Daun SirihMenjaga kesegaran mulut pada bulan Ramadan, merupakan hal penting selain menjaga mulut dari kata-kata yang tak bermanfaat, menjaga sikap, serta berbuat baik. Berbagai produk menjaga kesegaran mulut saat ini tersedia di pasaran, mulai dari yang berbahan kimia hingga yang alami seperti daun sirih, jeruk nipis, hingga garam (Natrium chhlorida/NaCl).

Menurut Dr drg Melanie Sadono Djamil dalam diskusi kesehatan mulut dan gigi Mulut Baik di Bulan Baik yang diselenggarakan Pepsodent PT Unilever Indonesia Tbk di Jakarta baru-baru ini, salah satu masalah gigi dan mulut pada bulan puasa adalah bau mulut yang disebabkan oleh bakteri. Ada ratusan spesies bakteri tinggal di rongga mulut, dan sebagian besar di antaranya mencerna protein, sehingga menghasilkan senyawa yang mengandung belerang (sulfur) yang mudah menguap dan menimbulkan bau mulut. Bakteri juga dapat mengakibatkan gigi berlubang dan gusi berdarah.

Seperti diketahui, rongga mulut mengandung banyak mikroorganisme. Dalam satu mililiter air liur (saliva), misalnya, mengandung 200 juta mikroorganisme terdiri atas 250 spesies.

Sel bakteri yang mati akan mengeluarkan komponen sulfur, sehingga menghasilkan bau yang tak sedap. Bakteri plak dan sisa makanan biasanya berkumpul di permukaan lidah.

Permukaan lidah yang kasar akan memudahkan penumpukan bakteri, terutama di bagian retakan atau yang bercelah dalam. Pada daerah ini dapat dihasilkan komponen sulfur yang tinggi, sehingga menimbulkan bau mulut.

Dikatakan, hidup bakteri plak sangat bergantung pada makanan yang tersedia. Permukaan gigi yang kurang baik jika tidak bersih akan mudah mengundang penumpukan bakteri.

Lebih lanjut Melanie mengatakan, bau mulut biasanya disebabkanoleh tiga faktor. Pertama, dari dalam mulut seperti gigi berlubang, plak atau karang gigi, dan gigi rusak/busuk. Kedua, dari luar mulut seperti saluran pernapasan dan pencernaan.

Ketiga, dari bahan makanan dan minuman yang bisa meninggalkan bau, contohnya, jengkol, durian, petai, kopi, dan minuman keras. “Kebersihan mulut dan gigi bukan hanya persoalan estetika. Penelitian di luar negeri menyebutkan, 20 persen dari kelainan jantung ada kaitan dengan rongga mulut, terutama kerusakan jaringan gigi yang tidak dirawat, misalnya karang gigi atau gigi berlubang yang sampai ke akar gigi,” ujar Melanie.

Bahan Alami

Tips BerbukaIa menambahkan, pada bulan puasa, bau mulut lebih kuat, karena kegiatan mengunyah berkurang. Saat mengunyah gigi beradu dan ada air liur yang membuat bakteri tertelan, sementara ketika berpuasa, tidak ada gigi yang beradu, yang ada hanya air liur yang membasahi kerongkongan.

Bau mulut, kata dr Setiawan Dalimartha dari Perhimpunan Dokter Indonesia Pengembangan Kesehatan Tradisional Timur, bisa diatasi dengan bahan alami, seperti daun sirih dan jeruk nipis, serta garam. Secara empiris dan ilmiah, manfaat daun sirih sudah terbukti mengatasi bau mulut, gusi berdarah, dan radang pada gusi.

Hanya saja, ujarnya, memakai daun sirih hendaknya tidak dicampur dengan bahan lain seperti pinang karena menimbulkan gangguan di mulut, seperti radang, dan kanker. Daun sirih bermanfaat mengatasi bau mulut karena mengandung minyak asiri yang kaya chavikol.

Zat chavikol bermanfaat sebagai antibakteri dengan daya bunuh lima kali lipat dibanding antibakteri golongan fenol, juga mengandung tannin yang mampu menghentikan perdarahan di radang gusi, serta mengatasi sariawan, pigmen hijau dengan khasiat antioksidan dan klorofil sebagai antiradang, antioksidan, dan penyembuh luka. Sementara garam, katanya, merupakan senyawa mineral natrium dan chlorida bekerja sebagai elektrolit sehingga mampu mengatasi perdarahan gusi, radang gusi, dan gusi bernanah.

“Aroma jeruk nipis yang khas memberi sensasi aromatik yang wangi menyegarkan, berupa limonene dari golongan hidrokarbon. Jeruk nipis juga mengandung flavonoids yang berkhasiat antioksidan bermanfaat untuk pengobatan sariawan, sakit gigi, dan mencegah kanker mulut,” papar Setiawan. [Suara Pembaruan/Nancy Nainggolan]