Repro RS PGI
Instalasi radiologi di RS PGI Cikini, Jakarta.
Pengobatan kanker dengan teknologi radioterapi diyakini memiliki kemampuan lebih baik dan efektif dibandingkan kemoterapi dan operasi yang lazim dilakukan di Indonesia saat ini.
CEO Varian Medical System, Tomothy Guertin, saat penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Varian dan Mochtar Riady Comprehensive Cancer Center, di Jakarta, akhir pekan lalu, mengatakan, pengobatan secara radioterapi memiliki efek samping yang jauh lebih ringan dibandingkan dengan kedua jenis penanganan kanker selama ini.
Varian Medical System merupakan sebuah perusahaan besar Amerika Serikat yang menyediakan alat-alat kesehatan tercanggih. Dalam kesempatan itu, Varian akan memberikan linear accelerators medics (“linacs”) yang digunakan untuk pengobatan elektron dan radioterapi.
Hadir dalam penandatanganan MoU itu, antara lain Komisaris Lippo Karawaci, Eddy Sindoro dan Surjadi Soedirdja, Prof Susan Tai dari Universitas Pelita Harapan, serta dr Grace Frelita dari Siloam Hospital.
Menurut Guertin, terapi radiasi digunakan untuk pengobatan beragam jenis kanker, seperti kanker kandung kemih, otak, payudara, usus besar, di bagian kewanitaan, di bagian kepala dan leher, limfoma, paru-paru, prostat, dan kulit.
Cara kerja dari “linacs” ini, kata Guertin, adalah menciptakan sinar X energi tinggi yang menghancurkan tumor, dengan cara mematikan sel kanker yang tidak dapat memperbaiki dirinya sendiri. Dengan keakuratan yang tinggi, tambahnya, “linacs” dapat menunjuk secara tepat lokasi dari penyakit berbahaya agar lebih aman, akurat, dan tidak merusak sel yang sehat.
Konsultan Marketing Siloam Hospital, Andrew Mills, mengemukakan, misi dari institusinya, yakni fokus pada deteksi dini kanker melalui pemeriksaan kesehatan, dan menyediakan terobosan teknologi yang terdepan dalam mengobati kanker di Indonesia.
“Kami percaya, strategi ini akan membantu mengembalikan ratusan dari ribuan warga Indonesia yang selama ini berobat ke Singapura dan Malaysia, yang sebelumnya tidak tersedia di Indonesia, sehingga dapat menghemat belanja luar negeri sebesar US$ 1 miliar,” ujar Mills. [E-7]
KOMENTAR