AP /Lisa Poole

Warga menunggu penjualan edisi pertama Apple iPhone dengan berselancar di dunia maya di Cambridge, Massachusets, Amerika Serikat, Juni 2007 tahun lalu.

Teknologi dikreasikan untuk membuat hidup lebih nyaman. Sebab itu, produk teknologi terus berkembang seiring tuntutan manusia yang ingin lebih nyaman. Karena itu, muncullah perlengkapan penunjang multifungsi.

Pada perlengkapan dengan teknologi digital tersebutlah gadget, yakni peralatan penunjang kerja yang berukuran kecil, namun bertek- nologi tinggi.

Di Indonesia, perkembangan penggunaan gadget terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Bukan saja menjadi barang sampingan, laptop dkk sudah menjadi suatu kebutuhan penunjang yang tak tergantikan bagi pemiliknya.

“Dari perkembangannya keberadaan barang-barang elektronik berteknologi tinggi mengalami pertumbuhan pesat. Hal ini dapat dilihat dari selalu ada permintaan terhadap barang tersebut,” ungkap Ketua Umum Gabungan Pengusaha Elektronika Indonesia, Rahmat Gobel.

Indonesia, kata Rahmat, merupakan salah satu negara dengan pangsa pasar barang elektronik berteknologi tinggi yang sangat menjanjikan. Berbagai produk baru dari luar selalu laku terjual karena unsur kebaruan baik dari sisi teknologi yang tertanam di dalamnya maupun bentuk atau model. “Trennya sudah terlihat sejak beberapa tahun terakhir, bahkan sekitar 10 tahun lalu. Ke depan, prospek masih bagus sebab kebutuhan terhadap teknologi informasi secara khusus dengan adanya Pemilu 2009 maka kebutuhan TI pun akan ikut meningkat,” tutur Rahmat.

Sayang, potensi pasar yang besar itu tak diimbangi kemapuan produksi dalam negeri. Barang jenis itu masih harus impor. “Harapan ke depan, kita bisa menggunakan produk TI dari dalam negeri atau dibuat sendiri dan bahkan kemudian Indonesia men-jadi pengekspor,” katanya.

Untuk dapat mencapainya, pemerintah bisa melakukan inventarisasi kebutuhan terhadap barang TI serta analisis kemampuan memproduksi. Selain itu, kata Rahmat, pemerintah harus mengontrol secara ketat lalu lintas barang dalam hal ini impor produk-produk tersebut sehingga dapat dicegah adanya penyelundupan.

Hal senada diungkapkan Ketua Umum Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (Ginsi), Amiruddin Saud. “Keberadaan barang-barang itu harus diatur dengan baik karena selama ini banyak terjadi penyelundupan. Angka impor produk gadget tidak terlalu besar, namun persentase jumlah barang selundupannya cukup besar. Dari keseluruhan barang impor yang masuk ke Indonesia, 77 persen merupakan jenis bahan baku dan sisanya barang jenis lain, termasuk barang elektronik,” katanya.

Gelontoran berbagai merek dan jenis serta model gadget menunjukkan bahwa barang yang satu ini selalu ada yang baru dan lebih canggih. Komputer sebagai ikon produk manusia abad XX, di awal kemunculannya berdimensi sebesar meja belajar. Kini, komputer makin tipis dan ringan sementara kemampuan justru lebih handal. Lalu, muncul komputer jinjing atau laptop. Lebar monitor makin kecil sehingga benda canggih itu makin mungil.

Ponsel

Bila komputer perkembangannya masih berbasis pada kemampuan pembuatan dokumen, tidak demikian halnya dengan telepon seluler (ponsel). Perkembangan ponsel -yang teknologi awalnya berangkat dari alat komunikasi telepon-cukup menakjubkan. Orang terkesima ketika telepon menanggalkan kabelnya, bisa ditenteng ke sanakemari. Apalagi ketika ponsel mampu memberikan pesan singkat melalui fasilitas SMS. Inilah “pintu masuk” beragam teknologi ke dalam sebuah ponsel yang bentuknya, semakin ramping dan ringan.

“Segala macam platform mulai dimasukkan ke dalam ponsel, sehingga ponsel menjadi benda multimedia yang menantang orang untuk membuat dan mengkreasikan sesuatu yang bisa dibenamkan ke dalam ponsel,” kata Platform Strategy Manager Business Marketing Organizations PT Microsoft Indonesia, Irving Hutagalung.

Platform itu pula yang membuat Microsoft mendesain peranti lunak Windows Mobile. Peranti lunak ini dibuat untuk digunakan di beberapa peranti mobile seperti laptop dan beberapa merek smartphone.

Saat ini, di beberapa jenis gadget ada yang menggunakan sistem operasi Windows Mobile namun ada juga yang menggunakan Symbian yang dikreasikan oleh sebuah konsorsium.

Dengan beragam software, ponsel tidak hanya sebagai alat berbincang, tetapi juga menjadi alat untuk mentransferkan data, ber-main game, memotret dan video, mendengarkan lagu, mengakses internet, chatting, mengirim dan menerima e-mail dan sebagainya. Ponsel menjadi gadget yang multimedia.

Menurut Senior Business Development Manager Nokia Indonesia, Usun Pringgodigdo, gadget disebut masuk kategori bermultimedia bila all-in-one. Artinya, banyak fasilitas dengan berbagai fungsi di dalamnya. Selain itu, syarat penting lainnya bagaimana pengguna tidak kerepotan menggunakan atau memanfaatkannya.

Selain soal gadget yang multifungsi, konsumen tampaknya juga mempertimbangkan dimensi atau ukuran demi kepraktisan. Setelah itu baru soal desain.

Dengan alam seperti itu maka tak mengherankan bila laptop kini mulai tampil mengecil. Keadaan sebaliknya terjadi pada ponsel yang layarnya membesar -sejauh ini masih di bawah 10 inci- seiring dengan fitur dan aplikasi yang ada di ponsel tersebut. Akhirnya, kesemuanya berbalik pada soal kebutuhan manusia akan peranti mobile, nyaman dan praktis digunakan. [DMP/N-5]