glaukomaSejarah

Seiring dengan berjalannya waktu, seorang ahli mata, Richard Banister tahun 1662 mengemukakan bahwa ternyata ada dua jenis katarak. Yaitu, katarak yang dapat disembuhkan dengan operasi (kelainannya hanya pada lensa mata), dan kedua adalah katarak yang walaupun dioperasi, penglihatan tidak bisa diperbaiki lagi alias mata tetap kabur.

Untuk menetapkan mana yang bisa dioperasi, Banister melakukan perabaan pada bola mata. Yang bola matanya terasa lebih keras dianggap glaukoma, dan tidak bisa diperbaiki/operasi.Baru tahun 1840, Donders menemukan kunci bola mata mengeras itu. Yaitu akibat tekanan bola mata yang meningkat. Bekerja sama dengan Bowman, Donders mengembangkan metode pengukuran tekanan bola mata.

Mekanisme

Untuk memahami glaukoma, kita harus mempelajari sedikit mengenai mata, alat penglihatan kita. Seperti darah dan cairan lainnya dalam tubuh, mata manusia punya tekanan yang disebut Tekanan Intra Okuler (TIO). Jika terjadi peningkatan tekanan yang melebihi ambang batas, keadaan itu bisa merusak saraf penglihatan yang bisa menyebabkan menurunnya penglihatan tepi, bahkan bisa mengakibatkan kebutaan (tidak bisa melihat sama sekali).

Yang disebut glaukoma adalah hipertensi (tekanan bola mata bagian dalam yang melebihi normal) yang disertai kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan.

Di Amerika Serikat menurut data yang dipaparkan Istiantoro baru-baru ini dalam suatu seminar glaukoma, diperkirakan ada 60 juta penderita glaukoma dengan angka kebutaan sekitar enam juta. Di Indonesia meskipun data yang akurat belum ada, tetapi diperkirakan glaukoma menempati urutan kedua penyebab kebutaan setelah katarak.

Kelompok Risiko Tinggi

Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko penyakit tersebut adalah sebagai berikut.

Usia

– makin tua usia seseorang, makin besar risiko terkena penyakit glaukoma

– Etnis/ras, orang Asia khususnya masyarakat Tionghoa berisiko lebih besar dari masyarakat Eropa/Amerika Serikat, begitu juga dengan masyarakat Afrika. Khususnya di Indonesia, pernah ditemukan hal macam itu di daerah Sumatera Barat (Sumbar), dan penduduknya turun temurun menderita glaukoma

– Penderita penyakit seperti hipertensi, shock, hipotensi nocturnal (pada malam hari), migren, darah kental, kadar kalsium dan lemak tinggi dalam darah

– Penggunaan obat-obatan yang mengandung steroid

Jenis-jenis Glaukoma

Peningkatan tekanan bola mata bisa disebabkan antara lain oleh jumlah cairan dalam bola mata – akuoeus humor, bukan air mata – yang melebihi batas. Seperti diketahui, cairan dalam bola mata itu bersifat mengalir. Jumlah yang masuk relatif sama seperti jumlah yang keluar (Lihat gambar 2. Perjalanan Cairan Bola Mata).

Berdasarkan sifat sudut (angle) tempat pengeluaran cairan, glaukoma dibagi atas sudut terbuka dan sudut tertutup. Kedua jenis glaukoma itu tergolong glaukoma primer. Selain itu ada juga glaukoma sekunder dan glaukoma kongenital (sejak lahir).

Dari perjalanan penyakitnya, glaukoma terbagi atas mendadak (akut) dan menahun (kronis). Mendadak, gejala yang dirasakan sangat berat sedangkan yang menahun gejalanya ringan hingga tanpa bergejala.

a. Glaukoma Primer Sudut Terbuka

Glaukoma jenis di atas adalah glaukoma yang sering terjadi di Amerika Serikat. Umumnya (termasuk juga di Indonesia) terjadi pada mereka yang berusia lanjut. Penyebabnya karena fungsi saluran tempat keluarnya cairan bola mata semakin menurun untuk mengeluarkan cairan tersebut. Akibatnya, tekanan bola mata meningkat secara perlahan-lahan, dan menyebabkan kerusakan saraf mata secara perlahan- lahan pula. Penderita penyakit itu disebut glaukoma primer sudut terbuka menahun.

Glaukoma jenis itu akan merusakkan ketajaman penglihatan secara perlahan-lahan dan tanpa rasa sakit. Sehingga, penderita tidak menyadari kalau penglihatannya tercuri secara perlahan-lahan. Akhirnya terjadi kebutaan total bila kerusakan saraf mata sudah tidak dapat ditolong lagi.

b. Glaukoma Primer Sudut Tertutup

Glaukoma jenis itu cukup sering (dan terbanyak) di Indonesia (lihat tabel 1). Kekerapan dan tipe Glaukoma di RSCM, Jakarta. Glaukoma ini terjadi karena sudut bilik mata depan tertutup secara mendadak oleh lapisan, seperti lapisan yang menutup saluran keluar.

Akibatnya terjadi sumbatan aliran keluar akuoeus humor, dan tekanan intra okuler mendadak naik tinggi. Jika kenaikannya mendadak, penderita akan mengalami gejala seperti berikut. Ketajaman penglihatan menurun, tampak pelangi (halo) bila melihat lampu, sakit di sekitar mata, sakit kepala, serta rasa mual disertai muntah. Bila tidak ditolong segera, glaukoma jenis itu bisa menyebabkan kebutaan.

Kelompok risiko tinggi glaukoma adalah mereka yang berusia lebih dari 55 tahun, dan menggunakan kaca mata yang tebal.

c. Glaukoma Sekunder

Glaukoma sekunder terjadi karena sudut bilik mata depan rusak. Yang mengakibatkan misalnya, kecelakaan atau trauma, obat-obatan tertentu (steroid), tumor, reaksi peradangan, dan pembuluh darah di mata yang tidak normal.

d. Glaukoma Kongenital

Glaukoma tersebut menempati ranking terakhir dari jumlah penderitanya. Umumnya terjadi karena sejak lahir, sudut bilik mata depan (angle) tidak normal. Bayi yang mengidap kelainan itu mudah dikenal dengan ciri khas seperti bola mata yang lebih besar dari normal, mata (kornea) terlihat tidak jernih, serta takut melihat sinar. Orangtua bayi itu mengeluh anaknya sering mengeluarkan air mata, jika melihat cahaya.

Diagnosis

Dokter akan melakukan wawancara (anamnesa) dan pemeriksaan untuk memastikan, apakah gejala yang dialami itu memang benar glaukoma. Hal-hal yang sering ditanyakan dokter adalah keluhan pada mata serta penyakit-penyakit apa yang diderita (kencing manis, tekanan darah tinggi, dan lain-lain). Juga apakah ada penderita glaukoma di keluarga Anda yang masih ada hubungan darah.

Untuk pemeriksaan, dokter akan memeriksa ketajaman penglihatan, memeriksa kondisi mata bagian dalam, memeriksa lapang pandang, serta mengukur tekanan bola mata.

Sewaktu masih belajar di fakultas kedokteran (FK), penulis mempelajari cara mengukur tekanan bola mata dengan menggunakan alat kecil, seperti jangka (tetapi tidak ada jarumnya) yang ditempel di bola mata. Alat itu cukup menakutkan bagi yang pertama kali melihatnya, apalagi harus dilekatkan pada bola mata dengan mata terbuka. Namun saat ini, pengukuran tekanan bola mata cukup dengan mengembuskan angin pada mata yang akan diperiksa. Jadi terasa seperti kelilipan saja.

Tekanan bola mata secara normal sekitar 10-15 mm Hg. Di atas 21 mm Hg sudah dicurigai, walaupun belum dapat dikatakan menderita glaukoma karena banyak hal lain yang menyertainya. Angka pasti dari penderita glaukoma adalah di atas 25 mm Hg.

Lapang Pandang Menyempit

Bagi penderita glaukoma, lapang pandang bisa menyempit. Jika hal itu yang terjadi, penderita akan merasakan bagaikan mengintip di lubang kunci. Lapangan pandang yang tersisa itulah yang akan dipertahankan oleh dokter, sehingga tidak makin menyempit dalam pengobatan nantinya. Jadi, penanganan penderita glaukoma tidak bisa membuat sembuh seperti lapang pandang orang normal.

Periksa ke Dokter Mata

Berhubung berbahayanya penyakit itu sehingga dijuluki sebagai sang pencuri penglihatan. Karena itu pemeriksaan rutin mata secara teratur adalah jalan terbaik untuk deteksi dini glaukoma.

(Sumber: dr Abdul Manan Ginting, SpM, majalah Info JEC, http://www.jakarta-eye-center.com)