Piliana, Pesona “Desa di Atas Awan”

Desa Yaputih dan Desa Hatu yang terletak di Teluk Telutih menjadi akes terdekat untuk mencapai Desa Piliana. Untuk mencapai Yaputih dan Hatu harus menggunakan perahu ketinting dari Tehoru, salah satu Kota Kecamatan di Seram Bagian Timur. Maluku.

Telaga Ninivala adalah sebuah mata air yang menarik perhatian wisatawan ke Desa Piliana. Jika dilihat sepintas, sumber air Ninivala tersebut seakan-akan tengah mendidih yang bagian tengahnya tumbuh dua pasang pohon.

Piliana, sebuah desa kecil di Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku. Jika Tibet dikenal dengan Negeri di Atas Awan, maka tidak salah jika Piliana dengan ketinggian 1.280 meter (dpl) juga diidentikan sebagai ‘Desa di Atas Awan’. Pesona alamnya sangat menarik. Letaknya yang cukup tinggi menyebabkan hampir setiap hari kawasan ini disapu awan-awan tebal. Mungkin karena letaknya, Piliana juga disebut sebagai Pilianika yang dalam bahasa setempat berarti ‘terang’.

Pada hari-hari tertentu, berbagai jenis kupu-kupu tersebut akan menghiasi pelosok-pelosok desa di antara awan-awan yang melintasi rumah-rumah tradisional warga Piliana.

Piliana terkenal dengan kawasan yang selalu dingin dan memiliki banyak spesies kupu-kupu. Banyaknya spesies kupu-kupu tersebut menyebabkan beberapa dari 102 kepala keluarga (KK) yang ada berjualan kupu-kupu yang diawetkan. Salah satu yang menjadi incaran pembeli dari luar Piliana dikenal dengan spesies Goliat. Jenis kupu-kupu ini diyakini paling besar karena memiliki lebar sayap sebesar dua telapak tangan manusia. Kendati demikian mata pencaharian seperti ini belakangan mulai dilarang.

Keindahan desa yang patut dikunjungi ini karena terletak di puncak sebuah bukit yang merupakan bagian dari jalur menuju dari Gunung Binaiya (3.000 meter dpl) dalam kawasan Taman Nasional Manusela.

Salah satu yang membuat Piliana menjadi unik karena keberadaan mata air (telaga) yang disebut dengan Ninivala yang bisa diartikan sebagai Air Putri. Ninivala ini terletak sekitar dua kilometer dari Desa Piliana dan menjadi sumber air bagi beberapa desa pantai Telutih.

Saat-saat yang cerah menjadi suasana yang paling disukai anak-anak Desa Piliana untuk bermain. Kehidupan warga Piliana yang tetap menjaga kerukunan juga menjadi sebuah wisata budaya yang menarik.

Foto-foto:SP/Heri Soba

Perjalanan menuju Piliana merupakan sebuah petualangan tersendiri dan cukup berat. Selain hanya jalan setapak, kawasan yang dilalui pun berupa sungai dan batu-batuan.

Keindahan Piliana boleh dikatakan masih sedikit dirasakan para wisatawan. Selain transportasi yang sulit ke kawasan ini, kondisi kehidupan desa Piliana juga boleh dikatakan sangat memprihatikan. Infrastruktur dan fasilitas yang minim ini mendorong Yayasan Tanggul Bencana Indonesia (YTBI) dan Komite Pelaksana Community Based Conflict Management (CBCM) Seram mulai memberi perhatian atas kawasan desa dan warga se-tempat. Dengan terbukanya akses dan dukungan sarana yang memadai diharapkan Piliana menjadi salah satu pusat wisata di Pulau Seram.

Untuk mencapai Piliana hanya bisa dilalui dengan jalan darat dan laut. Dari Ambon, ibu kota Maluku, harus menuju ke Masohi, ibu kota Kabupaten Seran Bagian Timur menggunakan kapal cepat sekitar tiga jam. Perjalanan dilanjutkan ke Tehoru dengan mobil selama tiga jam. Lalu dari Tehoru menyeberang ke Desa Yaputih atau Desa Hatuh di Teluk Telutih menggunakan perahu ketinting.

Dari kedua desa ini perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki ke Piliana sekitar delapan kilometer. Jalan setapak dan mendaki menyebabkan waktu yang dibutuhkan dari Yaputih atau Hatu mencapai tiga jam. Piliana tidak saja menjadi tempat wisata yang menarik, tetapi juga perjalanannya adalah sebuah petualangan tersendiri sembari berolahraga. [SP/Heri Soba]