Terapi anti-aging dapat menghambat proses penuaan, sehingga kondisi tubuh tetap prima di usia tua.

Penuaan dengan bertambahnya usia adalah hal yang tidak bisa dihindari. Banyak usaha dilakukan untuk melawan hal tersebut.

Namun, semakin lama manusia semakin sadar bahwa bukan usaha untuk mencegah hal tersebut, tetapi upaya untuk mempertahankan kebugaran dan kesehatan tubuh adalah jalan keluarnya.

Salah satu usaha tersebut adalah anti aging. Banyak orang yang salah persepsi bahwa anti-aging (antipenuaan) tersebut identik dengan krim, perawatan kulit untuk awet muda dan yang lainnya.

“Hal ini ada betulnya, tetapi ada salahnya juga,” ungkap dr Henry Suhendra MD, Sp, OT, F AAOS (USA) dari Siloam Hospitals Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Karena sebenarnya anti-aging itu adalah usaha-usaha dari dalam dan luar tubuh untuk mempertahankan kebugaran dan kesehatan.

Anti-aging dari luar tubuh antara lain perawatan kulit dengan berbagai krim, suntik Botox untuk menghilangkan kerut-kerut, operasi plastik, sampai tindakan laser. Diakui oleh Henry bahwa proses penuaan itu sangat alamiah. Tetapi bukan berarti dalam proses penuaan itu disertai dengan berbagai penyakit.

Karena itu, anti-aging ini dilakukan agar sekalipun orang sudah berusia lanjut, kondisi tubuhnya tetap prima.

Orang awam sering kali berasumsi bahwa proses penuaan itu selalu diikuti dengan berbagai penyakit seperti tulang keropos, pengapuran, diabetes, hipertensi dan yang lainnya.

“Jadi, sepertinya orangtua itu sudah wajar kalau sakit. Padahal, tidak demikian, karena semua itu adalah akibat dari penyakit dan hal ini dapat dicegah, ujar Henry.

Melakukan terapi anti-aging akan dapat menjaga taraf kesehatan seseorang. Jangan tunggu sampai orang terkena penyakit. Lalu sejak kapan sebaiknya melakukan pencegahan terhadap berbagai penyakit tersebut?

Menurut Henry, yang terbaik adalah sejak usia 30-an karena di usia tersebut hormon-hormon tubuh dan fungsi-fungsi organ tubuh banyak menurun. Di Indonesia umumnya orangtua di usia 70 tahun sudah susah untuk jalan, sehingga menjadi beban bagi keluarga dan negara.

Terapi anti-aging tidak hanya berkaitan tidak hanya dengan obat, tetapi juga gaya hidup sehat. Hal ini menyangkut apa yang kita makan, lalu masalah latihan, gaya hidup sehat, kemudian suplemen apa saja yang dikonsumsi, minum vitamin, lalu ada terapi hormon.

Orang bertambah usia, banyak hormon yang menurun, dalam hal ini terapi hormon dilakukan adalah untuk mengembalikan fungsi hormon tersebut. Tapi tentunya tidak dalam dosis yang luar biasa. Hormon akan dikembalikan seperti orang berusia 35-an.

Diet yang dilakukan juga harus berimbang dan usahakan untuk mengurangi protein dari daging binatang berkaki empat atau daging merah. Lebih baik mengkonsumsi protein dari ikan dan dada ayam karena lebih sehat.

Di samping itu, untuk karbohidrat, yang bagus adalah dari nasi merah karena kaya serat. Untuk lemak, pilihlah lemak yang tidak jenuh yang bisa didapat dari minyak zaitun, sun flower oil atau canola oil bisa dari kacang- kacangan, walnut, almond, dan alpukat.

Tak Boleh Gemuk

“Yang penting adalah tidak boleh gemuk. Sebab orang gemuk itu dua kali lebih gampang terkena diabetes,” kata Henry. Lalu apa saja yang bisa dilakukan untuk pencegahan tersebut? Olahraga seperti jalan kaki, jogging, naik sepeda dan stretching seperti latihan beban. Juga menghindari stres, melakukan rekreasi, tidur cukup 6 sampai 8 jam, tidak merokok, hidup berkelompok seperti dekat dengan teman-teman atau keluarga kemudian mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa.

Dengan demikian, apabila sudah melakukan terapi tersebut, sekalipun usia sudah lanjut, kemampuan tubuh dan daya pikir tetap prima. Selain itu, masih dapat mengerjakan berbagai pekerjaan yang umumnya dilakukan oleh mereka yang masih berusia 40-an. [ARS/M-15]