‘Umar langsung mempersiapkan pemakaman Sulaiman dan membawanya keluar. Belum sempat jenazah itu dishalati, azan maghrib telah berkumandang. ‘Umar shalat maghrib terlebih dahulu baru kemudian menshalati jenazah Sulaiman yang kemudian langsung dibawa ke kuburnya.
Tatkala Sulaiman telah dikuburkan, ‘Umar langsung meminta tinta dan kertas, lalu menulis tiga surat yang berkaitan dengan tanggung jawabnya pada Allah. Ia tidak bisa mengakhirkan sedikit pun. Karenanya ia menulisnya seketika itu juga (bahkan pada saat masih berada di kuburan Sulaiman – is).
Orang-orang terheran-heran melihat apa yang dilakukan ‘Umar itu dan mengatakan, “Mengapa terburu-buru begini ? Apakah dia tidak sabar menunggu hingga pulang ke rumah ? Inilah cinta kekuasaan !. Inilah hal yang dia benci untuk dicampurtangani orang !”.

Sejatinya ‘Umar tidaklah tergesa-gesa, juga tidak mencintai kekuasaan yang dia pegang, tetapi dia menginteropeksi dirinya dan memandang hal yang berkaitan dengan tanggung jawab itu tidak bisa ditunda sedikit pun.

Hal Pertama: Perintahnya Kepada Maslamah untuk Mundur dari Konstantinopel

Ia memerintahkan Maslamah untuk mundur dari Konstantinopel. Sebelumnya, Sulaiman menyerangnya dari daratan dan lautan serta nyaris dapat mendudukinya, tetapi ternyata diperdaya oleh pihak Konstantinopel hingga makanan dan barang kebutuhan pasukan Islam habis, dan mereka terjebak konyol, mengepung Konstantinopel tanpa perbekalan apapun. Berita ini sampai pada Sulaiman dan ia sangat marah atas perbuatan orang Konstantinopel itu. Ia bersumpah tidak akan menarik pasukannya dari Konstantinopel selama dia hidup. Kondisi pasukan Islam semakin parah, mereka menderita kelaparan yang amat sangat sampai makan binatan melata, bahkan ada yang turun dari tunggangannya dan adu pedang, lalu kepala tunggangannya dihargai beberapa dirham. Walaupun demikian, Sulaiman tetap bersikeras pada pendiriannya, tidak akan menarik mundur pasukannya. Hal itu membuat ‘Umar bin Abdul Aziz sedih. Karenanya, begitu ia memegang kendali pemerintahan, ia melihat bahwa ia bertanggung jawab sepenuhnya di hadapan Allah dalam memerintah kaum muslimin. Ia tidak mau mengakhirkan sedikit pun hal penarikan mundur kaum muslimin yang menderita parah itu. Itulah hal yang membuatnya bersegera menulis surat perintah tersebut saat masih di kuburan Sulaiman.

dikutip dari Biografi
‘Umar bin Abdul Aziz – Penegak Keadilan
penerbit Gema Insani Press