Oleh Elis Tiahesara & Dharma K Widiya

Vertigo dalam bahasa awam sering kali merupakan sinonim dari puyeng atau pusing. Suatu perasaan di mana terjadi suatu sensasi seolah-olah badan berputar terhadap lingkungan sekitar atau sebaliknya. Oleh karena pusing sering disajikan kepada dokter, baik secara tepat maupun secara keliru, maka arti perbedaan klinisnya sangat penting untuk dipahami.

Terlebih-lebih pusing sebagai manifestasi suatu penyakit organik harus benar-benar dipahami. Dengan pemahaman ini, kekeliruan menghadapi penderita dengan keluhan pusing, baik karena penyakit organik maupun psikogen, tidak akan terjadi.

Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau gangguan orientasi ruangan. Dari 119 kasus vertigo yang berasal dari kelainan otologi, 49 persen menderita vertigo perifer paroxysmal benigna, 18,5 persen penyakit meniere, 13,5 persen parese vestibular unilateral, 8 persen parese vertibular bilateral, 6 persen disfungsi telinga tengah dan 5 persen fistula.

Dari 74 penderita keluhan pusing yang disebabkan oleh kelainan neurologik, 35 persen adalah penyakit stroke, 22 persen menderita gangguan saraf pusat lainnya, 16 persen menderita migrain vertebrobasiler, 8 persen nistagmus, 7 persen ataksia sensoris, 4 persen disfungsi ganglia basal, 5 persen ataksia serebelar, dan 3 persen penderita epilepsi. Dari 95 persen penderita vertigo yang mengunjungi klinik neorootologi, 34 orang kelainan otologik, 23 orang kelainan neurologik dan 38 orang kelainannya tidak dapat ditentukan.

Definisi

Vertigo adalah suatu bentuk gangguan keseimbangan atau gangguan orientasi ruang di mana penderita merasakan atau melihat lingkungan bergerak, padahal lingkungannya diam, atau penderita merasakan dirinya bergerak padahal diam. Vertigo terdiri dari

a. Vertigo jenis Perifer

* Neuronitis vestibular

* Vertigo posisional benigna

* Penyakit meniere

* Trauma

* Obat-obatan

* Tumor di fossa posterior

b. Vertigo jenis Sentral

* Stroke batang otak atau “TIA” vertebrobasiler

* Neoplasma

* Migrain basiler

* Trauma

* Perdarahan di serebellum

* Infark di batang otak/serebellum

* Degenerasi spinoserebelar

Patofisiologi

Keseimbangan yang normal berarti seseorang secara akurat dapat mengidentifikasi posisinya terhadap lingkungan, dapat mengidentifikasi gerakan serta mengontrol gerakan.

Tugas ini dilakukan seperangkat sistem saraf yang mengoordinasi informasi sensorik mengenai posisi seseorang dan objek, somato sensorik memberikan informasi mengenai posisi tubuh serta bagian-bagiannya, dan masukan dari vestibular memberikan informasi mengenai gerak kepala dan posisi kepala sehubungan dengan gravitasi.

Masukan sensorik ini kemudian diolah di otak dan kemudian menciptakan tingkah yang dibutuhkan untuk mempertahankan keseimbangan dan orientasi sewaktu kita melakukan aktivitas sehari-hari.

Diagnosis

Saat ini tersedia berbagai macam tes yang canggih, demikian juga tes mengenai fungsi vestibular. Namun pengambilan anamnesis yang baik serta pemeriksaan fisik yang saksama banyak menolong dalam menegakkan diagnosis.

a. Anamnesis

Samakan terlebih dahulu persepsi vertigo antara pasien dan dokter. Hal-hal yang perlu ditanyakan:

* Onset

Sejak kapan dan saat-saat apa muncul vertigo. Apakah ada pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya vertigo, posisi mana yang memicu. Pada vertigo posisional benigna vertigo muncul bila penderita berbaring pada satu sisi atau sisi lainnya dan berlangsung singkat. Pada penderita yang vertigonya muncul pada saat menengadah, dapat dijumpai pada iskemia atau insufisiensi vertebrobasiler.

Lama serangan yang singkat yaitu beberapa detik terdapat pada vertigo posisional benigna. Beberapa menit atau jam pada pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Beberapa hari sampai beberapa minggu biasanya pada neuritis vestibular.

Vertigo yang timbul mendadak biasanya berasal dari telinga bagian dalam.

Permulaan yang gradual cenderung berasal dari susunan saraf pusat.

* Disorientasi

Suatu keadaan yang dapat mengganggu penderita dengan gangguan vestibular ialah masa disorientasi. Disorientasi ini dapat berupa tidak mengetahui mana bagian atas dan mana bagian bawah.

* Osilopsia

Osilopsia merupakan suatu ilusi bahwa benda yang diam tampaknya bergerak maju mundur. Osilopsia banyak didapat pada kelainan refleks vestibulo okular.

* Nausea dan Muntah

Gangguan vestibular sering mengakibatkan nausea dan bila berat dapat

mengakibatkan muntah.

b. Pemeriksaan Fisik Khusus

* Test Romberg yang dipertajam

* Test melangkah di tempat

* Salah tunjuk

* Manuver Nylen-Barany

* Test kalori

* Elektronistagmografi

Terapi

c. Terapi obat

* Antihistamin

* Antagonis kalsium

* Fenotiazine

* Simpatomimetik

* Penenang minor

* Antikholinergik

d. Terapi Fisik

* Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disequilibrium untuk meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun.

* Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata.

* Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan.

Tinjauan Menurut Ilmu Akupunktur

Vertigo dalam pengobatan Cina adalah suatu keadaan hiperaktivitas Yang hati yang mengakibatkan defisiensi Yin hati dengan manifestasi klinis berupa pusing dan gejala-gejala lain yang menyertainya.

1. Gejala Klinis

Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai tinitus, muka merah, ketidaksabaran dan mudah tersinggung, tidur ringan, kerongkongan kering, mulut rasa pahit, lidah merah dengan selaput kuning, nadi cepat dan dangkal.

2. Etiologi dan Patofisiologi

a. Hiperaktivitas Yang hati

Ditimbulkan oleh faktor yang menyebabkan stagnasi Ci hati. Stagnasi Ci hati yang lama menimbulkan Yang hati menjadi hiperaktif sehingga mengakibatkan defisiensi

Yin hati. Keadaan hiperaktif dan Yang hati mengganggu keharmonisan Ci kandung empedu sehingga menyebabkan pusing dan pandangan mata menjadi kabur.

b. Defisiensi Cing ginjal

Diderita oleh pasien-pasien dengan kelainan kongenital usia lanjut dan kehidupan

seksual yang berlebihan. Karena Ging ginjal membentuk otak, kekurangan Cing ginjal menyebabkan otak kurang makanan sehingga timbul pusing. Ginjal mengadakan hubungan luar dengan telinga, sehingga defisiensi Cing ginjal menyebabkan tinitus.

c. Stagnasi lendir dalam Ciao tengah

Penderita merasa kepala pusing, mual, muntah, anoreksia, perasaan sesak di dada dan penuh di epigastrium. Kumpulan gejala ini disebabkan lendir yang keruh tersumbat di limpa dan lambung dalam Ciao tengah sehingga Yang jernih tak dapat naik dan Yang keruh tak dapat turun dengan akibat vertigo hebat.

d. Defisiensi Ci dan darah Terdapat pada pasien dengan perdarahan kronis atau kelainan saluran pencernaan sehingga limpa dan lambung menjadi lemah dan akibatnya pembentukan Ci berkurang serta darahnya kekurangan substrat dan mengakibatkan kulit pucat, pusing dan penglihatan kabur.

3. Terapi berdasarkan etiologi dan patofisiologi

* Mengurangi pengaruh Yang hati dan membebaskan api patogen. Titik-titik yang dipilih:

1. Taichong, Zhongzhu, Zulinqi, Fengchi sebagai terapi utama vertigo karena mempunyai efek mengurangi Yang hati dan menghilangkan api hati.

2. Tinghui, Yifeng dipilih bila ada tinitus.

3. Zhaohai digunakan untuk memelihara Yin ginjal dan menghilangkan gejala kerongkongan kering dan rasa pahit di mulut. Terapi dilakukan tiap hari selama 14 hari, manipulasi pelemahan dan jarum dibiarkan 15 menit tiap seri.

* Mengatasi defisiensi Cing ginjal

Titik-titik yang dipilih: Mingmen, Guanyuan, Taixi, Shenshu, Fuliu ditusuk dengan metode penguatan. Terapi dilakukan tiap 2 hari sebanyak 10 kali untuk satu seri.

* Mengatasi Stagnasi Lendir di limpa dan lambung

Titik yang dipilih : Pishu dikuatkan dan Yinlingquan, Fenglong, Baihui dilemahkan untuk memperkuat limpa dan mengusir lendir dan lembap. Terapi dilakukan tiap hari sebanyak 5 sampai 7 kali tiap seri.

* Memelihara Ci dan darah serta memperkuat limpa dan lambung

Titik-titik yang dipilih : Pishu, Weishu, Geshu, Ganshu, Zusanli dan Baihui, yang sebagian besar merupakan titik akupunktur pada punggung (meridian Tay Yang Kaki Kandung kemih). Limpa dan Jambung adalah dasar pertumbuhan dan perubahan dan Ci dan darah. Oleh karena itu, Pishu. Dan Weishu dipilih untuk memperkuat dan mengatur limpa lambung serta mengisi kembali Ci dan darah sampai penuh. Geshu dan Ganshu berfungsi untuk memelihara darah. Zusanli dan meridian Yang Ming Kaki Lambung, ditujukan untuk memperkuat dan mengatur limpa dan lambung dan untuk mengisi kembali Ci dan darah sampai penuh.

Baihui dan meridian Du, mampu mengirimkan Yang jernih (Yang bening, juga diartikan sebagai kejernihan, biasanya mengalir ke atas). Pishu, Weishu, Geshu, Ganshu semuanya harus ditusuk dengan jarum miring ke arah tulang punggung sedalam 0,5-1 cm, sampai Ci tercapai, yaitu sampai timbul rasa tusukan sakit dan bengkak setempat.

Zusanli ditusuk vertikal sedalam 1-1 ,5 cm. Untuk mencapai Ci, gunakan metode penguatan dikombinasi dengan memutar, disertai mencabut dan menusuk sampal timbul rasa sakit dan bengkak setempat. Untuk Baihul harus dilakukan tusukan horizontal, yaitu tusukan kedepan dekat dengan kulit sedalam 1 cm. Setelah timbul rasa bengkak, gunakan teknik mencabut dan menusuk, metode penguatan dengan amplitudo kecil.

Untuk semua titik akupunktur, setelah terdapat rasa tusukan, pertahankan jarum selama 15-20 menit. Pengobatan dilakukan setiap 2 hari sekali, satu pengobatan terdiri dari 10 kali dengan interval 3-5 hari.

4. Terapi Akupunktur Lain

a. Akuapunktur

Memakai titik Liangmen, Tinggong, Tinghui, Neiguan. Metode : lidocain 2,5 ini (2%) disuntikkan ke setiap titik. Untuk aural vertigo dengan neuritis vestibuler, 10 mg dexametasone ditambahkan pada cairan tersebut. Terapi dilakukan dua kali sehari selama 5 hari untuk satu seri. Bila gejala membaik terapi dilakukan sehari sekali dengan istirahat selama 5 hari sebelum seri kedua.

b. Akupunktur dan moxibusi

Dalam kasus-kasus vertigo yang disebabkan api dari tipe defisiensi. Titik Baihul biasa dipilih, titik Xuanlu, Xuanli, Shuaigu, Hegu Zusanhi. Pada kasus-kasus vertigo akibat stagnasi lendir dalam Ciao tengah dipakai titik Baihul, Fengchi, Qimai dan Fenglong.

Metode dan cara pengobatan Baihui ditusuk dengan jarum panas atau moxa, titik lain dilakukan dengan jarum filiform panas, metode manipulasi pelemahan dan penguatan dan biarkan jarum selama 15-3O menit.

Selama periode paroxysma, moxa digunakan pada Baihul dan penjaruman biasa untuk Shuaigu, Xuantu, Xuanli dan Fengchi bilateral. Pasien diterapi setiap hari selama 10 hari. Selama periode remisi, moxa + jahe digunakan pada Baihul. Sementara jarum yang sudah dipanasi ditusukkan pada titik Shualgu, Xuanlu dan Xuanli bilateral.

c. Akupunktur Telinga

Akupunktur telinga sangat efektif untuk kasus yang disebabkan oleh stres, emosi, dan dapat dipakai titik hati sebagai titik utama dan titik ginjal sebagai titik tambahan untuk menyuburkan hati dan ginjal. Shenmen dan Yuan Dian (Titik Pusing) untuk menenangkan pasien.

Metode, jarum 0,5 cm ditusukkan pada titik tersebut di atas, manipulasi pelemahan dengan cara diputar selama 3 menit dan dibiarkan selama 30 menit. Setelah jarum dicabut, vacaria diptester pada titik tersebut diatas kemudian ditekan 4x sehari, tiap kali menekan, 5 menit.

Pembahasan

Vertigo adalah bentuk gangguan orientasi ruangan di mana penderita melihat lingkungan bergerak terhadap dirinya atau sebaliknya. Menurut ilmu kedokteran Barat, vertigo berasal dari sentral dan perifer.

Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pengobatan medikamentosa memberikan hasil yang kurang memuaskan karena hanya bersifat suportif. Pengobatan dengan latihan sering tidak disukai pasien terutama pasien yang kurang disiplin.

Pengobatan dengan akupunktur bertujuan untuk mengatasi hiperaktivitas Yang hati, defisiensi Cing ginjal, stagnasi lendir dalam Ciao tengah serta defisiensi Ci dan darah. Dapat dilakukan akupunktur tubuh dan akupunktur lain berupa akupunktur dengan lidocain dan dexametasone, moxibusi dan akupunktur telinga. Akupunktur dengan efek samping minimal dan relatif murah merupakan suatu alternatif dalam terapi vertigo. Namun demikian masih diperlukan penelitian prospektif jangka panjang untuk mengevaluasi khasiat akupunktur dalam terapi vertigo.

Penulis bekerja di Departemen Akupunktur Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo

Jakarta