Rossi Yamaha YZR-M1Sepanjang tahun 2009 ini, tim Fiat Yamaha menjuarai 10 dari 17 seri balapan MotoGP. Yamaha juga menyabet juara kedua di 10 seri, dengan lima di antaranya dalam posisi finis 1-2 dikuasai oleh Yamaha. Tak heran jika untuk kategori konstruktor, Yamaha yang mendulang 366 poin, jauh meninggalkan pesaing terdekatnya Honda, yang hanya mendulang 272 poin.

Selain kemampuan dua pembalapnya, Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo, sukses Yamaha mendominasi balapan tak lepas dari andalnya tunggangan mereka, Yamaha YZR-M1. Sepeda motor berbobot 148 kg yang mengusung mesin 4 silinder segaris itu, mewakili sejarah panjang pengembangan teknologi otomotif, khususnya sepeda motor. Bagi Yamaha, boleh jadi ini merupakan salah satu masterpiece teknologi yang berhasil mereka ciptakan.

Semua itu berawal dari tahun 2003 silam, ketika dua petinggi Yamaha terlibat pergumulan sengit mengenai prioritas pengembangan teknologi mereka. Saat itu, dominasi Honda di ajang MotoGP rasanya sulit dipatahkan, kecuali Yamaha bisa membuat sebuah “kuda besi” yang hebat. Pergumulan terjadi karena untuk memproduksi sebuah masterpice yang bisa merajai ajang balapan MotoGP itu, bakal menyedot sedikitnya 35 persen modal perusahaan.

Presiden Yamaha saat itu, Himatsu harus berdebat panjang dengan petinggi Yamaha lainnya, Takashima, untuk meyakinkan aktor di balik suksesnya Yamaha yang merajai bisnis grand piano selama 22 tahun terakhir itu. Akhirnya, dicapai kesepakatan bahwa perusahaan akan membiayai pengembangan sepeda motor yang kemudian dinamai Yamaha YZR-M1 untuk tiga seri balapan awal MotoGP 2004.

Itu pun dengan syarat, Himatsu sanggup meyakinkan Rossi yang saat itu juara dunia bersama Honda, agar mau bergabung dengan Yamaha. Akhir 2003 itu pun diberitakan, Rossi bersedia menandatangani kontrak dua tahun dengan Yamaha dengan bayaran lebih dari US$ 6 juta per musim. Dan Rossi pun dianggap berkhianat oleh Honda yang sebelum itu merajai balapan dengan motor Honda RC211V.

Kemudian, mulailah para insinyur Yamaha dengan ditemani sejumlah mantan pembalap, seperti John Kocinski dan Carlos Checa serta Jeremy Burgess. Maka, proyek untuk mengganti Yamaha YZR 500 bermesin 500cc besutan tahun 2002 pun menjadi hari-hari panjang dan melelahkan. Awalnya, dikembangkan dengan 990 cc yang terus mengalami perkembangan sejalan dengan perubahan aturan main di ajang MotoGP, hingga akhirnya menjadi Yamaha YZR-M1 bermesin 800 cc.

Dalam perubahan dari V-4 YZR500, merancang Yamaha YZR-M1 (kepanjangan dari “Mission One”) bermesin dengan 4 silioner segaris yang dilengkapi dengan sistem kelola mesin elektronik yang mengendalikan. Selama pengujian musim dingin 2003/2004, Yamaha mendorong kolaborasi Rossi dengan Burgess. Melalui inovasi dan pengujian sistematis, Yamaha YZR-M1 yang secara tradisional memiliki sistem pengereman yang kuat, berhasil membangun keseimbangan antara perpindahan gigi dan daya.

Hasilnya mulai terlihat di mana pada musim 2004, Rossi sukses membawa Yamaha juara dunia dengan 304 poin, mengalahkan dua pembalap Honda Sete Gibernau dan Max Biaggi dengan poin masing-masing 257 dan 217. Dominasi itu pun berlanjut pada musim 2005, namun sempat terhenti pada tahun 2006 dan 2007. Persaingan pun mulai merata dengan bangkitnya Ducati yang mengandalkan Casey Stoner.

Sampai kemudian Masahiko Nakajima, pimpinan tim MotoGP Yamaha berusaha mengembangkan model dan teknologi baru untuk model tahun 2008. Masahiko menjelaskan, buruknya performa YZR M1 selama 2006 dan 2007 menjadi masukan buat tim melakukan pengembangan. Dan lahirlah sepeda motor baru dengan kekuatan mesin yang luar biasa yang sedikitnya menghasilkan 240 daya kuda yang bisa dikembangkan hingga 300 daya kuda.

Efisiensi

spesifikasiHebatnya lagi, Yamaha berhasil meningkatkan tenaga mesin sebesar 12 persen sekaligus efisiensi bahan bakar sebesar enam persen. Beberapa hal yang membuat Yamaha merajai balapan sepanjang musim 2008 dan 2009 antara lain, kemampuan pergerakan katup mesin yang lebih ringan sekitar 40 persen dibandingkan generasi sebelumnya. Selain itu, mereka juga sukses menurunkan gesekan pada mesin sebagai akibat tekanan per pada katup.

Dari penelitian tim Yamaha, kekalahan sepeda motor mereka dari Ducati dan Honda pada tahun 2006 dan 2007 disebabkan tiga hal. Pertama, daya tahan dan performa mesin yang kurang bagus. Terutama di soal akselerasi dan kecepatan maksimumnya sangat jelek. Ini disebabkan tingginnya temperatur air dan oli.

Faktor kedua, borosnya konsumsi bahan bakar. Ini disebabkan miskinnya campuran udara dan bahan bakar saat balapan. Terakhir, tidak ditemukannya keserasian antara ban dan sasis. Akibatnya, keseimbangan antara daya cengkeram depan dan belakang jelek, termasuk saat di tikungan. Kendala ini membuat Rossi sulit bisa mengimbangi Casey Stoner bersama Ducati dan Dani Pedrosa dengan Honda RC212V.

Solusinya, meningkatkan performa ban secara maksimum. Akhirnya, sesuai masukan Rossi, Yamaha beralih dari ban Michelin ke ban Bridgestone yang lebih cocok. Belakangan hal itu diikuti pembalap repsol-Honda, Dani Pedrosa.

Kemudian mendongkrak tenaga dapur pacu secara maksimal, dan terakhir mengiritkan pemakaian bahan bakar. Untuk mendapatkan kedua unsur ini, pihak Yamaha mengoptimalkan pemakaian piston, dan ring, mengganti diameter crankshaft, mengubah sistem pengisian oli, dan mengganti semua permukaan komponen mesin dengan bahan yang lebih bagus. Sektor lainnya, dimensi sasis diubah disesuaikan dengan ban (untuk Rossi karena beralih ke bridgestone). Untuk memaksimalkan performa ban, dipakai Engine Management System (EMS).

Perubahan itu membuat tenaga meningkat 12 persen, dan torsi naik sekitar 8 persen. Pantas ketika ke luar tikungan, terkadang Rossi bisa melesat cepat menjauh dengan Stoner, meski pada trek lurus dapat ditempel lagi. Seperti persaingan dengan Ducati di sirkuit Laguna Seca. Tampak, setiap ke luar tikungan – apalagi belokannya tajam tenaga Yamaha YZR-M1 begitu galak. Kemudian menaklukkan tikungan berbentuk hurup “S” tenaga motor Rossi selalu padat tak pernah ngempos. [Suara Pembaruan/Setia Lesmana]