“Jangan lupa gantungan kunci dari Eiffel.” Pesan singkat itu dikirim seorang sahabat di Jakarta saat mengetahui SP sedang berada di Paris, akhirMei lalu. Saat itu jarum jam menunjukkan hampir pukul 24.00 waktu setempat. Permintaan itu sontak merasuki pikiran dan menggugah hati untuk segera mengunjungi Eiffel tengah malam itu juga.
Niat awal untuk langsung menikmati empuknya kasur Hotel Holiday Inn di kawasan Place de Republique, mulai goyah. Rasa lelah dan kantuk setelah menempuh tiga jam perjalanan kereta api dari Luxemburg, disambung jalan kaki lima kilometer untuk bersantap malam di restoran khas Timur Tengah di Institut du Monde Arabe di tepian Sungai Seine, sirna seketika. Eiffel harus didatangi malam itu juga.
Rupanya, gagasan itu disambut hangat sejumlah rekan wartawan, yang diundang ke Eropa oleh raksasa baja dunia, ArcelorMittal. “Percuma jauh-jauh kita ke sini kalau jam segini langsung tidur,” ujar rekan dari kantor berita nasional.
“Ke Paris tidak melihat Eiffel, sama juga bohong,” sambung rekan lainnya. Taksi pun segera dipanggil dan langsung meluncur menemui ikon Paris itu.
Eiffel pada waktu malam memang menakjubkan. Menara baja yang berkilauan dari kejauhan, terlihat makin gemerlap ketika didekati. Indah! Julukan Paris sebagai kota bertaburan lampu (la Ville Lumière), langsung mendapat pembenaran di tempat itu.
Sayangnya, kegemerlapan itu tak berlangsung lama. Tepat pukul 01.00, Eiffel berganti rupa. Cahaya benderang mulai berganti dengan kilauan lampu yang berpendar-pendar, berkejaran dari atas ke bawah dan sebaliknya. Sekali lagi, indah! Tak sampai 10 menit kemudian, semua lampu padam. Eiffel pun langsung terlelap dan pengunjung perlahan-lahan menghilang.
Layaknya tempat wisata, di Eiffel Anda bisa membeli aneka cendera mata, mulai dari gantungan kunci hingga miniatur menara. Satu pemandangan khas pada tengah malam itu adalah banyaknya pedagang asongan asal Senegal, Afrika. Bisa dibilang para imigran itu menguasai penjualan cendera mata di kaki Eiffel.
Selintas cara menjual mereka yang terkesan agak memaksa dengan tampang dan postur tubuh yang cukup sangar, mendatangkan kesan kurang nyaman. Tapi setelah diajak bicara mereka akan menjadi teman ngobrol yang ramah dan menyenangkan, apalagi setelah mereka tahu Anda berasal dari Indonesia, yang mayoritas penduduknya Muslim.
Seorang rekan wartawan bahkan mendapat bonus setelah dengan fasih melafalkan surat Al Fateha. “Anda benar-benar Muslim sejati,” ujar Sembada, penjual cendera mata, sambil menghadiahi sejumlah gantungan kunci Eiffel, yang awalnya ditawarkan 5 euro per satuan.
Simbol Kota
Tak cukup rasanya ruang ini bila membahas segala seluk-beluk hasil karya Gustave Eiffel itu. Yang pasti, dari berbagai referensi diketahui Menara Eiffel dibangun dalam rangka pekan Pameran Dunia dan perayaan Revolusi Prancis tahun 1900. Perencanaan proyek kolosal ini dilakukan sejak 1884, namun pembangunannya baru dimulai tahun 1887 dan diresmikan pada 31 Maret 1889.
Semula direncanakan menara setinggi 312,27 meter itu dirobohkan setelah pekan Pameran Dunia, namun kesuksesan percobaan transmisi radio oleh Angkatan Bersenjata Prancis sebelum hari pemugaran, menyelamatkannya. Kini simbol Kota Paris itu menarik lebih dari 10 juta pengunjung setiap tahun.
Menara Eiffel dimiliki oleh Pemerintah Daerah Paris dan dikelola perusahaan swasta, Société Nouvelle de l’Exploitation de la Tour Eiffel. Kerangka baja itu direnovasi setiap tujuh tahun dengan menghabiskan sedikitnya 50 ton cat. Renovasinya digarap pekerja yang menguasai olahraga panjat gunung dan akrobatik.
Eiffel yang mempunyai 1.665 anak tangga diterangi 352 projektor 1.000 watt dan berkedip setiap setengah jam pada malam hari dengan 20.000 bola lampu dan 800 lampu disko. Untuk membuatnya kelihatan lebih hidup, empat lampu laser Xenon berkekuatan 6.000 watt berputar secara permanen di puncak menara.
Eiffel memang megah dan indah, tapi Paris bukan hanya Eiffel. Masih banyak situs wisata lainnya yang menebarkan pesona menakjubkan di kota itu. Tidak berlebihan rasanya bila seorang teman pernah berkata, setiap sudut Paris menawarkan keindahan dan keromantisan.
Tepat di seberang Eiffel, Anda bisa menikmati romantisme bersantap malam di atas kapal pesiar yang melintas bolak-balik mengantar turis menikmati keindahan gedung dan lanskap Kota Paris dari Sungai Seine. Bayangkan bila Anda melakukannya berduaan dengan kekasih hati.
Paris juga dikenal sebagai kota mode. Justifikasi untuk ini bisa dilihat di sepanjang Jalan Champs Elysée yang tersohor, tempat butik-butik bertebaran menjajakan karya para desainer kondang dunia. Di ujung Champs Elysée terdapat L’Arc de Triomphe, yang juga dikenal sebagai ikon Paris selain Eiffel. Sementara di ujung satunya terdapat The Egyptian Obelisk yang konon dicuri oleh Napoleon dari Mesir dan diboyong ke Paris.
Salah satu ikon Paris lainnya adalah Katedral Notre Dame. Nama tempat beribadah yang megah ini bila diterjemahkan berarti Our Lady of Paris, karena memang dipersembahkan bagi Bunda Maria. Interior dan suasana di dalam katedral mengingatkan pada Katedral Koln di Jerman. Sayangnya, di Notre Dame terlalu banyak pengemis yang umumnya mengawali aksi dengan bertanya kepada Anda, “Do you speak English?”
Museum Louvre
Tak lengkap rasanya bila ke Paris tanpa mendatangi Museum Louvre (Musée du Louvre). Tempat bersemayam Mona Lisa, lukisan monumental karya seniman legendaris Leonardo da Vinci ini, merupakan salah satu museum terbesar dan paling terkenal di dunia. Gedungnya yang adalah bekas sebuah istana bangsawan, terletak di antara Sungai Seine dan Rue de Rivoli.
Sebagai objek wisata, Louvre sangat bersahabat dengan wartawan. Berdasarkan pengalaman, kartu pers Indonesia laku di tempat itu. Dua kali ke museum itu dalam rentang waktu tiga tahun, dua kali pula SP membuktikan bahwa hanya dengan menunjukkan kartu pers, Anda bebas melenggang masuk bertemu si cantik Mona Lisa dan menikmati ribuan karya seni yang disimpan di museum seluas satu kilometer persegi, tanpa harus membayar sembilan euro.
Karena keterbatasan waktu, di museum itu SP hanya khusus ingin membuktikan kedahsyatan senyum Mona Lisa, yang ternyata benar-benar menakjubkan. Dari sisi mana pun melihatnya, Mona Lisa senantiasa tersenyum ke arah Anda. Luar biasa.
Mona Lisa yang merupakan primadona dari seluruh lukisan di Louvre, ditempatkan di ruangan khusus, berdinding beton, dan dilindungi kaca antipeluru. Lukisan itu dipajang sendirian dengan pagar pembatas yang berjarak sekitar tiga meter dari si cantik bersenyum misterius itu.
Mona Lisa merupakan lukisan potret diri dari Lisa Gherardini, istri seorang saudagar kaya dari Florence, Italia, Francesco del Giocondo. Itulah mengapa petunjuk arah ke lukisan Mona Lisa di Louvre bertuliskan La Gioconda, yang selain merupakan nama Lisa Gherardini setelah menikah juga berarti “perempuan yang berbahagia” dalam bahasa Italia.
Kendati hanya penikmat seni amatiran, menikmati pajangan karya seni di seantero ruangan Louvre mendatangkan sensasi luar biasa. Selain lukisan, Louvre juga menyimpan sangat banyak patung, artefak, dan benda-benda seni lainnya. Total tersimpan sekitar 400.000 karya seni dan hanya sekitar 35.000 yang dipajang, selebihnya disimpan di ruangan khusus. Di halaman depan Louvre, Anda juga bisa melihat aneka patung dari tokoh-tokoh sejarah Prancis, karya seniman terkenal negara itu.
Indah dan romantis. Inilah kesan yang tertanam di benak dari pengalaman ke Paris. Atmosfer kota serta aura keramahan penduduknya terasa saling menyokong terciptanya kesan tersebut. Tak mengherankan bila begitu banyak film cinta diproduksi di kota ini. Paris, I am in love with you. [SP/Chris Mboeik]
KOMENTAR