Bisa jadi, kawasan paling ramai di pagi hari adalah Jalan Mayjen Sutoyo Jakarta Timur. Kawasan yang terletak di depan kampus Universitas Kristen Indonesia (UKI) ini tidak saja menjadi muara berhentinya bus-bus dari berbagai wilayah di luar Jakarta, yakni dari Bekasi, Bogor, dan Sukabumi. Belum lagi bila penumpang yang menggunakan tol Cikampek juga ikut turun di kawasan ini, bisa jadi kawasan ini pun menjadi tempat berhentinya bus antarprovinsi.
Setiap pagi, geliat ramai orang naik turun kendaraan umum ini, dimulai sejak pukul 05.00 WIB. Saat itu pula, di kawasan tersebut banyak ditemui penjual aneka jenis penganan. Orang-orang pun membeli penganan-penganan tadi untuk bekal sarapan pagi di kantor sembari menunggu bus yang akan mengantar mereka ke tempat tujuan.
Sarapan di tempat, ada juga yang melakukan, tetapi karena mobilitas yang tinggi, umumnya orang cenderung memilih membungkus bekal sarapan paginya.
Penganan yang bisa dijadikan sarapan pagi itu antara lain, nasi uduk Ibu Rufin yang berada di depan kampus UKI. Nasi uduk yang disajikan dengan pilihan kering tempe, kentang dan telur balado serta gorengan bakwan dan tempe ini mulai ramai pembeli sejak pukul 05.00 WIB pagi. Rufin mengaku bangun pagi pukul 01.30 WIB untuk mempersiapkan semua bahan-bahan makanan. Ibu asli Betawi itu, berjualan mulai pukul 05.00 pagi sampai 07.30 WIB.
“Pukul 07.30 wilayah sekitar UKI Cawang harus bersih dari para pedagang. Biasanya petugas Trantib mulai menertibkan,” kata Rufin yang tinggal di belakang Rumah Sakit UKI Cawang, kepada SP, Jakarta, Jumat (25/7). Dia menambahkan, keuntungan berjualan nasi uduk itu, per harinya sekitar Rp 70.000.
Kesibukan pagi hari juga dilakukan Ibu Sri yang membuka warung nasi gudeg. Sejak pukul 05.00 WIB, warungnya yang menawarkan gudeg komplet dan beberapa lauk antara lain tahu dan tempe bacem, empal daging, ayam dan hati ampela goreng, serta dadar telur itu, juga penuh pembeli yang umumnya terbiasa dengan menu Jawa Tengah. Karena Ibu Sri yang berasal dari Solo ini memang berjualan lauk pauk ala Jawa Tengah. Sambal goreng krecek (kulit sapi)-nya, patut diacungi jempol. Berwarna merah dan menawarkan rasa pedas yang sedang, sambal goreng ini tidak berasa manis seperti umumnya sambal goreng olahan orang Jawa.
Untuk mendapatkan satu bungkus nasi gudeg komplet yang terdiri dari sayur nangka (gudeg), telur pindang yang warnanya senada dengan gudeg, ayam opor dan sambal goreng krecek, Anda cukup mengeluarkan uang Rp 8.000. Sangat murah untuk kualitas rasa yang nyaris sama dengan gudeg restoran. Takut perut kepenuhan karena sarapan gudeg komplet? Cobalah nasi putih dengan ayam atau hati ampela goreng bikinan Ibu Sri yang dibumbu mengkreng (bumbu ayam goreng dengan campuran kelapa parut seperti serundeng), dijamin perut Anda siap mengerjakan tugas-tugas di pagi hari. Untuk mempersiapkan masakan itu, Ibu Sri dan suaminya Tarman, setiap hari harus bangun pada pukul 02.00 WIB demi mendapatkan keuntungan yang sekitar Rp 100.000- Rp 150.000 setiap harinya.
Bubur Sumsum
Apalagi yang bisa dijadikan sarapan pagi di kawasan UKI? Di situ banyak penjual aneka gorengan, aneka kue seperti kue ape dan kue cubit, bubur ayam, ketoprak dan ketupat sayur.
Tidak hanya itu, baru-baru ini bahkan ditemui penjual aneka bubur, layaknya bubur yang disajikan untuk buka puasa. Dekat dengan perempatan UKI Cawang, Pak Asep menjual aneka bubur, dari bubur sumsum, bubur candil hingga bubur biji salak. Bubur-bubur ini dikemas dalam gelas plastik transparan yang mengundang selera.
“Setiap pagi saya harus bangun 01.00 WIB dan langsung memasak bubur. Biasanya selesai pukul 04.00 WIB dan menuju Cawang. Mulai jualan jam lima pagi sampai setengah delapan,” ujar Asep asal Cirebon yang bertempat tinggal di Bulak Kapal, Bekasi Timur. Menjelang bulan Ramadhan, dia mengatakan akan memasak lebih banyak untuk menyediakan bubur guna berbuka puasa.
Sementara di dekat Pak Asep, terlihat pedagang jajanan misro dan combro yang dilakukan Ace. Lelaki asal Sumedang itu bangun pukul 05.00 pagi dan langsung mempersiapkan bahan-bahan makanan.
Beberapa langkah dari Asep dan Ace, terdapat mi ayam Pak Sardi yang antrean pembelinya luar biasa. Kata Kesiawati (39), pembeli setia mi ayam ini, mi ayam Pak Sardi porsinya pas buat sarapan. “Selain enak, mi ayamnya juga tidak bikin perut begah,” kata Kesi yang biasa menyantap mi ayam komplet yang terdiri dari bakmi ayam, pangsit rebus, dan bakso itu.
“Saya bangun jam tiga pagi untuk mempersiapkan semuanya, memang sebagian ada yang sudah disiapkan sejak sore hari. Namun, pukul 05.00 WIB pagi saya mulai berdagang dan langsung sudah ada yang membeli, bahkan menunggu jualan saya,” tangkas pria asal Solo ini, yang meraup untung setiap harinya, sekitar Rp 200.000. [HDS/N-5]
KOMENTAR