebagai Tuhan.
Berhubung tidak adanya kata sepakat, maka; kaisar mengambil keputusan (dekrit?) bahwa Yesus adalah Tuhan dan manusia, atau setengah Tuhan dan setengah manusia. Gagasan ini diterima hanya dengan 2 suara, sedang penolaknya 10 suara. Berhubung yang 2 suara ini lebih dekat dengan selera kaisar, maka sejarah kemudian mencatat yang 2 suara inilah yang menang, yaitu mereka yang menerima gagasan Tuhan manusia terhadap diri Yesus. Kaisar kemudiannya mengadakan suatu dekrit umum bahwa semua orang harus menerima gagasannya itu.
Maka mulailah disini penjagalan manusia besar-besaran, dimana siapa saja yang menolak ajaran Yesus Tuhan dan manusia dibunuh dengan bermacam-macam cara yang keji. Belakangan ternyata pula, kaisar Konstantin raja Romawi yang kafir itu masuk Kristen, dan kemungkinan mulai tahun-tahun inilah Kristen itu mulai lahir, dalam suatu bentuk yang bernama: Katolik yang artinya Umum. Konsili I ini rupa-rupanya belumlah dapat menampung segala aspirasi ummat. Maka mereka kemudian mengadakan Konsili II dikot Konstantinople pada tahun 381 M, yang memutuskan lagi bahwa Anak adalah Homo Osius dengan Bapa (Creator). Didalam Konsili II ini pula mereka menambahkan materi Rokhulkudus sebagai oknum ke-III dari Allah, sehingga lengkap lahirlah Tuhan Allah Bapa, dan Anak serta Rokhulkudus.
Didalam tahun-tahun inilah kemungkinan besar orang mulai menambah-nambah Injil Matius dengan tulisan: Pergilah keseluruh dunia baptiskanlah seluruh bangsa dengan nama Bapa, dan Anak dan Rokhulkudus (Matius 28:10).
Konsili ke-III diadakan dikota Epesus tahun 439 M, didalam konsili inilah dikeluarkan perintah untuk mengutuk ajaran-ajaran Nestorian dan Arianisme yang bidaat itu. Merekapun mengeluarkan pernyataan perang terhadap Injil, dimana seluruh Injil-injil yang asli dimusnahkan atau diapokratipkan. Sebagaimana kita mengetahui, semasa Yesus hidup ia mempunyai pula pengikut-pengikut, yang kian kemari menuliskan khutbah-khutbah dan ajaran-ajarannya sebab pada zaman itu memang alphabet telah ditemukan. Murid-murid Yesus ada 70 orang. diantaranya 12 yang disebutkan namanya didalam Injil. Dari catatan-catatan murid-murid Yesus ini, kemudian hari kita kenal telah dibukukan dengan nama Injil, yang dinamai oleh masing-masing penulisnya seperti:
1. Injil Markion,
2. Injil Mesir,
3. Injil Eva,
4. Injil Yudas,
5. Injil Nicodemus,
6. Injil Thomas,
7. Injil Barnaba,
8. Injil Matius,
9. Injil Yosepus,
10. Injil Duabelas,
11. Injil Kebenaran,
12. Injil Maria,
13. Injil Yesus,
14. Injil Andreas,
15. Injil Pilipias,
dan lain-lainnya (masih banyak lagi).
Saya masih teringat, ketika Orang-2 yang selalu membawah Injjil ke Geraja setiap hari Saptu atau Minggu atau di acara-2 Kebatian juga bertanya kepada sesama Rekan dan juga Pendetanya, adakah murid-murid Yesus itu juga menulis Injil ?, dan mengapa katanya ada Injil-injil yang dilarang untuk dibaca ? Banyak sekali para Pendeta, Uskup,, Biarawan, Biarawati, Romo, Pasteur yang sudah paham betul tentang sejarah Injjil ini, Namun Mereka pada umumnya malu dan gensi kalo dirinya ketipu mentah-mentah, jadi selanjutnya semua ini terserah pada kita semua, apa penipuan seperti kita mau sebarluaskan atau kita turun temurunkan ke anak cucu kita ? biar semua sama-sama masuk neraka bersama sebagai rasa SOLIDERITAS ?. atau kita akhiri saja dengan menyampaikan apa adanya !.
MATIUS CS. PENJIPLAK PAULUS
Sebaliknyalah bahwa Injil-injil Matius, Markus, Lukas dan Yahya itulah yang mengajarkan ajaran-ajaran palsu. Lukas misalnya, ia adalah dokter pribadi dari Paulus. Ia dalam menulis Injil, dengan sendirinya kemasukan pula ajaran-ajarannya Paulus. Ini bisa dibuktikan dalam tulisannya pada kisah rasul- rasul, dimana jelas nampak kecenderungannya untuk mengangkat-angkat nama Paulus, bahkan murid ini setengah mengkultus dan mendewakannya. Lukas menyusun Injilnya berdasarkan kepada Markus-tua atau Ur Markus.
Sedangkan Markus sendiri bukannya orang yang dikenal. Matius menulis Injilnya berdasarkan pula kepada Ur Markus, jadi Matiuspun menjiplak. Itulah sebabnya dalam Injil-injil Matius, Markus dan Lukas banyak sekali dijumpai kalimat-kalimat atau perkataan-perkataan yang sama, disamping pertentangan-pertentangan yang ada. Lalu bagaimanakah dengan Injil Yahya? Marilah kita ikuti uraian Jarnawi Hadikusumo dalam bukunya: Tinjauan sekitar Perjanjian Lama & Baru, halaman 69-74 yang bunyinya kurang lebih ;
1. Injil Yahya tidak termasuk dalam Injil Sipnotik, sebab isi dan sejarahnya lain sekali. Menurut keyakinan Kristen, Injil Yahya ditulis oleh Yahya murid Yesus yang terkasih (Yahya 13:23 dan 21:20). Oleh karena itulah maka kepercayaan Kristen, penulis Injil Yahya ialah Yahya bin Zabdi adik Yakub bin Zabdi seorang diantara muridnya yang duabelas itu. Oleh para ahli sejarah yang lebih dapat dipercaya, Yahya bin Zabdi telah dibunuh oleh Raja Herodes Agerippa I pada tahun 44 atau 66 M. Padahal Injil Yahya baru ditulis sekitar tahun 100 M. Maka benar kemudian, Injil ini kemungkinan besar sekali ditulis oleh Yahya Prebester pendeta sidang Jum’at di Asia Kecil yang hidup dalam abad I Masehi. Ia menulis Injilnya itu dengan maksud untuk menentang ajaran Corentus dan Irenius. Hal ini dikuatkan lagi oleh kitab-kitab Encyclopedia, terutama Encyclopedia Britanica yang mendasarkan keterangannya atas Papias Uskup Hieropolis. Demikian juga keterangan vang dibawakan oleh Dr. J. H. Bavink dalam kitabnya yang bernama: “De Weg Van Gods Koninkrijk.”
Matius, pada waktu Yesus hidup iamasih anak kecil berumur 5 tahun. Ia menulis Injil pada tahun 88 M, dus 55 tahun sesudah kepergian Yesus. Waktu yang 55 tahun saya kira sudah sangat lama untuk mengingat semua kejadian, apalagi untuk menulis perkatan-perkataan seseorang Dari manakah ia mengetahui percakapan Gembala-gembala Efrata dengan para malaikat? Bukankah pada waktu itu ia tidak berada di padang Efrata? Lalu darimana pula ia mengetahui dialog Mariam dan Jibril? Bukankah dari mulut ke mulut juga asalnya? Kitab Injil
INJIL yang sekarang ini, ternyata Karya Tangan Manusia-manusia
Sudah bisa disimpulkan bahwa Injil asli yang dibawa Nabi Isa putra Maryam sebagai pembawa berita bahagia bagi umatnya telah tidak ada. Yang tersisa sekarang adalah Injil hasil karya “tangan-tangan terampil†yang sebagiannya masih misterius. Injil yang ada sekarang hanya berisi cerita-cerita sejarah tentang Al-Masih. Dan dari Injil yang ada satupun tidak ada yang ditulis dizaman Isa Al-Masih.
Dizaman ini, ada empat Injil yang dikenal selain satu yang dilarang beredar. Pertama, Injil Matius. Injil pertama yang muncul 39 M. ini masih belum bisa diyakinkan siapa pengarang sebenarnya, apakah Matius (salah satu Hawariyyin) atau bukan? Injil ini telah ditarjamahkan ke dalam bahasa Ibrani kemudian ke bahasa Yunani. Namun anehnya, siapa penarjamahnya tidak diketahui.
Kedua, Injil Markus. Injil ini ditulis pada tahun 61 M. Ada sebuah pendapat yang mengatakan bahwa nama Markus adalah julukan. Sedangkan nama asli Markus adalah Johanes. Dia asli Yahudi dan keluarganya ada di Yerusalem ketika Isa as terutus dan Markus mati terbunuh di penjara Aleksandria tahun 68 M. karena tidak mengakui ketuhanan Al-Masih.
Ketiga, Injil Lukas. Ditulis sebelum tahun 70 M., setelah penulisan Markus dan setelah matinya Bitrus dan Paulus. Lukas adalah seorang dokter dan dia tidak pernah melihat Isa Al-Masih selama hidupnya.
Bahkan, tiga Injil pertama (Matius, Markus, dan Lukas) tidak ada yang proklamir tentang ketuhanan Al-Masih. Hingga datangnya injil ke empat, Injil Johanes. Injil Johanes dikarang pada tahun 96 atau 98. Latar belakang ditulisnya Injil Johanes ini adalah karena ketiga injil pertama tidak ada yang menyinggung ketuhanan Al-Masih. Jadi, benar sekali bila Injil Johanes dikatakan sebagai paket untuk mempertuhan Isa as.
Namun, dalam Injil Johanes pun ada kerancuan. Kerancuan ini dapat mentiadakan nilai Injil Johanes secara totalitas. Kerancuan ini timbul sebab latar belakang autentisitas penulis.
Para penulis Kristen banyak memantapkan keyakinan bahwa Injil Johanes bukanlah karangan Johanes, salah satu hawariyyin yang disayang oleh Isa as. Injil Johanes dikarang oleh Johanes lain. Dalam ensiklopedi Britanica ada kalimat: “Sudah tidak ada keraguan lagi bahwa Injil Johanes adalah kitab bohong. Penulis Injil ini ingin mengkaburkan antara dua hawariyyin, Johanes dan Matius. Penulis Injil ini mengaku bahwa penulis Injil Johanes adalah Johanes, salah satu hawariyyin.†Lalu, siapakah sebenarnya penulis Injil Johanes? Ustadz Ustadlun telah menjawab pertanyaan ini, “semua Injil Johanes adalah karangan salah satu murid sekolah Aleksandriaâ€. Lho ‘kok? Karena sekolah Aleksandria adalah sumber dari paham trinitas dan penuhanan terhadap Al-Masih. Hal senada juga dikatakan oleh Hisyam Ahmad dalam risalahnya Haqiqatun Nashraniyyah.
Beda luar sama inti, adalah pendapat Wahbah az-Zuhaili dalam Tafsir Munir-nya. Dia mengatakan, para pemikir Nasrani banyak mengingkari kalau Injil Johanes ditulis oleh Johanes yang hawariy. Injil Johanes tidak lain ditulis oleh salah satu murid Johanes sendiri di abad kedua Masehi. Sedangkan pencantuman nama Johanes dalam injil tersebut oleh sang murid agar supaya manusia tertipu.
Kemudian, datanglah Injil Barnabas. Kitab injil inilah yang menemukan kembali relasi antara Islam dan Nasrani setelah sebelumnya hilang sebab dubuang oleh empat injil di atas. Injil ini telah ditarjamah ke dalam bahasa Arab oleh Kholil sa’adah di abad dua puluh.
Dalam Injil Barnabas ini dapat ditemukan banyak tentangan kepada empat injil sebelumnya. Ada empat pokok yang menjadi bantahan injil ini. Pertama, Injil ini menerangkan bahwa Isa as sendiri membantah tentang ketuhanannya. Kedua, anak yang akan di sembelih oleh Nabi Ibrahim karena perintah Allah adalah Ismail bukan Ishaq. Ketiga, Mesiah atau Al-Masih yang ditunggu bukanlah Isa. Tapi Nabi Muhammad saw. Keempat, Nabi Isa as tidak di salib. Namun, yang di salib adalah Yahudza yang telah berkhianat dengan menunjukkan persembunyian Isa kepada orang Yahudi.
Simpul benang yang dapat ditarik dari uraian ini adalah kitab Injil yang ada sekarang bukanlah kitab Injil yang diberikan Allah Swt. kepada Nabi Isa as sebagai pembawa berita gembira. Kitab injil sekarang hanya sebuah kitab sejarah.
Jelasnya, setiap masalah tidak mengemuka dengan tanpa latar belakang. Terjadinya tahrif (perusakan) ini pasti memiliki sebab dan pelaku. Sebab dan pelaku tahrif pada injil ini bisa disinyalir dengan sebab masuknya filsafat Grik dan konstitusi Roma. Keduanya sangat berpengaruh dalam pembukuan injil-injil. Lalu keduanya melakukan distorsi dengan menampilkan Isa bukan pada sosok aslinya. Wallahu a’lam.
YESUS ternyata bukan TUHAN
Buku ini memberikan bukti bahwa Yesus itu bukan Tuhan. Apa saja bukti-buktinya? namun sebelumnya silahkan baca dulu sambutan dari Bapak Drs. H. Zahir Khan SH. Dipl. T.E.F.L
Sambutan
Drs.H. Zahir Khan SH. Dipl. T.E.F.L
Ketua Umum Lembaga Kristologi Indonesia
Direktur Iqbal Academy Indonesia
Mantan Diplomat Indonesia
Perlu kita sadari bersama bahwa selama ini sering terjadi perbedaan pendapat antara muslim dan Nashrani pada umumnya yaitu dikarenakan kesalahpahaman persepsi tentang siapa Yesus yang sebenarnya.
Hampir semua umat Kristiani di dunia ini beranggapan bahwa Yesus itu adalah Tuhan, sementara umat Islam dimanapun mereka berada, tidak ada satupun diantara mereka yang beranggapan Yesus sebagai Tuhan.
Buku kecil yang ditulis oleh sahabat saya bapak Insan LS Mokoginta ini, memberikan suatu pandangan yang sangat rasional bagi kita semua, terutama bagi umat Kristiani dalam menntukan sikap terhadap siapa sebenarnya yang perlu disembah, apakah Yesus atau Allah, apalagi latar belakang dia segbagai seorang Mullaf mantan Kristen Katolik.
Sebagai Mantan Diplomat Indonesia, sudah cukup banyak Negara di dunia ini yang pernah saya singgah. Ternyata cukup banyak kaum intelek mereka yang tidak percaya lagi Yesus sebagai Tuhan. Bahkan sebagian ada yang mengatakan bahwa God was die (Tuhan telah mati). Lebih ironis lagi di Belanda, lebih ari 50% mereka telah keluar dari agama Kristen dan menyatakan tidak beragama, karena mereka ingin menghidar dari perpuluhan yang tiap bulan dipotong langsung dari gaji mereka. Hal ini terjadi karena mereka sudah tidak meyakini lagi Yesus sebagai Tuhan. Makanya tidak heran jika diluar negeri yang masuk Gereja hanyalah kakek-kakek dan nenek-nenek serta anak-anak kecil saja, bila anak muda risih ke Gereja, mereka merasa risih karena akan dianggap “too young” (Terlalu muda) karena Gereja hanya di isi oleh kakek nenk yang tinggal menghabisi sisa-sisa umur mereka dan anak kecil yang tidak paham.
Cukup banyak data menunjukkan bahwa di luar negeri sudah banyak gereja-gereja dujual karena ditinggalkan jemaatnya, dan ada sebagaian yang dibeli umat Islam dan telah dijadikan Masjid.
Oleh sebab itu, tidaklah berlebihan jika buku yang ditulis oleh rekan saya bapak Insan LS Mokognta menarik sekali kita simak, karena argument yang disampaikan beliau begitu rasional, mudah dicerna. Ebih menarik lagi karena pak Insan LS Mokoginta ini adalah seorang Muallaf mantan Kristen Katolik.
Bukan hanya buku ini saja yang perlu kita baca, apabila kita ingin mengetahui lebih dalam tentang Ilmu Kristologi, terutama bila kita ingin mendakwahkan kebenaran agama Islam kepada mereka yang non muslim. Ada lebih sepuluh judul yang beliau tulis dan ada juga VCD perdebatan beliau yang perlu kita miliki apabila ingin berdakwah dikalangan ummat Kristiani.
Buku ini sangat baik dipakai oleh para da’i maupun siapa saja, terutama dalam meluruskan kesalahpahaman terhadap siapa diri Yesus itu yang sebenarnya menurut Al Qur’an & Al kitab.
Saya yakin buku ini akan memberikan andil yang besar dalam dunia dakwah, terutama di kalangan saudara-saudara kita kaum Nasrani.
PAULUS ternyata Nabi Palsu !
Semasa Yesus hidup di dunia sebagai nabi Allah, baginda pernah memberitahu kepada para pengikutnya suatu keterangan penting, yaitu bahwa akan datangnya beberapa Mesias palsu dan nabi-nabi palsu. Berkatalah Yesus seperti berikut:
“Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Akan datang banyak orang dengan memakai namaku dan berkata ‘Akulah dia’ dan mereka akan menyesatkan ramai orang.” (Markus 13: 5-6)
Pada waktu itu jika orang berkata kepada kamu: ‘Lihat, Mesias ada di sini’, atau ‘Lihat, Mesias ada di sana’, jangan kamu percaya. Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul sdan mereka akan mengadakan tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat dengan maksud, sekiranya mungkin, menyesatkan orang-oang pilihan.” (Markus 13:21)
Paulus, atau nama Yahudinya, Saul (Kisah 13:9), lahir di Tarsus iaitu ibu kota Cicillia di Asia Minor. Ayahnya seorang Yahudi dari suku Benyamin, dan ibunya keturunan Romawi. Dia menjadi jemaat Kristen setelah mengaku bertemu dengan cahaya di langit yang konon namanya adalah Yesus (Kisah 9:3-7). Paulus inilah juga yang memiliki peranan terbesar dalam pembentukan dogma agama Kristian, antara lain 7 dogma di bawah ini.
1. Konsep Tuhan Anak
Menurut Paulus, Allah Bapa yang berada di syurga itu mempunya anak yang sudah ada sebelum segala sesuatu ada dan segalanya dicipta melaluinya (1 Korintus 8:6; Kolose 1:5; 1 Timotius 2:5)
2. Inkarnasi
Menurut Paulus, Yesus telah melakukan inkarnasi di bumi melalui benih Daud (Roma 1:3-4; Galatia 4:4-5; Kolose 1:15; dan Ibrani 1:3). Dengan demikian, Paulus telah mendoktrinkan bahwa Yesus adalah anak Yusuf dan Maryam sebagaimana salasilah yang ditulis oleh Matius (Mat. 1:1-16).
Paulus mengatakan bahwa Yesus dalam wujudnya sebagai manusia berasal dari benih Daud (Roma 1:3). Jadi Paulus secara tidak langsung menuduh Yusuf dan Maryam bersetubuh hingga melahirkan Yesus.
3. Dosa Waris
Menurut Paulus, manusia ini sebenarnya hidup kekal di syurga, kerana kesalahan Adam, maka baginda diletakkan di bumi dan anak Adam mati. Dosa yang telah diperbuat oleh Adam itu terus dipikul oleh keturunannya (Roma 5:12-18; 1 Korintus 15:21-26).
4. Penyaliban dan Penebusan
Menurut Paulus, Yesus menyerahkan dirinya untuk berkorban hingga mati ditiang salib (1 Korintus 1:18-23; Roma 5:8; 1 Timotius 1:15). Pengorbanan Yesus adalah untuk menebus dosa manusia. Oleh kerana itu setiap orang harus beriman kepada penyaliban dan penebusan dosa ini, agar memperoleh hidup kekal dan kembali pada hari kemudian (Roma 5:18; 6:10-11; 2 Korintus 5:14; 1 Timotius 2:6).
5. Konsep Kebangkitan
Yesus bangkit dari kematian setelah dikubur selama tiga hari. Maka dari itu semua orang harus percaya bahwa Yesus telah bangkit dan hidup kekal. Siapa yang percaya akan memperoleh hidup yang kekal pula (Roma 6:4-18; 1 Korintus 15:17-20; 15:4; 2 Timotius 2:8).<
6. Tuhan Yesus
Setiap orang harus yakin bahwa Yesus adalah Tuhan (Roma 10:9). Dengan adanya dasar dogma seperti ini, pada gilirannya melahirkan doktrin Trinitas yang menetapkan bahwa Tuhan terdiri dari 3 oknum, Allah Bapa, Allah Anak dan Roh Kudus.
Dari semua konsep dogma agama yang telah diajarkan Paulus itu, ternyata hanya kebohongan belaka. Sebagaimana yang dikatakannya sendiri dalam suratnya kepada jemaat di Roma 3:7 seperti berikut:
“Tetapi jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaan-Nya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa?” (Roma 3:7)
Demikianlah Saul yang berganti nama menjadi Paulus setelah dia berhasil mengambil peranan dalam ajaran Yesus. Dia tidak pernah melihat Yesus dan tidak pernah bertemu dengan Yesus secara langsung, sebagaimana para murid (pengikut Yesus) yang lainnya, tapi dia mengatakan bahwa ia mempunyai hubungan langsung dengan Yesus, dengan demikian maka tidak ada hak bagi siapa saja untuk menentangnya terhadap ajaran-ajaran yang dikatakannya langsung diterima dari Almasih.
Kehadiran Paulus di tengah-tengah para Rasul adalah berkat jasa Barnabas, dan ini boleh kita pastikan bahawa Barnabas memiliki pengaruh yang sangat penting di kalangan para murid Yesus yang lainnya sehingga mereka mahu patuh terhadap keputusannya. Barangkali kerana alasan inilah dengan adanya kehidupan Barnabas dicatat dengan terperinci pada kitab Kisah Para Rasul. Sifat hubungan antara Barnabas dan Paulus ditunjukkan dalam Kisah 13:1-2 sebagai:
“Pada waktu itu dalam jemaat di Antiokhia ada beberapa nabi dan pengajar, yaitu: Barnabas dan Simeon yang disebut Niger, dan Lukius orang Kirene, dan Menahem yang diasuh bersama dengan raja wilayah Herodes, dan Saulus. Pada suatu hari ketika mereka beribadah kepada uhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: ‘Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang Kutentukan bagi mereka’.”
Dalam daftar para pengikut Yesus, Lukas menyebut Barnabas dalam urutan pertama dan Saul/Paulus dalam urutan terakhir.Kerana telah terpilih untuk bekerjasama, maka para rasul menyebar, dan Barnabas serta Paulus berangkat bersama Markus untuk menyebarkan ajaran Yesus di Yunani. Sementara James, putera Maria dari suami Yusuf, ditinggal sebagai ketua para pengikut Yesus, Peter juga tetap tinggal.
Dalam kitab kisah Rasul diceritakan, di samping mereka kadang-kadang dilempari batu d ibeberapa tempat, dua orang penyebar agama tersebut sangat berhasil. Reputasi mereka sebagai manusia-manusia pelayan Tuhan tersebar luas.
Ketika mereka sampai ke Lucaonia dan menyembuhkan seorang yang pincang, terdapat desas-desus bahwa dewa-dewa telah diturunkan kepada mereka dalam bentuk manusia. Mereka memanggil Barnabas dengan sebutan Jupiter dan Paulus dengan sebutan Mercuries. Kemudian para pendeta (penyembah) Jupiter membawa binatang ternak dan karangan bunga kepintu-pintu gerbang, dan akan melakukan pengorbanan bersama orang-orang banyak. Maka ketika para rasul tersebut, Barnabas dan Paulus, mendengar tentang hal tersebut, mereka mengoyakkan pakaian dan lari ke kumpulan orang yang sedang berteriak-teriak:
“Dan mereka berdua berkata :’Tuan-tuan, mengapa anda melakukan semua ini? Kami berdua juga manusia yang ingin membagi kasih dengan saudara, dan mengajarkan kepada anda tentang Tuhan Yang Maha Hidup yang telah menciptakan langit dan bumi, laut dan segala sesuatu yang ada didalamnya’” (Kisah 14:15)
Jika reaksi dari penduduk Yunani adalah seperti ini (yang menganggap Barnabas dan Paulus sebagai dewa berupa manusia), maka hal ini menandakan bahwa kedua-duanya mengalami masalah dalam menyebarkan ajarannya. Seorang yang mengenali Yesus akan sangat mudah mengenali bahwa ajarannya merupakan sambungan dari ajaran Musa. Tetapi bagi kebanyakan penyembah berhala, ajaran ini dipandang baru dan aneh. Semua penyembah berhala, yang mengakui banyak dewa tetap mempercayai bahwa Tuhan itu beragam.
Bagi orang-orang Yunani, penggambaran tentang Yesus, sesuai dengan salah satu dewa mereka, dan mungkin sekali mereka siap untuk menerima ajaran Yesus dalam penggambaran seperti ini. Sebab bagi pemahaman mereka, tetap ada ruang untuk lebih dari satu.
Ajaran Yesus mengenai konsep tauhid adalah suatu bentuk penghapusan semua dewa-dewa yang berbagai-bagai itu. Ajaran inilah yang tidak dapat diterima oleh mereka. Bagi orang yang setulus dan seteguh Barnabas, tugas menciptakan cara hidup yang diajarkan Yesus di Yunani tanpa menyesuaikan diri dengan lingkungannya, pastilah sangat berat.
Bagi Paulus, yang telah memperlihatkan kecenderungannya merubah ajaran yang diketahuinya, melihat kesempatan untuk berdakwa dengan terlebih dahulu menggunakan kepercayaan orang-orang Yunani tersebut dan ditamsilkan ke dalam Yesus.
Saat itu Yunani telah menjadi sebahagian dari kekaisaran Romawi. Dewa-dewa Romawi banyak memiliki kemiripan dengan dewa-dewa yang dianut oleh orang Yunani.
Dan Paulus adalah orang yang sangat pandai memanfaatkan situasi, dia menyadari sepenuhnya keteguhan kepercayaan dalam agama Greeco-Roman (campuran Yunani dan Romawi) dari rakyat awam didalam kekaisaran Romawi tersebut. Jelas terlihat bahwa ia merasa tidak mungkin merubah cara ibadah mereka tanpa merubah ajaran Yesus.
Barnabas, di sisi lain sebagaimana tercatat dalam Matius 5:18, bahwa Yesus mengetahui bahwa penciptaanya/kelahirannya tidak menginginkan hukumnya dikurangi dan diubah sekecil mana pun. Untuk itu dia tetap berpegang teguh pada ajaran yang pernah diterima langsung olehnya. Akhirnya mereka berdua, Barnabas dan Paulus lebih banyak bersilang pendapat.
Tercatat dalam Kisah Rasul 15:39-40: “Hal itu menimbulkan perselisihan yang tajam, sehingga mereka berpisah dan Barnabas membawa Markus berlayar ke Siprus.”
Sangat menarik untuk dikaji apabila Barnabas tercatat pada kisah Rasul, bahwa dia telah dipilih oleh Roh Kudus untuk menyebarkan ajaran Yesus, tetapi perkara ini ditolak oleh Paulus. Kedudukannya telah cukup kuat dan dia tidak perlu lagi bergantung pada Barnabas. Lebih jelas lagi, Paulus adalah warga negara Romawi dan boleh berbahasa Romawi, juga boleh berbahasa Yunani sebagai bahasa rasmi daerah kelahirannya, Tarsus. Surat-surat yang ditulisnya pada masa berikutnya kepada komuniti-komuniti Kristen di Yunani pastilah ditulis dalam bahasa ibundaya. Ini jelas apabila Paulus dapat pergi ke Yunani dan Itali tanpa mengalami kesulitan dalam bahasa. Barnabas pada masa yang sama, tidak pandai berbicara dalam kedua-dua bahasa tersebut. Markus yang boleh berbahasa Yunani, harus menyertainya pada perjalanan misi pertamanya ke Yunani sebagai penterjemah. Jika Barnabas pergi bersendirian, maka ia tidak akan boleh difahami. Oleh sebab itu penolakan Paulus untuk bepergian bersama Markus kerana khuatir akan terbongkar penyimpangan Paulus pada saat berdakwah, sehingga Barnabas akan mencegahnya.
Di dalam buku “History of Christianity in the Apostolic Age” (hal. 216, 231, 424-25), A.G Mc Giffert berkata:
“Barnabas … yang haknya untuk bekerja (menyebarkan agama) dikalangan orang-orang zuhud telah diakui di Yerusalem …(kemudian) ia harus kembali dan memisahkan dirinya dari mereka (orang-orang zuhud) sangatlah aneh. Barnabas tidak menyetujui doktrin Paulus tentang kebebasan orang-orang Kristen dari segala bentuk hukum (sebelumnya; agama Musa)… perpisahan Paulus dan Barnabas dinyatakan oleh penulis kitab kisah Rasul sebagai akibat dari pertikaian mereka yang menyangkut Markus.
Tetapi alasan sebenarnya jauh lebih dalam daripada alasan tersebut… orang yang paling dekat dengan Paulus dan sangat intim bergaul dengannya pada masa-masa awal karirnya sebagai orang Kristen adalah Barnabas, …yang merupakan seorang anggota dari gereja di yerusalem pada masa permulaan… persahabatannya sangat berarti bagi Paulus dan pasti memiliki andil dan pengaruh yang tidak kecil terhadap orang-orang Kristen. Barnabas bertindak sebagai pendukung Paulus dimasa awal. Padahal sebelumnya, Paulus adalah penyiksa orang-orang Kristen yang tak pernah terlupakan.
Perubahan sikap Barnabas terhadap Paulus hanya boleh terjadi sebagai akibat pengalaman-pengalamannya selama dia bersama dengan Paulus. Segala harapannya agar Paulus mengubah pandangannya dan benar-benar menjadi pengikut Yesus telah sirna. Barnabas telah menyedari kesalahan dalam tindakannya, maka dia pergi meninggalkan Paulus. Sebelum dia mencuba menyebarkan suatu ajaran, yang sebenarnya hanya ditujukan kepada orang-orang Zuhud tampaknya ia melihatnya sebagai suatu tujuan yang tepat. Tetapi setelah mencubanya, pengalaman membuktikan bahwa hal itu tidak mungkin.
Tampaknya pengalamannya di Antiokia jauh lebih berhasil kerana terdapat orang-orang zuhud yang datang kepada para pengikut Yesus dan meminta untuk diterima sebagai orang-orang Kristen. Tetapi ketika Barnabas dan Paulus datang ke Yunani, justru mereka berdua yang meminta orang-orang untuk menjadi Kristen. Tidak terdapat catatan tentang apa yang terjadi setelah Barnabas kembali ke Cyprus. Tetapi diketahui bahawa dia mati sebagai seorang syahid yang memegang teguh kepada ajaran Yesus.
Sekalipun terdapat bukti bahwa Barnabas diasingkan oleh sebahagian besar halaman-halaman Alkitab, tapi jelas terlihat bahwa dia telah menjadi bahagian tidak terpisahkan dalam sejarah Kristen dan jelas tidak boleh diabaikan begitu sahaja. Secara terang-terangan ia ingin menegaskan dan mengajarkan apa yang telah didengarnya dari yesus pada masa-masa awal sejarah gereja, pada saat sebagian orang yang paling dekat dengan yesus. Kesetiaan Barnabas terhadap Yesus diakui oleh teman-temannya maupun lawan-lawannya. Di rumah saudara perempuannya, Yesus melaksanakan jamuan paskah, dan tentunya rumah tersebut tetap menjadi tempat pertemuan bagi para pengikut Yesus setelah baginda menghilang.
Pengaruh Barnabas terhadap para murid Yesus dan pengikut lainnya telah dipastikan oleh Alkitab sendiri. Barnabas dipanggil sebagai seorang nabi, guru dan juga seorang murid Yesus oleh Lukas yang kesetiaannya kepada Paulus tidak diragukan lagi.
Setelah Barnabas kembali ke Cyprus, Paulus meneruskan misinya. Sekalipun ia telah cukup lama bergaul dengan orang-orang Kristen awal yang membuat ia bisa diterima dikalangan mereka, tapi ia menyadari kelemahan posisinya. Dia dipanggil murid Yesus, sekalipun ia mengaku memiliki akses kepada Yesus melalui wahyu, tetapi dia tetap memerlukan seseorang yang pernah hidup bersama Yesus untuk menyertainya dalam perjalanan-perjalanannya di kalangan orang-orang Gentile. Seorang teman yang merupakan saksi langsung kehidupan Yesus, akan memberikan kepadanya dukungan yang sangat bernilai dan bisa mendukung argumen-argumennya dengan kewibawaan tambahan. Untuk itu dia memujuk Petrus untuk bergabung dengannya.
Kedua orang yang dahulunya saling bermusuhan dengan tajam, dan sekarang bisa bersatu adalah suatu hal yang mengejutkan. Tetapi situasi telah berubah. Sekarang Paulus telah diterima oleh orang banyak sebagai seorang Kristian dan tidak lagi dipandang sebagai penyiksa.”
Sudah tepatlah apa yang telah dikatakan oleh Yesus dalam Injil Matius:
“Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Sebab banyak orang akan datang dengan memakai namaku dan berkata: ‘Akulah Mesias’ dan mereka akan menyesatkan banyak orang.” (Matius 24:4-5)
Ramalan Yesus itu terbukti, bahwa ada orang mengaku Rasul yang diutus olehnya dengan mendapat bimbingan dari Roh Kudus. Tetapi rasul palsu ini mengajarkan dogma yang bertentangan dengan ajaran Yesus. Sila anda buka dan teliti pertentangan antara ajaran Yesus dengan Paulus.
Beberapa contoh perbezaan ajaran Yesus dan Paulus:
– Yesus sunat (Lukas 2:21) tetapi Paulus melarang sunat (Roma 2:29; Galatia 5:2).
– Yesus menyuruh agar manusia menyembah Allah, tetapi Paulus mempertuhankan Yesus.
– Yesus tidak pernah mengajarkan dosa waris pada manusia.Yesus mengajarkan orang untuk bertaubat sendiri, bukan pada dirinya, (Matius 18:1-3 dan Lukas 16:19-29). Di Alkitab tertulis bahawa seseorang itu tidak menaggung dosa orang lain (Matius 16:21 dan Yehezkiel 18:20). Pauluslah yg mengajarkan dosa waris (lihat Surat Paulus di Rum 5:12-15). Maka jelaslah bahwa “dosa waris” tidak pernah diajarkan Yesus tapi pelopornya adalah Paulus.