Banyak pengetahuan memang baik, lebih baik lagi banyak pemikiran…
Zaman pemberontakan. Seorang pendeta, ahli hukum, dan engineer ditangkap, dan dijatuhi hukuman mati dengan guillotine.
Tibalah saat pelaksanaan hukuman mati. Setelah diundi, pendeta harus mati lebih dulu, disusul ahli hukum, dan terakhir si engineer.
Pendeta meletakkan leher di balok guillotine. Tuas dilepas. Tapi pisau bergeming. Si pendeta berdiri dan mengatakan ia telah diselamatkan oleh Tuhan. Ia pun dibiarkan pergi.
Giliran si ahli hukum dipaksa meletakkan leher di balok. Tuas dilepas.
Tapi pisau maih terdiam saja. Si ahli hukum berdiri dan mengatakan bahwa seorang tersangka hanya boleh dihukum satu kali untuk sebuah kesalahan. Maka ia pun boleh pergi.
Terakhir, si engineer meletakkan kepalanya di leher balok. Ia mengintip ke arah pemicu katrol. Lalu ia berkata, “Tunggu. Sekarang aku tahu kenapa alatnya macet ….”
Jadi yang mati si Engineer…..
Wah, kayaknya Bos Edi salah mengartikan deh