Dirman mampir ke warung Bu Paitun yang tidak jauh dari rumahnya. Di warung itu selain terkenal dengan menu nasi goreng, juga secara sembunyi-sembunyi menyediakan layanan khusus bagi lelaki hidung belang. Susi adalah salah satu penunggu warung yang sedang ngetop dan jadi rebutan.
“Sus, kebetulan nih, temani aku ya,” ungkap Dirman meminta. “Aku lagi ada tamu mas,” jawab Susi spontan menolak.
“Tamu? Dibayar berapa kamu?” sergah Dirman tak mau diduakan. “Rp100.000 mas, tapi masih dikasih Rp30.000, sisanya besok kalau tanggal muda,” ungkap Susi.
“Apa? Main sama gadis secantik kamu cuma Rp100.000, masih ngutang juga?” Sambil menyingsingkan lengan baju, Dirman merangsek ke kamar Susi ingin memberi pelajaran pada orang yang tidak tau diuntung itu.
“Jangan mas, jangan masuk,” cegah Susi. “Sudahlah, kamu diam aja, ini urusan laki-laki,” gertak Dirman meneruskan niatnya.
“Bukan itu mas, masalahnya,” ungkap Susi sepotong.
Mendengar larangan Susi, Dirman semakin berani menghampiri sosok di dalam kamar Susi. Di luar kamar suasana sepi, tidak seperti yang terjadi di dalam kamar. Terdengar kalimat, “Kurang ajar, kamu berani sama aku. Apa pingin tidak makan seminggu.”
Dua menit kemudian Dirman keluar dari kamar dengan wajah luka lebam, penuh ketakutan, “Sus kenapa gak bilang tadi”.
“Aku kan tadi ngelarang mas masuk ke kamar, mau aku jelasin kalau yang ngutang itu Bapakmu, tapi katanya uangnya masih digunakan untuk bayar biaya kuliah sampeyan, jadi aku rela terima Rp30.000,” terangnya.
KOMENTAR