dok spVirus

Oleh Pouw Tjoen Tik

Sekitar tiga bulan lagi, penghujung tahun tibalah sudah. Musim penghujan di belahan bumi timur dan musim dingin di belahan barat pun sudah mulai mengintip. Semuanya memberi aba-aba kepada virus saluran pernapasan untuk bersiap-siap berpesta pora menyambut tahun yang baru.

Walaupun virus sudah dikenal lebih dari dua abad yang lalu, hingga kini para ilmuwan masih memperdebatkan pengelompokannya ke dalam jasad renik atau partikel mati. Pelacakan genetika asal-usul virus baru sebatas hipotesis-hipotesis belaka. Mungkin ini adalah rahasia Ilahi, karena penelusuran tapak tilas virus mau tidak mau akan mengungkit-ungkit asal mula kehidupan itu sendiri.

Siklus Perkembangbiakan

Virus (bahasa Latin, racun) atau virion, adalah partikel DNA atau RNA yang dibungkus oleh lapisan protein (capsid) dan lemak. Di luar sel hidup, virus tidak lebih daripada molekul/partikel “mati”. Berbagai penelitian memastikan bahwa setiap jasad hidup sekurang-kurangnya mengandung satu virus.

Walaupun besarnya hanya seperseratus bakteri, karena jumlahnya sepuluh kali jumlah mahluk hidup, maka virus merupakan massa biologis terbesar di planet kita ini (Bamford dan Ackman, Research in Microbiology, 2003).

Tidak semua virus menimbulkan penyakit, bahkan ada yang bermanfaat dalam pengembangan rekayasa genetika.

Virus memasuki tubuh kita melalui selaput lendir pernapasan, sistem pencernaan dan reproduksi, atau tersuntik ke dalam tubuh/aliran darah. Segera setelah memasuki tubuh, capsid menempel pada sel-sel tertentu yang kemudian melahapnya (phagocytosis).

Di dalam sel, virus menelanjangi diri dan partikelnya berbaur dengan gen-gen sel. Dengan menggunakan enzimnya (viral polymerase), DNA/RNA virus kemudian membajak mesin produksi protein dari sel bersangkutan. Sel yang terbajak ini dipaksa untuk melipat gandakan RNA/DNA dan capsid. Virion yang lahir kemudian berhamburan keluar dan menginfeksi sel-sel sehat lainnya.

Bergantung daya tahannya, sepeninggal virion, sel akan mati atau berubah menjadi sel-sel ganas (Preet M Chaudhary, University of Pittsburgh School of Medicine, ScienceDaily, Oktober 2007). Daur ulang ini berkesinambungan hingga daya tahan tubuh/tindakan medik mampu mematahkannya atau berakhir dengan meninggalnya si pasien.

Setiap rekayasa genetika di bidang pertanian/perkebunan (agronomi) praktis akan menghasilkan partikel-partikel RNA/DNA sampingan. Bila partikel tersebut membaur dengan virus ganas, maka lahirlah virus yang jauh lebih ganas dari aslinya (The International Council for Science, 2003). Penemuan ini menjadi salah satu kendala perkembangan agronomi, khususnya di bidang rekayasa genetika.

Pencegahan dan Penanggulangan

Virus hanya bertahan dalam lingkungan lembab dan sangat rentan terhadap panas serta sinar ultraviolet. Virus flu misalnya, hanya merajalela pada musim penghujan/dingin. Selama musim kemarau/panas, suhu udara yang tinggi melumerkan pembungkus lemaknya dan merusak capsid serta partikel DNA/RNA-nya. Pada musim penghujan/dingin, virus flu memanfaatkan suhu tubuh untuk melumerkan lapisan lemaknya, sehingga capsid dapat melekat pada permukaan sel-sel selaput lendir (Nature Chemical Biology, Maret 2008).

Kontak virus dengan selaput lendir dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Virus yang mudah berpindah melalui jabatan tangan akan menginfeksi selaput saluran pernapasan, bila tangan yang terinfeksi digunakan untuk mengusap-usap hidung.

Oleh karenanya, walaupun flu dan severe acute respiratory syndrome (SARS) menyerang sistem pernapasan, mencuci tangan sesering mungkin dan tidak mengusap-usap hidung, merupakan tindakan pencegahan yang sangat efektif.

Sinar matahari pagi dan minum 500-1000 mg vitamin C juga membantu penangkalan serangan flu. Di samping upaya-upaya di atas, prinsip pencegahan infeksi virus adalah menghalangi kontak virus dengan selaput lendir, di antaranya dengan menggunakan penutup mulut/hidung, kondom, dan tes darah untuk transfusi dan sterilisasi peralatan medik.

Obat-obatan antivirus dapat diklasifikasikan berdasar intervensinya dalam siklus perkembangbiakan virus. Kelompok pertama adalah senyawa-senyawa yang mengelabui virus sehingga terjadi salah tempel. Jenis obat-obatan antivirus yang lain adalah menetralisasi enzim virus (antiviral polymerase) sehingga virus tidak dapat berkembang biak dalam sel yang dima- sukinya.

Tantangan terberat dalam penanggulangan epidemi penyakit virus adalah ulah virus yang mampu mengubah-ubah partikel dan capsid-nya (mutasi). Mutasi selain memubazirkan obat-obatan antivirus, juga memperluas jangkauan infeksi ke jasad-jasad lain yang sebelumnya tidak tersentuh.

Perang melawan virus ini tidak akan pernah berkesudahan. Munculnya virus baru dengan mutasinya serta perkembangan rekayasa genetika dan imunologi akan terus berpacu dalam arena penyakit-penyakit menular dan kanker.

Penulis adalah alumnus Fakultas Kedokteran Unair, berdomisili di Austin, Texas, USA