TAK bisa dimungkiri jika binatu sangat memudahkan kita untuk dalam urusan cuci-mencuci pakaian atau mungkin barang yang memerlukan penanganan khusus. Namun, apakah kita tahu mereka menggunakan bahan bahan kimia yang ramah lingkungan? Meski demikian, jangan buru-buru menilai jelek terhadap binatu. Jika Anda mencuci pakaian di binatu dengan sistem dry clean, hasilnya jangan langsung dimasukkan ke dalam lemari pakaian setelah di ambil dari binatu. Buka terlebih dahulu plastiknya serta angin-anginkan terlebih dahulu, soalnya dry clean biasanya memakai bahan pelarut Perchloro Ethylene (PCE) yang diduga menyebabkan asma dan alergi bahkan yang lebih parah kanker hati.

Dampak PCE yang dikenal pula dengan nama Tetracloroetilen memang masih menimbulkan polemik. The Environmental Protection Agency (EPA), Lembaga Perlindungan Lingkungan Amerika, menggolongkan PCE ini sebagai bahan penyebab karsinogen pada hewan dan ada kemungkinan pada manusia. Memang, tidak semua binatu menggunakan bahan PCE, lebih baik bertanya apakah binatu tersebut menggunakan bahan PCE atau tidak. Jika tidak yakin, langkah yang aman adalah dengan mengangin-anginkannya saja. Tindakan ini diperlukan juga pada karpet yang masih baru, khususnya yang berbahan sintetis. Oleh karena itu, para ahli kesehatan di Amerika menyarankan untuk menggunakan karpet berbahan alami, seperti wol atau kapas.

Bahan sintetis pada karpet yang masih baru dapat melepaskan 4-phenylcyclohexane dan styrene. Keduanya merupakan bahan pembentuk serat karpet. Jika keduanya terhirup, dapat mengakibatkan sakit kepala, sakit tenggorokan, lemah, letih, lesu, serta iritasi mata dan kulit. Untuk menghindari dan meminimalkan risiko, bentangkan karpet baru selama beberapa minggu di ruang terbuka, seperti teras, garasi. Gas-gas berbahaya tadi akan menguap perlahan seiring berjalannya waktu.

Ancaman Bahan Kimia

Banyaknya zat-zat kimia yang mungkin terkonsumsi oleh manusia sehari-hari ternyata tak perlu jauh-jauh untuk dicari. Kita dapat menemukannya dalam makanan dan kosmetik yang kita makan dan pakai. Walaupun bukan merupakan isu baru di negara kita ini, boraks, formalin, zat-zat pewarna tekstil, maupun pengawet benzoate yang berlebihan, masih dijumpai pada berbagai produk.

Yang paling banyak ditemukan adalah pencampuran formalin pada mi basah, terasi dicampur dengan pewarna tekstil rhodamin B, dan lontong dicampur boraks. Gawatnya, lebih dari separuh bahan makanan itu adalah jajanan anak-anak. Dengan campuran bahan kimia, warna makanan memang jadi menarik dan mengundang selera, tetapi berisiko menimbulkan gangguan kesehatan di usia produktif.

Selain jajanan, zat kimia berbahaya juga menyelinap melalui kosmetik. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) banyak menemukan produk impor kosmetik ilegal yang mengandung bahan terlarang dan berbahaya, terutama merkuri dan rhodamin B. Ancaman merkuri tak hanya lewat kosmetik, tetapi juga obat pemutih. Kosmetik pemutih boleh dijual bebas, tetapi obat pemutih harus memakai resep dokter. Kandungan hidroquinon pada kosmetik hanya diperbolehkan 2 persen. Jika lebih, harus diperlakukan sebagai obat. Selain hidroquinon, obat pemutih juga mengandung merkuri.

Pada awalnya, kulit memang jadi putih mulus, tetapi lama kelamaan kandungan merkuri mengendap di bawah kulit. Setelah bertahun-tahun kulit akan menjadi biru kehitaman, dan memicu timbulnya kanker. Harus dicermati penggunaan hidroquinon yang terus-menerus dapat menimbulkan pigmen-pigmen dengan efek permanent dan jika dihentikan penggunaannnya akan mengakibatkan kulit menjadi kehitaman.

Masih ada lagi musuh bahan kimia lainnya untuk kaum hawa yang ingin tetap terlihat awet muda. Di sinilah peran asam retinoat atau dikenal dengan tretinoin. Salah satu derivat vitamin A ini sangat meningkatkan penggantian sel-sel lama lebih cepat dan memperbaiki peredaran darah pada kulit sehingga tampak cerah. Tretinoin juga dikatakan dapat memperbaiki kolagen dan elastisitas. Kerutan-kerutan pada kulit akan hilang, sehingga seseorang tampak awet muda. Menggiurkan memang, tetapi penggunaan tretinoin harus di bawah pengawasan dokter karena mempunyai efek samping, berupa gatal-gatal yang disertai perubahan warna kulit menjadi kemerah-merahan, pengelupasan kulit ari, serta bercak-bercak hitam yang lebih nyata. Kalau salah menggunakannya, kulit bukan menjadi putih, malah akan menjadi belang-belang mirip zebra.

Insektisida

Di sekitar rumah kita pun ancaman bahan kimia seolah tak terelakkan, seperti halnya untuk keperluan mencuci pakaian, mengepel lantai, mengusir serangga, atau memberikan wewangian pada lemari pakaian. Sepintas terlihat sangat praktis, tetapi harus ada upaya ekstra agar kepraktisannya tidak menjadi bumerang bagi kita.

Beberapa jenis pembersih mengandung garam beralkali, seperti natrium karbonat, fosfat, dan silica, untuk mempertajam daya cucinya. Jika sampai terminum, bahan-bahan tadi dapat menimbulkan radang pada mukosa mulut dan muntah-muntah. Akibat yang sama juga akan dialami bila keracunan cairan pemutih berbahan aktif natrium hipoklorit.

Pemakaian insektisida juga mengintai kesehatan penghuni rumah. Racun golongan piretroid ini sesungguhnya berkadar rendah dan dapat diurai oleh tubuh, termasuk golongan antiserangga bakar yang merupakan ekstrak dari bunga krisan atau bahan lainnya. Dengan demikian harus diperhatikan cara pemakaian insektisida secara benar. Bila menggunakan insektisida semprot misalnya, kosongkan terlebih dahulu ruangan dan biarkan selama setengah sampai satu jam agar uapnya hilang.

Selain cara pemakaian, zat-zat kimia di dalam rumah kita juga perlu dikelola dengan baik. Kamper atau kapur barus, misalnya jangan dibiarkan berserakan karena mengandung naftalen atau paradichlorobenzene yang berbahaya bagi sistem saraf pusat. Bila termakan akan terjadi demam dan kejang. Naftalen dapat menyebabkan radang dan mencederai kornea jika terkena mata.

Secara tidak langsung, ternyata banyak bahaya dapat ditimbulkan bahan kimia di sekitar kita. Pernyataan ini bukan untuk menakut-nakuti, apalagi melarang menggunakan berbagai produk yang mengandung bahan kimia. Kita hendaknya mewaspadai setiap produk yang mengandung bahan kimia dan menggunakannya sesuai aturan pemakaian. Pemakaian produk berbahan kimia secara benar dapat mengurangi risiko gangguan kesehatan.

Budi Imansyah S,

Sanitarian, tergabung dalam Himpunan Ahli Kersehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI)