Pantai Desaru dengan pasir putihnya, jauh dari hiruk-pikuk dan bising kota.

Peserta triatlon bersepeda menempuh jarak 90 kilometer.

Lomba yang menampilkan kombinasi renang sejauh 2 kilometer, bersepeda 90 kilometer, dan lari 21 kilometer itu, dimenangi Aaron Farlow dari Australia dengan catatan waktu 4 jam, 9 menit, 21 detik. Urutan kedua dan ketiga masing-masing ditempati Pete Jacobs (Australia) dengan waktu 4:24,36, dan Mathieu O’Halloran (Kanada) 4:31,39. Lomba itu juga menampilkan nomor sprint yang menempuh jarak 1,5 kilometer untuk renang, bersepeda 40 kilometer, dan lari 10 kilometer yang dimenangi oleh Pete Jacobs.

Desaru, berasal dari kata Desa Baru, merupakan kawasan pantai berbukit-bukit dikelilingi hutan alam dan perkebunan kelapa sawit yang tenang, mendadak ramai dikunjungi ribuan wisatawan. Kawasan itu dapat ditempuh dengan mobil sekitar enam jam perjalanan darat dari Kuala Lumpur. Jalan menuju Desaru merupakan jalan bebas hambatan. Kondisinya mulus, di sisi kanan-kirinya merupakan perbukitan dipenuhi hutan dan perkebunan kelapa sawit.

Desaru juga dapat dicapai melalui Johor Baru, melalui jalan darat sekitar satu setengah jam. Selain itu juga dapat ditempuh menggunakan feri dari Singapura menuju Bandar Penawar, Kota Tinggi, sekitar 40 menit, disambung dengan mobil melalui jalan darat sekitar 30 menit.

Wisata Olahraga

Bagi wisatawan yang gemar keheningan alam, Desaru merupakan pilihan yang sangat cocok. Pantai Desaru yang memanjang di sebelah barat Laut Cina Selatan itu dihiasi pasir putih dan dinaungi rimbunnya pepohonan perkebunan kelapa sawit dan hutan alam. Kawasan itu jauh dari hiruk-pikuk dan bising perkotaan.

Meskipun letaknya terkesan terpencil, peserta ternyata datang sukarela. Mereka membayar transportasi, akomodasi, biaya pendaftaran, makanan, dan keperluan lainnya. Mereka bukan saja atlet-atlet profesional, tetapi juga atlet amatir, kelompok umur mulai dari anak usia 9 tahun hingga orang dewasa di atas usia 49 tahun. Umumnya terlihat menikmati lomba dan suasana kawasan pantai Desaru.

Itu sebabnya acungan jempol pantas diberikan kepada Kementerian Pariwisata Malaysia, khususnya wilayah Dinas Pariwisata Johor, sehingga lomba berlangsung sukses, baik dari segi jumlah peserta maupun penyelenggaraannya. Sukses itu bukan datang tiba-tiba, melainkan berkat kerja keras selama bertahun-tahun. Lomba kali ini merupakan yang ke-13.

“Mula-mula kami merugi, namun enam tahun terakhir ini kami sudah dapat memetik untung. Memang belum untung besar, tetapi yang terpenting orang tahu Desaru memiliki alam yang indah dan layak dikunjungi,” tutur Abdul Hamid A Rahman, Manajer Desaru Resort.

Bahkan menurut Wakil Dirjen Pariwisata Malaysia, Amiruddin Abu, sejumlah pengusaha akan menanamkan modal untuk membangun resor baru di Desaru. “Akan ada tambahan 1.000 kamar untuk mengantisipasi meningkatnya jumlah pengunjung pada masa mendatang,” dia menambahkan.

Triatlon merupakan satu di antara wisata olahraga yang digalakkan di Malaysia. Sedikitnya ada tujuh lomba triatlon yang digelar antara bulan April hingga Oktober di tempat yang berbeda-beda, yakni Terengganu, Melaka, Sarawak, dan Port Dickson (Negeri Sembilan).

Satu di antara seri balap mobil Grand Prix Formula Satu digelar di Sepang. Demikian pula balap sepeda Tour de Langkawi kini sudah mendunia. Malaysia benar-benar melakukan totalitas menggalakkan wisata olahraga.

Menurut Amiruddin, sektor pariwisata menyumbang devisa terbesar kedua bagi Malaysia setelah sektor manufaktur. Promosi wisata benar-benar digencarkan melalui pengiriman delegasi wisata ke seluruh penjuru dunia, dan bahkan iklan melalui jaringan televisi global CNN dengan semboyan “Malaysia Truly Asia”.

Yang patut digarisbawahi, program itu bukan hanya dilaksanakan oleh Kementerian Pariwisata. Semua Departemen Pemerintahan mendukung program Kunjungan Malaysia.

Dalam lomba triatlon di Desaru tersebut, terlihat polisi, sukarelawan bulan sabit merah, petugas pemadam kembakaran, angkatan laut, semua memberikan bantuan sehingga lomba berlangsung lancar. “Panitia sama sekali tidak membayar mereka, karena mereka memberi bantuan untuk menyukseskan program Kunjungan Malaysia,” kata Abdul Hamid.

Foto-foto:SP/AGUS BAHARUDIN

Para peserta triatlon “start” di Pantai Desaru, di tepi sebelah barat Laut Cina Selatan. Lomba diawali dengan berenang sejauh 2 kilometer.

Seorang peserta mengerahkan tenaga pada nomor lari di jalanan kawasan Pantai Desaru, yang menempuh jarak 21 kilometer.

Triatlon ASEAN

Duta Besar Indonesia untuk Malaysia, Da’i Bachtiar, menilai program Kunjungan Malaysia yang dicanangkan tiap tahun oleh Kementerian Pariwisata Malaysia bukan slogan kosong. Pemerintah benar-benar menyiakan prasana, sarana, dan sistem untuk mendukung program itu.

“Anda bisa lihat sendiri megahnya Bandara Internasional Kuala Lumpur. Selain aman dan nyaman, suasanya juga menyenangkan. Proses penerimaan pengunjung di bagian keimigrasian juga sangat mudah. Bandingkan dengan pelayanan penumpang di Bandara Soekarno-Hatta, terasa sangat jauh bedanya,” kata Da’i, yang mantan Kapolri itu.

Kondisi jalan-jalan di Malaysia juga sangat bagus. Lalu lintas relatif tertib dan lancar. Yang lebih penting, menurut Da’i, situasi Malaysia jauh lebih aman dan nyaman ketimbang Indonesia. Karena itulah, dia melihat wisatawan yang datang ke Malaysia berasal dari seluruh penjuru dunia. Bahkan pada bulan September ada istilah “Arab Season” atau musim orang Arab, karena banyaknya orang dari kawasan Timur Tengah yang melancong ke Malaysia.

“Hotel-hotel bintang lima dan mal dipenuhi orang Arab yang datang dengan keluarga masing-masing. Bulan September merupakan liburan panjang di kawasan Timur Tengah. Kenapa mereka memilih Malaysia dan bukan Indonesia? Inilah tantangan bagi Pemerintah Indonesia khususnya Departemen Pariwisata,” tutur Da’i yang bergelar Tan Sri, gelar bangsawan yang diberikan Pemerintah Malaysia tahun 2003.

Tentang suasana aman dan nyaman di Malaysia, Da’i berpendapat, hal itu terkait rasio jumlah polisi dan penegakan hukum di Malaysia. Rasio jumlah polisi Malaysia adalah satu berbanding seratus dari jumlah penduduknya, sedangkan di Indonesia satu berbanding 900.

Selain di Malaysia, triatlon sebagai bagian dari wisata olahraga juga telah dikembangkan di Thailand, Singapura, dan Indonesia. Di Indonesia, triatlon telah dua kali digelar di Bali. Yang terakhir dilaksanakan di Jimbaran, 29 Juni lalu.

Melihat potensi Indonesia yang begitu besar, mestinya triatlon juga dapat dilaksanakan di Batam atau wilayah Sumatera lainnya, semisal kawasan Danau Toba yang juga memiliki pemandangan eksotis. Lomba dapat dilaksanakan sekitar bulan September atau Oktober, sehingga peserta dapat melanjutkan perjalanan mereka dari Thailand, Malaysia, Singapura ke Indonesia. Ongkos mereka menjadi lebih murah.

Bahkan terbuka peluang dilakukan kerja sama antarkementerian pariwisata negara-negara anggota ASEAN untuk menggelar seri Triatlon ASEAN. Apalagi triatlon telah masuk dalam cabang olahraga yang dipertandingkan di arena Olimpiade sejak Olimpiade Sydney 2000. [SP/Agus Baharudin]